Terlalu Lama Mencari RS Covid-19 Setelah 10 RS Menolaknya, Warga Depok Ini Meninggal Karena Covid-19 di Taksi Online yang Dipesannya, Masih Tidak Percaya Dengan Covid-19?

Maymunah Nasution

Penulis

Ilustrasi virus corona

Intisari-online.com -Pandemi Covid-19 masih ada di sekitar kita.

Namun dilihat dari pergerakan masyarakat sepertinya masih banyak yang tidak percaya akan Covid-19.

Padahal korban penyakit ini bisa jadi adalah lingkaran terdekat Anda sendiri.

Baru-baru ini ada kasus pasien Covid-19 meninggal dunia saat baru dilarikan ke Rumah Sakit (RS).

Baca Juga: Sudah 5 Hari Sejak Presiden Jokowi Diberi Vaksin Sinovac, Inilah Efek Samping yang Dirasakan Orang-Orang yang Juga Menerima Vaksin

Seorang warga domisili Depok dilaporkan meninggal di taksi online dalam keadaan menderita gejala seperti Covid-19, setelah ditolak banyak rumah sakit rujukan.

Hal itu disampaikan LaporCovid19 yang menerima laporan secara langsung dari keluarga pasien pada 3 Januari 2021.

"Anggota keluarganya meninggal di taksi daring setelah ditolak di 10 rumah sakit rujukan Covid-19," demikian tulis LaporCovid19 melalui keterangan pers bersama Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Jumat (15/1/2021).

Namun ada yang mengabarkan dari Kompas.com jika insiden itu terjadi pada 20 Desember lalu.

Baca Juga: Ratusan Infeksi Covid-19 Lagi Bulan Ini, China Selesaikan Pembangunan Rumah Sakit Darurat Hanya dalam 5 Hari

Insiden itu menimpa seorang ayah yang kesulitan mencari rumah sakit rujukan Covid-19 saat dirinya mengalami sesak nafas dan sejumlah gejala lain yang mirip Covid-19.

Situasi ini memang mencerminkan situasi gawat yang sedang terjadi saat ini di banyak wilayah akibat lonjakan kasus Covid-19 pascalibur panjang, termasuk di Depok.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita belum dapat mengonfirmasi kabar ini.

Ia mengatakan pihaknya tengah mencari identitas warga tersebut.

Baca Juga: Rumah Sakit Rujukan Semakin Penuh, Jalani Isolasi Mandiri di Rumah, Pasien Covid-19 Disarankan oleh Dokter Konsumsi Vitamin Berikut Ini, Catat! Bisa Juga untuk Berjaga-jaga Agar Tidak Terinfeksi!

"Tadi sudah ada nama dokter yang jadi sumbernya, tapi dia ngasih lagi ke orang lain, tapi kayaknya tertutup banget data-datanya,” jelas Novarita dikutip Tribun Jakarta, Sabtu (16/1/2021).

“Saya mau tahu motivasinya apa, kalau untuk perbaikan kan kita harus tahu datanya agar jelas, apakah tidak ada perhatian atau dia pergi ke rumah sakit inisiatif nggak sabar nunggu. Karena kan memang sekarang ini di IGD ramai banget, akhirnya dia nyari-nyari mungkin sampai 10 rumah sakit,” ucapnya.

Alarm sudah berbunyi sejak November

Alarm soal ancaman kolapsnya fasilitas kesehatan di Depok sudah berbunyi sejak akhir November, kurang lebih 2 pekan usai awal lonjakan pasien Covid-19 di Depok terjadi pada 11 November 2020.

Baca Juga: Sudah Fitnah Ikhwanul Muslimin, Menkes Mesir Akhirnya Akui Krisis Pasokan Oksigen yang Bikin Seluruh Pasien Covid-19 di Sebuah ICU Meregang Nyawa

Dua rumah sakit besar milik pemerintah, yaitu RSUD Kota Depok dan RS Universitas Indonesia (RS UI) menyampaikan bahwa okupansi ruang isolasi Covid-19 mereka mulai menyentuh 80 persen.

Dari peringatan itu, ketersediaan ICU bagi pasien bergejala berat jadi hal yang paling mengkhawatirkan karena jumlahnya memang sedikit, sehingga tak dapat menerima seluruh pasien Covid-19 yang dirujuk kepada 2 rumah sakit itu.

