Penulis
Intisari-online.com - Tepat pada hari ini vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin Sinovac yang didatangkan dari China dilmulai di Indonesia.
Orang pertama yang menggunakan vaksin ini adalah Presiden RI Jokowi, pada pagi tadi pada tanggal 13 Januari 2021.
Langkah ini sebagai upaya untuk menghentikan laju penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Salah satunya dengan mendatangkan vaksin Sinovac dari China yang telah melalui berbagai uji klinis hingga digunakan Indonesia saat ini.
Meskipun vaksin Sinovac buatan China ini dinilai sebagai terobosan untuk mencegah penyebaran virus corona, ternyata banyak penolakan.
Salah satunya ada sebuah negara di Asia Tenggara yang secara terang-terangan mengaku tidak mau menerima vaksin Covid-19 buatan China.
Melansir Straits Times, negara Asia Tenggara yang menolak tawaran vaksin tersebut adalah Kamboja.
Perdana Menteri Hun Sen mengatakan bahwa jika sebuah negara memberikan vaksin kepadanya dia tidak akan menyetujuinya.
Sementara itu, pernyataan itu didugan kuat ditunjukkan kepada China yang saat ini sedang gencar melakukan diplomasi vaksin.
"Jika vaksin tidak disetujui untuk digunakan dan kami menggunakannya untuk menyuntik orang, itu dapat menyebabkan kematian atau sangat mempengaruhi kesehatan," katanya.
"Itu akan sangat disayangkan," ungkpapdalam pidato yang disiarkan televisi nasional.
"Kami bersedia untuk duduk dan memakai masker wajah sambil menunggu, vaksinyang mendapatkan persetujuan," tambahnya, menurut Khmer Times.
"Saya tidak akan mengizinkan warga Kamboja digunakan untuk uji coba vaksin yang dilakukan oleh negara atau perusahaan mana pun kecuali disetujui oleh WHO," katanya.
"Kamboja akan membeli dosis dari negara-negara hanya jika WHO menyetujui vaksin itu," imbuhnya.
Hun Sen mengatakan beberapa negara telah memproduksi dan meluncurkan vaksin Covid-19, tetapi belum ada yang disetujui oleh WHO.
Bahkan yang dari Rusia, China, Amerika Serikat, Inggris, atau Jerman.
Nikkei Asia melaporkan bahwa Kamboja akan memperoleh satu juta dosis untuk batch pertama vaksinasi Covid-19 tetapi tidak manu menerima suntikan Sinovac China pada tahap ini.
Hun Sen mengatakan stok vaksin telah dipesan melalui fasilitas COVAX yang didukung PBB, yang mensubsidi vaksin untuk 92 negara berpenghasilan rendah.
Program itu dijalankan oleh Gavi, Vaccine Alliance memberikan dukungan bagi negara-negara miskin untuk memperoleh vaksin bagi 20 persen populasi mereka, meskipun negara penerima mungkin diminta untuk membagi biaya hingga 2 dollar AS (Rp30 ribu) per dosis.
Ini akan memberikan akses ke perawatan yang disetujui oleh WHO.
Nikkei mengatakan posisi ini tampaknya mengesampingkan kesepakatan awal untuk mengamankan vaksin Sinovac dari China.
Padahal China telah berjanji untuk mendukung upaya vaksin di Kamboja, sebagai sekutu terdekatnya di kawasan itu.
Pada Agustus, Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan kepada negara-negara Mekong bahwa mereka akan diberikan prioritas setelah vaksin yang dikembangkan China siap.
Hun Sen mengatakan Kamboja bertujuan untuk memperoleh 26 juta dosis untuk menyuntik 13 juta dari 16 juta warga Kamboja secara gratis.
Dia mengatakan pemerintah akan mengalokasikan antara 100 juta-200 juta dollar AS untuk membayar vaksin.
Pemerintah juga telah menerima lebih dari 48 juta dollar AS sumbangan dari lebih dari 38.000 orang.
Di antara janji terbesar, bos miliarder Malaysia dari kasino terbesar Kamboja, NagaWorld, menyumbangkan 5 juta dollar AS.
Beberapa taipan kaya raya, yang dikenal sebagai "oknha," juga telah memberikan sumbangan jutaan dolar.
Hun Sen mengatakan Kamboja akan membangun gudang khusus ultra-dingin untuk menyimpan vaksin Covid-19.
"Akan dibangun gudang untuk menyimpan vaksin dari 0 hingga -80 derajat Celcius," ujarnya.
Dia juga memerintahkan Menteri Kesehatan dan Keuangan untuk membahas pembelian truk untuk mengangkut vaksin pada suhu di bawah nol.
Dari vaksin yang diluncurkan sejauh ini, hanya satuyaituPfizer yang harus disimpan pada suhu -80 derajat.
Sinovac dari China dapat disimpan pada suhu lemari es normal antara dua dan delapan derajat.