Ragukan Penggunaan Vasin Hingga Meminta Jarak Sosial Dihentikan, Jair Bolsonaro Sebut Covid-19 Tidak Akan Berakhir, Meminta Manusia Hidup Berdampingan dengan Virus Ini

Afif Khoirul M

Penulis

Presiden Brasil Jair Bolsonaro

Intisari-online.com - Pandemi Covid-19 yang sudah berumur hampir setahun ini terkadang membuat kita untuk memikirkan satu pertanyaan.

Kapan pandemi ini akan berakhir, dan bagaimana caranya untuk mengakhiri pandemi ini?

Hampir semua orang di dunia ini pasti akan memikirkan pertanyaan yang sama ini.

Hal itulah yang tampaknya juga membuat Presiden Brasil Jair Bolsornaro, yang dikenal tak percaya dengan virus ini buka suara soal situasi saat ini.

Baca Juga: Covid Tongue, Gejala Baru Virus Corona yang Mirip Sariawan, Kenali Bedanya!

Baru-baru ini Bolsonaro menyerukan tentang pandemi Covid-19 yang disebutnya tidak akan pernah berakhir.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro mendesak pejabat daerah untuk menarik perintah jarak sosial dan meminta agar hidup berdampingan dengan virus corona.

"Masalah Covid akan berlanjut seumur hidup," kata Bolsonaro dalam siaran langsung mingguannya di media sosial, dikutip dari Daily Mail.

Presiden menambahkan, perintah jarak sosial tidak mengarah ke mana pun.

Baca Juga: Sudah 100 Juta Kasus Tapi Penyebarannya Semakin Menjadi-jadi, Ternyata Varian Virus Corona Baru Muncul di Banyak Negara, 'Lebih Ganas dan Jauh Lebih Menular'

Bolsonaro yang saat ini berusia 65 tahun sempat terinfeksi Covid-19 tahun lalu.

Sejak awal pandemi, dia menentang kebijakan jarak sosial dan wajib masker hingga memecat dua menteri kesehatan yang tidak sejalan dengannya.

Bahkan dia mengatakan tidak akan mau divaksin Covid-19, tapi berjanji akan memvaksinasi seluruh warganya, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Bolsonaro melunak setelah dukungannya menurun karena pengadaan vaksin yang lambat dan kematian yang meningkat.

Ditambah adanya Covid-19 varian baru yang lebih menular hingga menyebabkan rumah sakit di kota hutan Manaus terpuruk.

Para kritikus mengatakan, lambatnya vaksin Covid-19 adalah satu dari beberapa masalah Brasil yang diakibatkan pandemi.

Baca Juga: Hujan Uang hingga Berserakan di Jalanan Brasil, Warga Pun Memungutinya, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Negara ini memiliki jumlah kematian akibat Covid-19 terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Brasil kini bergantung pada vaksin Sinovac asal China yang sejauh ini telah memproduksi sekitar 6 juta dosis.

Namun hasil uji coba mengatakan, Sinovac hanya memiliki 50 persen efektivitas, hampir tidak memenuhi standar persetujuan vaksin.

Brasil juga akan menggunakan vaksin AstraZeneca produksi Oxford, yang sejauh ini baru mengirim sekitar 2 juta dosis.

Bolsonaro pada Kamis berusaha menjelaskan soal lambatnya pengadaan vaksin.

"Eropa dan beberapa negara di Amerika Selatan tidak memiliki vaksin."

"Dan kami tahu bahwa permintaannya tinggi."

Baca Juga: 20 Hari Diisolasi Sebelum Dinyatakan Sembuh dari Covid-19, Presiden Brasil Sebut Ada 'Jamur' di Paru-parunya, 'Saya Merasa Lemah'

"Kami sudah tandatangani kesepakatan, kontrak, sejak September lalu, dengan berbagai perusahaan, dan vaksin mulai berdatangan," kata presiden ini.

"Vaksin akan segera tiba dan akan disuktikkan untuk semua warga secepatnya," tambahnya.

Pernyataan Bolsonaro ini memperlihatkan perubahan nadanya dalam beberapa pekan terakhir.

Ini karena publik Brasil mulai geram dengan kegagalan presiden untuk secepatnya memvaksinasi 210 juta warga.

Selain itu, tekadnya untuk tidak divaksinasi juga menimbulkan polemik dan sentimen anti-vaksin.

Sikap Bolsonaro yang dinilai seenaknya sendiri dalam menanggapi virus ini membuatnya menjadi pejabat kontroversial di Brasil.

Bahkan pada Senin (25/1) ribuan rakyat Brasil menyerukan pemakzulan Presiden Jair Bolsonaro.

Source: Tribunnews

Artikel Terkait