Find Us On Social Media :

Berupaya Gulingkan China dari Tindakan Main Hakim Sendiri, Upaya Australia Mencari Bukti Kotor China Dianggap Negeri Panda Sebagai 'Aksi Balas Dendam', Begini Ceritanya

By Maymunah Nasution, Kamis, 31 Desember 2020 | 15:16 WIB

Tambang bijih besi di Australia, meskipun produk bijih besi ditolak China, Australia dikabarkan bisa mendulang untung yang besar dari perang dagang ini

Capital Economics mengatakan minggu lalu jika mereka memperkirakan ketegangan itu akan tetap tidak pasti, dan mengestimasi perang dagang akan merusak PDB Australia sebesar 1,8% karena produk-produk itu berkontribusi pada penghasilan Australia.

Mengambil posisi jika dua ekspor kunci Australia ke China, bijih besi dan gas alam cair akan berkurang, PDB Australia dapat memburuk lebih jauh lagi, sampai 2,8%, lebih-lebih jika China menargetkan lebih banyak ekspor minor, seperti dipaparkan analis Capital Economics Marcel Thieliant.

"Sementara Australia seharusnya mampu memindahkan pengiriman ke negara lain, ketegangan perang dagang adalah alasan lain mengapa ekonomi Australia tidak akan kembali ke posisi sebelum virus Corona menyerang," papar Thieliant di South China Morning Post.

Pada 2019, PDB Australia tumbuh sebanyak 2.2% menurut Biro Statistik Australia.

Baca Juga: Sampai Hati Tolak-tolak Batubara Australia, China Terciduk Membeli Batubara dari Pyongyang Padahal Korea Utara dapat Sanksi Internasional

Thieliant mengatakan setelah menghapus nilai ekspor kunci bijih besi, gambaran umum tunjukkan jika ketegangan perang dagang telah berdampak pada PDB Australia.

Harga bijih besi telah meningkat menembus rekor 9 tahun dalam beberapa minggu saja, membuat China mempertanyakan harga itu dengan tambang Anglo-Australia Rio Tinto dan BHP.

Perdagangan tidak hanya menjadi satu-satunya yang terdampak konflik ini, dengan rencana menghentikan perjanjian Jiangsu mengerucut pada kritik umum perjanjian akademik China-Australia dan perdagangannya serta kesepakatan bisnis.

Hal ini termasuk dengan perjanjian Belt and Road Initiative Victoria dengan China.

Baca Juga: Hendak Perjuangkan Nasib Ekspor Negaranya, Pakar Jelaskan Mengapa Perjuangan Australia Lewat WTO Akan Tetap Sia-sia Setelah Sanksi China Muncul

Kekhawatiran Australia mengenai campur tangan dari mahasiswa China dan pebisnis China lima tahun terakhir juga membuat konflik meningkat.

Dokumen Belt and Road Victoria meskipun tidak mengikat tapi mempelopori RUU Hubungan Luar Negeri yang baru diberlakukan, memberi kekuatan pemerintah Australia untuk hancurkan perjanjian apa pun, termasuk program akademik dan penelitian.

Pengawasan ini bisa membahayakan tingginya tingkat kerja sama akademik antara kedua negara, seperti penelitian yang dibuktikan oleh Australia-China Relations Institute (ACRI) di University of Technology Sydney.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini