Find Us On Social Media :

Kisah Hazel Ying Lee, Pilot Wanita Keturunan China-Amerika pada Perang Dunia II yang Melanggar Batas Budaya, Namun Tak Pernah Diakui Perannya

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 4 Februari 2021 | 13:35 WIB

Hazel Ying Lee, pilot pertama China-Amerika pada Perang Dunia Kedua.

Meski para wanita ini menerbangkan pesawat militer, namun mereka dianggap pilot sipil karena gaji pegawai negeri.

Mereka juga tidak diberi keuntungan militer, harus membayar sendiri akomodasi, makanan, dan seragam mereka, dan mereka dibayar lebih rendah dari rekan pria.

Meskipun para wanita telah menjalani pelatihan yang sama dengan rekan pria mereka, mereka tidak dipercaya oleh atasan mereka dan harus membuktikan nilai mereka.

Mereka dikirim pada apa yang disebut misi "Sisa Semalam" dan perjalanan musim dingin dengan pesawat kokpit terbuka.

Jam kerja mereka melelahkan dengan tujuh hari kerja dalam seminggu, tetapi peran mereka sangat penting untuk menjaga agar mesin mesin perang Sekutu tetap berjalan.

Hazel dipindahkan ke Grup Feri ketiga di Romulus, Michigan.

Di sana ia mengirimkan pesawat yang diproduksi di pabrik mobil untuk dikirim ke medan perang Eropa dan Pasifik.

Saat waktu luang yang sedikit,  Hazel sering membuat lelucon dan memperkenalkan budaya dan masakan China kepada rekan-rekan pilotnya.

Selama dinasnya, Hazel mengalami dua pendaratan paksa.

Baca Juga: Biasa Terbangkan Jet Tempur, Alasan Pilot Wanita Ini Sukses Daratkan Pesawat Komersil dengan Satu Mesin Hancur