Intisari-Online.com - Indonesia akan memasuki gelombang pertama vaksinasi massal Covid-19.
Kelompok usia yang pertama kali mendapatkannya adalah kelompok usia 18 hingga 59 tahun, sementara mereka yang berusia 60 tahun ke atas tidak diprioritaskan mendapat vaksinasi.
Strategi ini berbeda dari negara-negara lain yang telah memulai vaksinasi, misalnya Inggris dan Amerika Serikat, yang umumnya memprioritaskan kelompok lansia setelah tenaga kesehatan.
Melansir Kompas.com dari BBC News Indonesia, salah seorang juru bicara vaksinasi Covid-19 mengatakan bahwa dengan memberi kekebalan pada warga berusia 18-59 tahun, warga yang lebih tua bisa ikut terlindungi.
Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan warga usia 60 tahun ke atas tidak diprioritaskan sebagai penerima vaksin pada tahap pertama karena pemerintah ingin menjamin keamanan vaksin bagi kelompok usia tersebut.
"Bukan kita tidak memprioritaskan lansia, hanya saja kita masih membutuhkan data-data atau kajian yang lebih lanjut tentang penggunaan vaksin pada usia lansia ini," kata Siti kepada BBC News Indonesia.
Siti menjelaskan manfaat memberikan vaksin kepada kelompok usia 18-59 tahun terlebih dahulu.
Kelompok usia ini paling banyak terinfeksi Covid-19 di Indonesia, mencakup hampir 80 persen kasus positif, juga dianggap lebih aktif bergerak dibandingkan kelompok usia yang lebih tua.
Dengan memberi mereka kekebalan, kata Siti, diharapkan warga lainnya yang belum mendapatkan vaksin bisa ikut terlindungi.
"Supaya nanti kalau kelompok ini sudah punya kekebalan maka dia tidak akan membawa penyakit itu ke rumah. Karena sebenarnya elderly atau di atas 59 tahun itu kan lebih banyak aktivitasnya di rumah."
"Itu salah satu keuntungan yang akan kita dapatkan. Artinya, dengan kita memvaksinasi pada usia 18-59 tahun sebenarnya kelompok lansia juga mendapatkan proteksi," terangnya.
Selain itu, karena 18-59 tahun juga tergolong kelompok usia produktif, pemerintah berharap kegiatan ekonomi bisa kembali berjalan. Tapi itu bukan tujuan utamanya, kata Siti.
"Tujuan utama kita adalah memberikan perlindungan pada kelompok populasi ini karena dia memiliki dua risiko, yakni untuk dirinya sendiri dan membawa penyakit tersebut ke keluarga," ungkapnya.
Meski banyak warga Indonesia yang mendukung strategi vaksinasi Covid-19 tersebut, namun para ahli skeptis.
Dalam artikel yang dimuat di Al Jazeera, Rabu (13/1/2021), berjudul "Young people first: Indonesia’s COVID vaccine strategy questioned", ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai strategi vaksinasi Indonesia.
Kim Mulholland, profesor vaksinologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine yang berbasis di Universitas Melbourne, mengatakan, “Kami tahu bahwa orang tua yang telah divaksinasi di China dan Timur Tengah telah menanggapi vaksin dengan baik seperti halnya orang yang lebih muda.”
Jadi argumen bahwa lansia tidak boleh divaksinasi karena belum diikutsertakan dalam uji coba di Indonesia tidak valid.
Strategi Indonesia adalah kebalikan dari kebijaksanaan yang diterima tentang vaksinasi, dengan para ahli medis mengatakan kelompok pertama yang divaksinasi haruslah staf medis garis depan dan kemudian orang tua.
“Orang dewasa yang lebih tua, terutama mereka yang lemah atau tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, telah terpengaruh secara tidak proporsional oleh pandemi Covid-19,” menurut penelitian terbaru yang diterbitkan di The Lancet, jurnal medis terkemuka dunia. “Vaksin yang aman dan efektif dalam populasi ini telah diantisipasi dengan penuh semangat.”
Mulholland mengatakannya seperti ini: “Jika Anda melihat semua penelitian yang dilakukan di setiap negara di dunia, bukti yang banyak menunjukkan bahwa faktor risiko terbesar untuk menjadi sakit parah akibat Covid-19 adalah usia. Bahkan di Indonesia yang memiliki populasi muda, kematian terbanyak adalah orang di atas 60 tahun.”
Data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Indonesia menguatkan argumen tersebut. Orang berusia di atas 60 tahun mewakili hanya 10 persen dari populasi Indonesia, tetapi 39 persen dari kematian akibat Covid-19.
“Jadi itu membuat saya berpikir tentang apa yang telah dikatakan oleh rekan-rekan saya di Indonesia: bahwa apa yang mungkin sebenarnya coba dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah mencapai kekebalan kawanan (herd immunity) dengan memvaksinasi orang dewasa muda yang merupakan penyebar penyakit paling potensial,” kata Mulholland.
“Tetapi masalah dengan strategi ini adalah tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksinasi mencegah penerima untuk tertular dan menularkan penyakit. Vaksin yang efektif hanya terbukti mencegah penerima jatuh sakit."
Mulholland percaya bahwa penantian yang lama akan mengakibatkan ribuan lebih banyak kematian di kalangan lansia Indonesia.
“Sangat masuk akal bahwa anak muda yang divaksinasi masih bisa tertular penyakit tersebut, tidak menunjukkan gejala apapun dan membawanya pulang,” kata Mulholland. “Jika itu masalahnya, memvaksinasi orang dewasa muda tidak akan memperlambat tingkat kematian.”