Penulis
Intisari-online.com -Saat dunia sedang berusaha memulihkan diri dari virus Corona, vaksin menjadi kunci penting.
Namun sepertinya kemanusiaan telah hilang di dunia ini.
Hal ini berkaitan dengan jumlah vaksin di dunia ini yang dirasa 'terbatas'.
Selanjutnya negara-negara maju merasa tidak perlu menyediakan vaksin untuk seluruh umat manusia.
Dilaporkan dari abc.net.au, Uni Eropa lakukan pengaturan ketat dalam pengeksporan vaksin Covid-19.
Pengaturan ini akan menghancurkan pengiriman ke negara-negara lain termasuk Australia.
Masalah ini merebak karena stok vaksin dari Pfizer dan AstraZeneca sudah menipis.
Pemerintah Federal Australia mengatakan mereka akan melakukan cara memastikan Australia tetap mendapat 1.2 juta dosis vaksin AstraZeneca yang dipesan dari Uni Eropa meskipun ada larangan ekspor.
"Seperti dijelaskan awal minggu ini, pemerintah tetap akan laksanakan vaksinasi untuk mencapai target datangnya vaksin pada akhir Februari dari Pfizer.
"Kami berkomitmen mencapai kira-kira 80 ribu dosis per minggunya," ujar juru bicara Menteri Kesehatan.
"Kemudian dilanjutkan dengan datangnya vaksin AstraZeneca yang kemungkinan akan dimulai awal Maret menunggu persetujuan dan konfirmasi pengiriman."
Akhir Maret pemerintah memprediksi akan ada 2 juta vaksin yang akan tersedia di Australia.
"Proyeksi ini telah masuk ke tantangan suplai global untuk Pfizer dan AstraZeneca dan proposal aturan Eropa," ujar juru bicara tersebut.
"Mereka sudah dikonfirmasi oleh kepala pemroduksi Pfizer dan AstraZeneca dalam diskusi dengan Kementerian Kesehatan terkait pengumuman Senin lalu dan telah diafirmasi oleh kedua perusahaan."
Siapapun di Australia yang ingin divaksin diharapkan bisa mulai akhir Oktober.
Menteri Hubungan Veteran dan Pertahanan Darren Chester mengatakan jika mereka akan bekerjasama dengan Who untuk memastikan pengiriman vaksin ke Australia akan tetap berjalan.
Sebelumnya dikutip dari sbs.com.au, Dewan Uni Eropa telah setuju rencanakan pengaturan ekspor vaksin dari Uni Eropa ke sejumlah negara, dan Australia termasuk.
Larangan ini memberikan prioritas untuk warga Uni Eropa dan memastikan perusahaan farmasi mencari persetujuan sebelum mengirimkan dosisnya ke luar negeri.
Dewan Uni Eropa mengumumkan rencananya mengatur kontrol vaksin pada Jumat lalu.
Argumen mereka adalah mereka memerlukan melakukan ini untuk memastikan suplai bagi warganya sendiri.
Sebelumnya Uni Eropa kecewa dengan AstraZeneca yang gagal mengirimkan vaksin sesuai yang dijanjikan.
Kekurangan vaksin di kuarter pertama mencapai lebih dari 60%.
Negara-negara Uni Eropa juga menerima lebih sedikit vaksin Pfizer dan Moderna daripada yang diharapkan.
Komisioner perdagangan Uni Eropa Valdis Dombrovskis mengatakan dalam konferensi pers jika kontrol ekspor dibatasi waktu.
Artinya mereka menjanjikan pengaturan itu hanya sampai akhir Maret saja dan untuk vaksin Covid-19 dari perusahaan yang juga dipakai oleh Uni Eropa.
Dewan Uni Eropa malah bisa memblokir ekspor vaksin jika mereka merasa stok vaksin untuk Uni Eropa sudah habis.
"Ini adalah kebijakan asuransi," ujar Komisioner kesehatan Uni Eropa Stella Kyriakides.
Sementara itu Uni Eropa membebaskan donasi untuk COVAX termasuk Norwegia, Swiss, dan negara Balkan barat dan Afrika Utara.
COVAX sendiri adalah vaksin yang dirancang untuk negara-negara miskin.
Perusahaan vaksin harus meminta izin ekspor di negara Uni Eropa tempat vaksin itu diproduksi, lalu negara itu akan berkonsultasi dengan Dewan Uni Eropa untuk mengambil keputusan dalam dua hari kerja.
Tindakan ini telah dikritik blak-blakan oleh banyak pihak, dilihat sebagai pengaturan peralatan perlindungan seperti halnya masker seperti di awal pandemi Covid-19 lalu.
International Chamber of Commerce mengatakan tindakan ini berisiko menyebabkan negara lain akan membalas melakukan hal serupa.
Sehingga justru yang terjadi adalah menghapus rantai penyebaran vaksin yang esensial.
WHO juga mengecam aksi Uni Eropa ini.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan hal ini akan sangat merugikan bagi negara miskin.
"Dengan krisis bersama negara-negara seharusnya bekerjasama dengan pendekatan yang sama," ujar Ghebreyesus.
"Lebih banyak vaksin dikembangkan, disetujui dan diproduksi dan nantinya akan cukup untuk semua orang, tapi untuk saat ini hanya ada sumber yang terbatas dan harus digunakan seefektif mungkin."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini