Penulis
Intisari-online.com -Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Kuntjoro Adi Purjanto menilai, adanya opini yang menyatakan rumah sakit sengaja mendiagnosis pasien dengan penyakit Covid-19 dapat berdampak buruk pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Hal itu disampaikan Kuntjoro menanggapi pernyataan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menyatakan ada rumah sakit yang sengaja mendiagnosis pasien dengan penyakit Covid-19, padahal tidak terinfeksi virus corona.
"Terbangunnya opini 'rumah sakit meng-Covid-kan pasien' menimbulkan stigma dan pengaruh luar biasa pada menurunnya kepercayaan publik terhadap rumah sakit dan meruntuhkan semangat dan ketulusan pelayanan yang dilaksanakan rumah sakit dan tenaga kesehatan," kata Kuntjoro dalam keterangan tertulis, Minggu (4/10/2020).
Selain itu, menurut Kuntjoro, pernyataan kontroversial itu dapat berdampak negatif, sehingga masyarakat menilai buruk pelayanan rumah sakit.
"Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kepada pasien dan masyarakat umum," ujar dia.
Ia menambahkan, pernyataan yang tak disertai fakta, bukti, atau tidak terbukti kebenarannya akan membangun persepsi keliru yang seolah-olah rumah sakit melakukan perilaku yang kecurangan.
Persepsi keliru dan opini tersebut bisa menghasilkan misinformasi dan disinformasi yang merugikan pelayanan rumah sakit dalam penanganan pandemi Covid-19.
Ia menambahkan, jka pernyataan tersebut benar dan dapat dibuktikan secara sah, Persi mendukung pemberian sanksi terhadap oknum petugas atau institusi rumah sakit yang melakukan kecurangan meng-Covid-kan pasien.
Ia pun mengatakan Persi terbuka terhadap semua masukan dan kritik untuk memperbaiki penanganan Covid-19 di seluruh rumah sakit.
"Persi mengimbau, mengajak, dan senantiasa berkolaborasi kepada para pihak yang berkepentingan memperbaiki pelayanan kesehatan dalam penanganan pandemi Covid-19," kata Kuntjoro.
"Persi menerima masukan, aspirasi, dan keluhan yang dapat disampaikan dengan cara yang tepat dan saluran yang benar," ucap dia.
Sebelumnya Moeldoko menyoroti tentang definisi ulang tentang kematian pasien yang selalu dikaitkan dengan Covid-19.
"Definisi ini harus kita lihat kembali, jangan sampai semua kematian itu selalu dikatakan karena Covid-19," kata Moeldoko bertemu Ganjar Pranowo di kantornya, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/10/2020).
Menurut dia, definisi tersebut perlu diluruskan agar tidak disalahartikan.
Sebab, sudah banyak terjadi, orang sakit biasa atau mengalami kecelakaan, didefinisikan meninggal karena Covid-19.
"Jangan semua kematian itu selalu karena Covid-19. Ini perlu diluruskan. Jangan sampai ini menguntungkan pihak-pihak yang ingin mencari keuntungan dari definisi itu," kata dia.
Moeldoko menilai harus ada tindakan serius agar isu yang menimbulkan keresahan pada masyarakat ini segera tertangani.
Ganjar membenarkan bahwa isu itu sudah menimbulkan keresahan dalam masyarakat.
Bahkan, kejadian itu sudah pernah terjadi di Jawa Tengah.
"Tadi Pak Moeldoko tanya, itu bagaimana ya banyak asumsi muncul semua yang meninggal di rumah sakit di-Covid-kan.
Ini sudah terjadi di Jawa Tengah, ada orang diperkirakan Covid terus meninggal, padahal hasil tes belum keluar," ucap Ganjar.
"Setelah hasilnya keluar, ternyata negatif. Ini kan kasihan, ini contoh-contoh agar kita bisa memperbaiki hal ini," kata politisi PDI-P itu.
(Rakhmat Nur Hakim)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perhimpunan RS: Opini Meng-Covid-kan Pasien Runtuhkan Ketulusan Tenaga Kesehatan"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini