Penulis
Intisari-Online.com – Dari 3,8 juta orang yang datang ke Candi Borobudur pada 2017, kira-kira berapa persenkah yang mengetahui tentang kisah cinta Sang Buddha dan seorang putri dari khayangan bernama Manohara?
Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, ini istimewa tidak hanya karena menggenggam gelar Situs Warisan Budaya Dunia dari UNESCO.
Candi yang dibangun pada abad 9 pada masa Dinasti Syailendra di bawah kepemimpinan Samaratungga Dewa ini juga istimewa karena merekam kisah cinta abadi seorang pangeran yang setelah reinkarnasi, kita kenal sebagai Siddhartha Gautama alias Sang Buddha.
Kisah ini disebut kisah cinta Pangeran Sudana dan Putri Manohara.
Jika menyebut nama Sudana dan Manohara, pasangan romansa ini jelas tidak sepopuler Romeo-Juliet atau Layla-Majnun. Namun, kita pasti familier dengan kisah pasangan Jaka Tarub dan Nawang Wulan.
Kisah cinta Manohara dan Sudana adalah kisah dalam bentuk visual paling tertua terkait cerita bidadari mandi yang serupa dengan cerita Jaka Tarub. Manohara sendiri adalah makhluk surgawi dengan wujud manusia dari kepala hingga pinggang, dan wujud burung dari pinggang ke kaki.
Kalau sekarang kita pernah mendengar cerita yang hampir mirip di berbagai negara, seperti Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan lain-lain, kisah ini sesungguhnya berawal dari Candi Borobudur.
Di galeri 1 Candi Borobudur, kita bisa membaca relief-relief kisah Pangeran Sudana dan Putri Manohara dengan mata kepala sendiri.
Tempo hari, Intisari beruntung karena Louie Buana, anggota Tim Ahli Penyusun Legenda Borobudur Universitas Gadjah Mada, menceritakan petualangan cinta Pangeran Sudana dan Putri Manohara ini dengan runut.
Cerita Pangeran Sudana dan Putri Kinara-Kinari bernama Manohara berasal dari Kitab Avadana. Dimulai ketika Putri Manohara dan enam saudarinya, anak Raja Druma yang bertahta di Himalaya, sedang mandi di sungai.
Putri Manohara kemudian dijebak oleh seorang pemburu sehingga kehilangan kemampuan untuk terbang. Pangeran Sudana yang kebetulan saat itu sedang berada di hutan untuk berburu, akhirnya menyelamatkan Putri Manohara dari si pemburu dengan barter harta.
Putri Manohara ternyata nanti bereinkarnasi menjadi Putri Yasodara, istri Sang Buddha. Sementara, Pangeran Sudana di kelahiran selanjutnya bereinkarnasi menjadi Siddhartha Gautama.
Singkat kata, mereka menikah. Namun, ketika Pangeran Sudana sedang pergi dari istana untuk berperang, Putri Manohara difitnah oleh seisi istana dan hampir dicelakai oleh ayah Sudana alias Sang Raja yang termakan fitnah orang-orang.
Beruntung, Ibu Sudana percaya kalau Putri Manohara itu baik. Maka, Ratu menyuruh Putri kabur dari istana untuk menyelamatkan diri. Putri Manohara pulang ke Himalaya.
Setelah Sudana pulang dan tidak menemukan istrinya di istana, ia pergi mencari sang istri. Ia berjalan terus, memasuki hutan, hingga bertemu brahmana.
Orang sakti itu mengatakan kalau Putri Manohara kembali ke Himalaya. Pangeran Sudana beperjalanan memakan waktu 7 tahun (menurut Kitab Avadana) ke Himalaya. Ujian tak selesai sampai di situ.
Pangeran Sudana harus lolos 33 ujian yang diberikan oleh Raja Druma, ayah Manohara. Namun, akhirnya Sudana berhasil bersatu kembali dengan Manohara. Mereka kemudian kembali ke Negeri Pancala, rumah Sudana.
Upaya storytelling yang dilakukan oleh Tim Ahli Penyusun Legenda Borobudur UGM yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata RI mengenai relief-relief di Candi Borobudur ini adalah sebuah pendekatan baru bernama Storynomics Tourism.
Nantinya, akan dibuat banyak rute atau trail berwujud interpretative tour di Borobudur yang diharapkan mampu meningkatkan daya tarik Borobudur sebagai destinasi super prioritas.
(Astri Apriyani)
Baca Juga: Ternyata Seperti Inilah Kondisi Borobudur saat Pertama Kali Ditemukan, Menyedihkan