Pada 29 Desember 2020, ketika jumlah pasien Covid-19 sudah 3.343 orang, Direktur RSUD Kota Depok Devi Maryori membenarkan bahwa instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit yang ia bawahi penuh.

Sepekan berselang, Novarita menyebut keterisian tempat tidur isolasi pasien Covid-19 mendekati 90 persen.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Baru Saja Dimulai, Tapi Puluhan Orang di Negara Ini Malahan Meninggal Dunia Setelah Disuntik Vaksin Covid-19, Kok Bisa?

Sementara 56 ICU di 21 rumah sakit nyaris penuh seluruhnya.

Menindaklanjuti krisis ketersediaan tempat tidur isolasi dan ICU, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok mengundang beberapa direktur rumah sakit untuk duduk bareng.

“Kami identifikasi gedung yang mereka punya. Saat ini kita sedang berkoordinasi dengan rumah sakit terkait kemampuan penambahan tempat tidur isolasi dan juga untuk ICU,” kata Dadang Wihana, juru bicara satgas, pada Kamis (7/1/2021).

“Lalu, (memetakan) rumah sakit apa yang bisa dikerjakan, dari pemerintah kota apa yang bisa diintervensi.

Baca Juga: Jangan Kaget! Reaksi Ini Mungkin Saja Terjadi Setelah Anda Disuntik Vaksin Covid-19, Kenali Termasuk Cara Mengatasinya

"Demikian pula kami akan mengusulkan kepada Provinsi dan Pusat terkait ventilator yang jadi kebutuhan kita. Jumlahnya disesuaikan dengan sarana yang ada di rumah sakit.

"Direktur rumah sakit mengkonkretkan jumlah ruangan yang digunakan untuk tempat tidur ICU,” jelasnya.

Saat ini, jumlah pasien Covid-19 di Depok sudah 4.204 orang, terbanyak selama 10 bulan pandemi melanda.

Tidak hanya di Depok

Baca Juga: Selalu Berada di Sisi China Saat Negara Lain Ogah, Negara ASEAN Ini Dapat 1 Juta Vaksin Sinovac Gratis

Kasus di Depok hanya sampel kecil dari situasi darurat yang sedang terjadi dalam skala nasional.

Tri Maharani, relawan tim BantuWargaLaporCovid19, menekankan bahwa situasi layanan kesehatan sudah genting.

“Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak bulan September 2020, yang kemudian mereda pada periode pemberlakuan PSBB di Jakarta," jelas Tri dalam keterangan itu.

"Menjelang pertengahan November 2020, saat pelaksanaan Pilkada serentak dan libur Natal, memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien," tambahnya.

Baca Juga: Covid Hari Ini 5 Oktober 2020: Perhimpunan RS Indonesia Sebut Opini RS Meng-Covid-kan Pasien Buat Nakes Putus Asa

Di lapangan, LaporCovid19 menemukan bahwa sistem rujuk antar fasilitas kesehatan tidak berjalan dengan baik, sistem informasi kapasitas rumah sakit tidak berfungsi.

Banyak warga yang memerlukan penanganan kedaruratan kesehatan akibat terinfeksi Covid-19 tidak mengetahui harus ke mana.

Kondisi ini diperparah dengan permasalahan sistem kesehatan yang belum kunjung diatasi, di antaranya keterbatasan kapasitas tempat tidur, minimnya perlindungan tenaga kesehatan dan tidak tersedianya sistem informasi kesehatan yang diperbarui secara real-time.

"Jika tidak segera diatasi, semakin banyak warga meninggal hanya karena otoritas abai dalam memberikan hak atas layanan dan perawatan kesehatan," kata Tri.

Baca Juga: Seorang Perawat Sampai Terduduk di Lantai karena Syok saat Seluruh Pasien Covid-19 di Sebuah ICU di Rumah Sakit Ini Meregang Nyawa karena Kehabisan Pasokan Oksigen

Sampai saat ini pandemi Covid-19 belum berakhir.

Tetap jaga kesehatan diri sendiri dan orang lain dengan tetap terapkan praktik 3M.

Jangan lupa untuk tetap berada di rumah saja untuk mencegah penularan virus Corona.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait