Find Us On Social Media :

Kisah Jam Raksasa nan Misterius di Candi Borobudur, Bukti Kejeniusan di Balik Mahakarya Wangsa Syailendra

By Ade S, Senin, 25 Januari 2021 | 19:29 WIB

Candi Borobudur

Intisari-Online.com - Jam raksasa yang menjadi salah satu 'keajaiban' dari Borobudur sering kali luput dari pengetahuan.

Candi Borobudur tidak hanya pantas masuk ke dalam daftar keajaiban dunia berkat kemegahannya, tapi juga hal-hal unik yang meliputinya.

Borobudur benar-benar menjadi sebuah bukti betapa Wangsa Syailendra sangat jenius dalam membangun mahakaryanya tersebut.

Ya, Borobudur memang bukan sekadar tempat untuk bersembahyang bagi penganut agama Buddha.

Baca Juga: Misteri 'The Unfinished Buddha' di Candi Borobudur, Patung dari Stupa Terbesar yang Timbulkan Banyak Teori tentang Asal Usulnya

Beragam hal unik meliputinya, termasuk mengenai keberadaan jam raksasa kuil Buddha terbesar di dunia tersebut.

Borobudur bermula pada sekitar tahun 750 Masehi, ketika seorang arsitek bernama Gunadarma berdiri di sebuah gunung di Kerajaan Syailendra.

Di hadapannya tampak sebuah danau dikelilingi tujuh gunung. Di tengah danau berdiri sebuah bukit.

Dari danau itu mengalir sungai, berkelok-kelok. Sebuah pemandangan yang luar biasa indah.

Baca Juga: Kudapan Ini Bernama 'Bajingan', Siapa Sangka Merupakan Salah Satu Kudapan Merakyat nan Mantap di Pelosok Borobudur

Sayangnya, dua dari tujuh gunung yang mengelilingi termasuk gunung aktif. Itulah Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.

Alam Kerajaan Syailendra subur dan indah, tapi rawan bencana.

Begitu pula Gunadarma yang taat beragama Budha. Gunadarma mungkin juga berharap kerajaannya selamat dari bencana.

Dia memikirkan sebuah cara. Bagaimana jika di tengah danau itu dibangun sebuah tempat ibadat?

Baca Juga: Termasuk Salah Satu Keajaiban Dunia, Siapa Sangka Kondisi Candi Borobudur Justru Porak-poranda saat Pertama Kali Ditemukan, Menyedihkan!

Supaya Tuhan melindungi manusia dari bencana.

Gunadarma merancang tempat ibadat berbentuk bunga teratai.

Bunga teratai raksasa yang mekar di tengah danau dan dikelilingi tujuh gunung. Raja Syailendra mendukung pembangunan tempat ibadat itu.

Tempat ibadat itu dibangun selama 92 tahun.

Baca Juga: Ingat! Jangan Pernah Lagi Nekat Merogohkan Tangan ke Dalam Stupa Candi Borobudur, Akibatnya Sungguh Buruk

Ketika selesai, tempat ibadat itu memang tampak seperti bunga teratai di tengah danau. Itulah tempat ibadat bernama candi Borobudur.

Sayangnya, gempa dan letusan gunung berapi membuat danau di sekitar Candi Borobudur hilang.

Tumpukan debu gunung berapi menyebabkan danau mengering. Di zaman sekarang, Candi Borobudur tidak lagi dikelilingi danau.

Borobudur dibangun sebelum bangsa Kamboja membangun Candi Angkor Wat.

Baca Juga: Petualangan Cinta Berakhir Bahagia Sang Buddha dan Seorang Putri Terekam di Candi Borobudur

Juga dibangun sebelum orang Eropa membangun gedung-gedung katedral yang megah.

Bentuk candi Borobudur lebih rumit dibanding piramida Mesir. Bayangkan, batu seberat 2 ton disusun satu per satu sampai jadi bukit berlantai 10.

Batu itu juga diukir dengan gambar yang sangat teliti. Gambar itu berkisah tentang kehidupan rakyat Kerajaan Syailendra.

Nah, ada satu misteri lain soal Candi Borobudur ini, yakni sebuah jam raksasa

Baca Juga: Menjadikan Borobudur sebagai Destinasi Super Prioritas, Kementerian Pariwisata Mengembangkan Tur Interpretatif Berbasis Storynomic Tourism

Bagaimana melihat Candi Borobudur sebagai sebuah jam raksasa?

Begini penjelasannya. Candi Borobudur memiliki 72 buah stupa berbentuk lonceng terbalik.

Stupa terbesar berada di lantai teratas. Arsitek Borobudur memakai stupa-stupa itu sebagai titik tanda jam.

Jarum jam-nya berupa bayangan sinar Matahari yang disebabkan stupa terbesar.

Ya, bayangan stupa terbesar selalu jatuh dengan tepat di stupa lantai bawah.

Tak hanya itu, Candi Borobudur juga merupakan petunjuk arah yang sangat tepat. Tanpa bantuan kompas dan GPS.

Seperti diketahui, Matahari memang terbit di arah timur. Namun, tidak selalu tepat di titik timur.

Matahari hanya terbit benar-benar di titik timur dalam dua kali setahun. Yaitu sekitar tanggal 20-21 Maret dan 22-23 September.

Nah, arsitek Borobudur rupanya sudah mengetahui titik timur yang benar. Oleh karena itu, Candi Borobudur juga dibangun menghadap titik utara dan selatan dengan sangat tepat.

Benar-benar sebuah wujud dari kejeniusan para pembuatnya bukan?

Baca Juga: Mengenal Balkondes, Kolaborasi Desa di Sekitar Borobudur dan BUMN untuk Mengembangkan Potensi Ekonomi