Find Us On Social Media :

Kerja Paksa Pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan yang Dibangun 'Mas Galak' Daendels Rupanya Tidak Seluruhnya Kerja Paksa Seperti yang Diceritakan Buku Sejarah, Ini Kisahnya

By Maymunah Nasution, Senin, 8 Februari 2021 | 13:32 WIB

Herman Willem Daendels

Saat mengetahui hal ini, Daendels meminta komandan pasukan zeni Brigadir Jenderal von Lutzow untuk mengatasinya dengan tembakan artileri yang berhasil meratakan bukit dan pembangunan berjalan sampai Karangsambung.

Sejak Karangsambung ini, proyek dilakukan dengan sistem kerja upah.

Para bupati pribumi diperintahkan menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah tertentu dan masing-masing setiap harinya dibayar 10 sen per orang dan ditambah dengan beras serta jatah garam setiap minggu.

Namun sayangnya, catatan pembayaran dari bupati ke para pekerja tidak pernah ada baik di arsip sejarah Indonesia, Belanda maupun Perancis.

Baca Juga: Herman Willem Daendels si Tangan Besi yang Penuh Kontroversi tapi Tetap Saja Diabadikan Namanya

Kemudian setibanya di Karangsambung Juni 1808, dana tiga puluh ribu gulden yang disiapkan Daendels untuk membayar tenaga kerja habis dan di luar dugaannya tidak ada lagi dana untuk proyek pembangunan jalan.

Daendels lalu berkunjung ke Semarang pada Juli 1808 dan mengundang semua bupati di pantai utara Jawa, lalu ia menyampaikan jika proyek Jalan Raya Pos harus diteruskan.

Ia kemudian memerintahkan para bupati agar menyediakan tenaga kerja untuk membangun jalan, dengan kebutuhan pangan bagi mereka diberikan oleh bupati itu sendiri.

Kesepakatan tercipta dan pembangunan dilanjutkan dari Karangsambung menuju Cirebon, dan jalan telah dibangun sampai di Pekalongan.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya, 'Akurat' Memprediksi Penjajahan Belanda dan Jepang, Namun Picu Perdebatan Panjang tentang Jajaran Presiden Indonesia