Sudah 100 Juta Kasus Tapi Penyebarannya Semakin Menjadi-jadi, Ternyata Varian Virus Corona Baru Muncul di Banyak Negara, 'Lebih Ganas dan Jauh Lebih Menular'

Mentari DP

Penulis

(Ilustrasi) Pasien virus corona anak-anak.

Intisari-Online.com - Kasus virus corona (Covid-19) di seluruh dunia sudah menembus 100 juta kasus.

Apakah penyebaran virus berkurang?

Jawabannya tidak sama sekali. Malahan di tahun kedua pandemi Covid-19 ini, justru ada laporan meningkatnya penyebaran.

Apa yang terjadi?

Baca Juga: Lagi, Kebijakan Nyeleneh Donald Trump Dipatahkan, Palestina Memuji Setinggi Langit Cara Joe Biden Mendekat, Percaya Bisa Ubah Situasi Perang di Timur Tengah

Bagaimana tanggapaOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO)?

Pada Rabu (27/1/2021), WHO mengatakan, varian Covid-19 baru yang lebih menular dan dapat membuat perlindungan vaksin dan antibodi menjadi kurang efektif, telah menyebar dengan cepat di puluhan negara.

MelansirThe Straits Timesyang mengutipAFP, dalam pembaruan epidemiologi terbaru, badan kesehatan PBB mengatakan varian Covid-19 yang lebih menular yang pertama kali terlihat di Inggris pada 25 Januari telah menyebar ke 70 negara di semua wilayah di dunia.

Baca Juga: Beberapa Kali Nyaris Dihantam Rudal Musuh, Justru PutraMahkota Arab Saudi PunyaRencana Ambisius untuk Kota Riyadh, Terkuak Karena Hal Ini

Menurut WHO, varian baru yang dikenal sebagai VOC 202012/01 atau B.1.1.7.

Dan telah terbukti lebih mudah menular daripada varian virus sebelumnya, dengan demikian telah menyebar ke 10 negara lagi selama seminggu terakhir.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pekan lalu juga memperingatkan bahwa studi baru telah mengindikasikan strain bisa lebih mematikan.

Akan tetapi WHO menekankan pada Rabu bahwa hasil tersebut masih awal, dan lebih banyak analisis diperlukan untuk lebih memperkuat temuan tersebut.

Semua virus bermutasi ketika mereka mereplikasi untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Dan para ilmuwan telah melacak beberapa mutasi Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.

Sebagian besar mutasi tidak terlalu penting, tetapi WHO telah mendesak negara-negara untuk secara aktif bekerja untuk menemukan mutasi yang mungkin secara signifikan mengubah virulensi atau penularan virus.

Kemudian, ada pula kasus varian 501.V2 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada bulan Oktober.

WHO mengatakan pada Rabu bahwa varian itu kini telah menyebar ke 31 negara, delapan lebih banyak dari seminggu yang lalu.

Masih mengutipThe Straits Times, seperti varian Inggris, varian Afrika juga memiliki mutasi pada protein lonjakannya - bagian dari virus yang menempel pada sel manusia dan membantunya menyebar - membuatnya berpotensi lebih menular daripada jenis lain.

Baca Juga: Tergantung Penyebabnya, Ini Obat Penurun Panas Dewasa yang Tepat

"Tetapi penelitian juga menunjukkan bahwa varian ini kurang rentan terhadap netralisasi antibodi," kata WHO.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa varian tersebut menimbulkan risiko infeksi ulang yang tinggi, dan juga dapat menghambat keefektifan vaksin Covid-19 yang jumlahnya terus meningkat.

WHO mengatakan lebih banyak penelitian diperlukan.

Tetapi menekankan bahwa penelitian observasi di Afrika Selatan tidak menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang.

WHO juga bilang, varian ketiga dari virus tersebut, yang pertama kali ditemukan di Brasil, sekarang ada di delapan negara, naik dari hanya dua minggu lalu.

Varian yang disebut P1, telah menimbulkan kekhawatiran serupa bahwa virus itu bisa lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah.

“Studi lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah ada perubahan dalam penularan, tingkat keparahan atau aktivitas penetral antibodi sebagai akibat dari varian baru ini,” kata WHO.

(newssetup.kontan.co.id)

Baca Juga: Dengan Cara Ini, Raden Wijaya BerhasilMenaklukan Kubilai Khan dari Mongol, Pasukan yang Paling Ditakuti Dunia

Artikel Terkait