Advertorial
Intisari-Online.com- Salah satu yang kerap dilakukan pengunjung Candi Borobudur adalah merogoh stupa untuk menyentuh patung Buddha yang ada di dalamnya.
Hal ini terkait dengan beberapa mitos yang menyebutkan adanya 'keajaiban' yang bakal terjadi jika kita berhasil menyentuh patung.
Ya, pada dasarnya sebagian masyarakat Indonesia sering kali menelan mentah-mentah mitos yang beredar tanpa melihat akibat buruk di baliknya.
Seperti halnya mitos yang ada di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Baca Juga: Mulai Sekarang, Jangan Lagi Berani Merogoh Tangan Patung Budha di Candi Borobudur!
Tak sedikit wisatawan yang berlomba-lomba merogoh patung arca yang diberi nama Kunto Bimo di pelataran paling atas candi.
Tak lain apa yang mereka lakukan berdasar karena terlanjur percaya mitos.
Banyak yang masih beranggapan jika siapa pun yang berhasil memegang tangan Kunto Bimo makan apa yang diinginkan akan terkabul.
"Mereka yang melakukan aksi merogoh patung itu bisa siapa saja. Mereka percaya kalau ingin cepat kaya, cepat naik pangkat, cepat dapat jodoh, tambah rezekinya maka upayanya ya itu tadi, merogoh patung," kata Kepala Unit PT Taman Wisata Candi Borobudur Pujo Suwarno, seperti dilansirTribunTraveldariKompas.com.
Baca Juga: Petualangan Cinta Berakhir Bahagia Sang Buddha dan Seorang Putri Terekam di Candi Borobudur
Bagian dari arca Kunto Bimo yang dipercaya bisa membuat harapan terkabul ada dua, yakni jari tangan dan kaki.
Jika yang menyentuh adalah laki-laki, maka bagian yang disentuh adalah jari tangan, sedangkan perempuan menyentuh kaki.
Namun masih bolehkah hal itu dilakukan saat ini, mengingat umur candi sudah semakin tua?
Pujo Suwarno mengingatkan, apabila aksi merogoh patung itu sebenarnya juga sumber penyakit bagi batu-batu yang melindungi patung Kunto Bimo.
Aksi wisatawan yang merogoh patung, apalagi di terik matahari menyebabkan tangan dan kakinya mengeluarkan keringat.
Keringat wisatawan tersebut bisa menempel di batu saat mereka berusaha menyentuh patung Kunto Bima.
Usaha wisatawan untuk merogoh patung tidaklah mudah.
Mereka tak jarang terpaksa menaiki batu-batuan agar tangannya mencapai bagian tertentu patung di dalam stupa.
Air yang menempel di batu tentunya mengandung garam dan kondisi percampuran air dengan batu akan menimbulkan penyakit pada batuan yang dibangun sejak abad ke-8.
Keringat akan membuat batu lama-kelamaan akan keropos.
Seperti apa pun mitosnya, menyentuh arca memang seharusnya tidak dilakukan wisatawan.
Ada baiknya traveler menikmati peninggalan bersejarah tersebut tanpa harus merusak dan menyakiti batu itu.
Di samping merogoh patung, ada alasan kuat lagi wisatawan ke Candi Borobudur.
Yakni melihat hiruk pikuk pedagang cendera mata.
Saat ini terdapat lebih dari 2.500 pedagang yang ada di kawasan candi, kata Pujo Suwarno.
(TribunTravel.com, Tertia Lusiana)
Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judulJangan Pernah Berani Merogoh Tangan Patung Buddha di Candi Borobudur.