Advertorial
Intisari-Online.com - Candi Borobudur menjadi satu destinasi yang wajib dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Tercatat ada 200 ribu wisatawan mengunjungi candi Budha saat libur lebaran tahun 2018 lalu.
Banyak misteri yang tidak semua orang awam ketahui tentang candi yang ditargetkan akan dikunjungi 2 juta orang di 2019 ini.
Salah satunya yang menarik adalah misteri jam raksasa candi Borobudur.
Baca Juga : Saudara Kandungmu Adalah Orang Penting Dalam Hidupmu, Jangan Pernah Sekalipun Lupakan Itu
Borobudur bermula pada sekitar tahun 750 Masehi, ketika seorang arsitek bernama Gunadarma berdiri di sebuah gunung di Kerajaan Syailendra.
Di hadapannya tampak sebuah danau dikelilingi tujuh gunung, di tengah danau berdiri sebuah bukit.
Dari danau itu mengalir sungai, berkelok-kelok. Sebuah pemandangan yang luar biasa indah.
Sayangnya, dua dari tujuh gunung yang mengelilingi termasuk gunung aktif. Itulah Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
Baca Juga : Kampung Naga Tasikmalaya, Pilihan Tepat untuk Menyepi dari Dunia Modern dan Teknologi
Alam Kerajaan Syailendra subur dan indah, tapi rawan bencana.
Begitu pula Gunadarma yang taat beragama Budha. Gunadarma mungkin juga berharap kerajaannya selamat dari bencana.
Dia memikirkan sebuah cara. Bagaimana jika di tengah danau itu dibangun sebuah tempat ibadat?
Supaya Tuhan melindungi manusia dari bencana.
Gunadarma merancang tempat ibadat berbentuk bunga teratai.
Bunga teratai raksasa yang mekar di tengah danau dan dikelilingi tujuh gunung. Raja Syailendra mendukung pembangunan tempat ibadat itu.
Tempat ibadat itu dibangun selama 92 tahun.
Ketika selesai, tempat ibadat itu memang tampak seperti bunga teratai di tengah danau. Itulah tempat ibadat bernama candi Borobudur.
Sayangnya, gempa dan letusan gunung berapi membuat danau di sekitar Candi Borobudur hilang.
Baca Juga : Buah Parijoto, Warisan Sunan Muria yang Dianggap Bisa Atasi Masalah Sulit Hamil
Tumpukan debu gunung berapi menyebabkan danau mengering. Di zaman sekarang, Candi Borobudur tidak lagi dikelilingi danau.
Borobudur dibangun sebelum bangsa Kamboja membangun Candi Angkor Wat.
Juga dibangun sebelum orang Eropa membangun gedung-gedung katedral yang megah.
Bentuk candi Borobudur lebih rumit dibanding piramida Mesir.
Bayangkan, batu seberat 2 ton disusun satu per satu sampai jadi bukit berlantai 10.
Batu itu juga diukir dengan gambar yang sangat teliti. Gambar itu berkisah tentang kehidupan rakyat Kerajaan Syailendra.
Baca Juga : Mari Jaga Diri Kita untuk Tidak Mencampuri Urusan Orang Lain
Nah, ada satu misteri lain soal Candi Borobudur ini, yakni sebuah jam raksasa
Bagaimana melihat Candi Borobudur sebagai sebuah jam raksasa?
Begini penjelasannya. Candi Borobudur memiliki 72 buah stupa berbentuk lonceng terbalik.
Baca Juga : Ngeri, Ada Mayat di Antara Pesta Penikahan yang Berlangsung di Sebuah Hotel Mewah
Stupa terbesar berada di lantai teratas. Arsitek Borobudur memakai stupa-stupa itu sebagai titik tanda jam.
Jarum jam-nya berupa bayangan sinar Matahari yang disebabkan stupa terbesar.
Ya, bayangan stupa terbesar selalu jatuh dengan tepat di stupa lantai bawah.
Tak hanya itu, Candi Borobudur juga merupakan petunjuk arah yang sangat tepat. Tanpa bantuan kompas dan GPS.
Baca Juga : Kecewa 'Eksekusi Matinya' Ditunda Dua Kali, Narapidana Ini Akhirnya Mengakhiri Hidupnya dengan Bunuh Diri
Seperti diketahui, Matahari memang terbit di arah timur. Namun, tidak selalu tepat di titik timur.
Matahari hanya terbit benar-benar di titik timur dalam dua kali setahun.
Yaitu sekitar tanggal 20-21 Maret dan 22-23 September.
Nah, arsitek Borobudur rupanya sudah mengetahui titik timur yang benar.
Oleh karena itu, Candi Borobudur juga dibangun menghadap titik utara dan selatan dengan sangat tepat. (*)
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Misteri Jam Raksasa di Candi Borobudur, Mengungkap Jika Matahari Tak Selalu Terbit di Timur