Penulis
Intisari-online.com -Rabu kemarin 13/1/2021 vaksinasi di Indonesia sudah resmi dimulai.
Vaksinasi dimulai dengan orang nomor 1 di Indonesia, Presiden Joko Widodo, sebagai penerima vaksin pertama.
Jika awalnya disebutkan vaksinasi akan mendahulukan para tenaga kesehatan (nakes), tapi justru setelah Jokowi kemarin yang disuntik vaksin selanjutnya adalah Raffi Ahmad dan Bunga Citra Lestari.
Keduanya adalah selebriti dan influencer yang diyakini pemerintah bisa menjadi contoh bagi masyarakat.
Secara umum ada 6 vaksin yang dibeli Indonesia.
Namun vaksin buatan China, Coronavac, yang dikembangkan Sinovac, menjadi vaksin dengan dosis paling banyak yang dibeli pemerintah.
Sinovac rupanya sudah banyak menjual vaksin ke negara lain.
Salah satunya adalah Brazil, yang termasuk negara dengan kasus Covid-19 sangat tinggi.
Sinovac mengembangkan vaksin Coronavac, sebuah vaksin inactivated.
Vaksin inactivated berarti vaksin yang bekerja menggunakan virus yang dimatikan untuk mengekspos sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa risiko respon penyakit yang serius.
Selain Brazil dan Indonesia, Turki dan Singapura juga sudah memborong vaksin ini.
Brasil terus menguji efektivitas vaksin Sinovac.
Minggu lalu peneliti di Institut Butantan, yang telah laksanakan pengujian di Brazil, umumkan jika vaksin memiliki efisiensi 78% melawan kasus Covid-19 ringan sampai berat.
Namun baru Selasa kemarin dikutip dari BBC, para peneliti ungkapkan perhitungan tersebut tidak melibatkan data dari kelompok "infeksi paling ringan" di antara yang menerima vaksin tanpa memerlukan bantun klinis.
Jika data itu dimasukkan, tingkat efikasi vaksin menjadi 50,4% saja.
Artinya, vaksin Sinovac 78% efektif mencegah kasus ringan yang perlu perawatan dan 100% efektif untuk digunakan pada kasus menengah sampai serius.
Pengujian Sinovac ini menghasilkan hasil berbeda di berbagai negara.
Turki mengatakan hasil penelitian mereka senilai 91,25% efektif bulan lalu.
Sementara Indonesia mengatakan efektivitas vaksin ini senilai 65,3% efektif.
Keduanya merupakan hasil sementara dari uji coba tahap akhir.
Selanjutnya pertanyaan yang saat ini muncul adalah bisakah vaksin dibandingkan?
Dengan angka efikasi 50% tentunya tidak semenyenangkan angka efikasi vaksin laiin seperti vaksin Oxford 70% atau Pfizer dan Moderna yaitu95%,
Namun perlu dicatat pengujian berjalan sangat berbeda di berbagai negara.
Jumlah relawan yang diuji bervariasi, demikian pula kriteria yang digunakan menguji berapa besar perlindungan yang diberikan vaksin.
Gambaran efikasi diraih dengan melihat berapa banyak orang yang masih menderita Covid-19 setelah diinjeksi vaksin, dibandingkan dengan berapa banyak terinfeksi setelah diberikan injeksi 'dummy'.
Normalnya, hal ini dibandingkan dengan orang yang memiliki gejala yang jelas, tapi di pengujian Brazil, warga OTG juga dimasukkan.
Sehingga hanya ketika data lengkap dari semua pengujian vaksin ini dipublikasi menjadi gambaran lengkap efikasinya dan bisa membandingkan antar vaksin.
Saat ini Sinovac hanya memberikan data yang terbatas, satu hal yang membuat para ahli kebingungan dengan gambaran umumnya.
Untuk jangka panjangnya, banyak vaksin melawan Covid-19 diperlukan untuk memvaksinasi seluruh dunia, dan tidak terhindarkan, beberapa akan memiliki kemampuan lebih baik dari yang lain, tapi memberikan sebanyak mungkin orang perlindungan yang sama adalah sebuah prioritas.
Sudah ada kekhawatiran dan kritik jika pengujian vaksin China tidak memiliki tingkat transparansi yang sama dengan pengujian vaksin dari negara Barat.
Brazil sendiri sedang menunggu izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinovac dan vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford serta firma farmasi AstraZeneca.
Berita terbaru datang dengan perhitungan lonjakan kasus Covid-19 yang semakin mengkhawatirkan di Brazil.
Brazil memiliki angka pasien Covid-19 terbesar di dunia dengan total 8.1 juta kasus, di belakang AS dan India.
Sampai saat ini vaksinasi belum juga dimulai.
Penundaan itu telah disebabkan oleh pecahnya pandangan pemerintah mengenai vaksinasi.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini