Advertorial
Intisari-online.com -China menjadi sumber pendapatan terbesar bagi Australia.
Lebih dari sepertiga dolar dari ekspor Australia didapatkan dari China.
China sangat-sangat menguntungkan bagi Australia karena China menggantungkan impor fisik dari Australia daripada jasa yang lebih sulit terukur.
Salah satu produk Australia yang senantiasa diekspor ke China adalah bijih besi.
Namun, kebanggaan Australia untuk terus menyuplai kebutuhan bijih besi kepada China tidak bertahan lama.
China sekarang berubah, dari negara yang haus bijih besi untuk membangun kota-kotanya menjadi suplai jasa.
Ada juga beberapa hal yang membuat China sudah tidak tertarik dengan bijih besi Australia lagi.
Akibatnya, Australia mulai kelimpungan 'membuang' produk-produk mereka yang dulunya dilarikan ke China.
Pentingnya bijih besi bagi ekonomi Australia
Dikutip dari The Conversation, John Quiggin dan James Laurenceson memiliki pendapat jika efek lumpuhnya ekspor Australia ke China hanya kecil saja.
Mereka tunjukkan jika ekspor mineral hanya senilai 1% saja dari pendapatan nasional Australia, dan China hanya akan merugikan diri mereka sendiri jika memotong aliran tersebut.
Namun dengan standar ukuran China, kerusakan bagi China akan berukuran lebih kecil daripada kerusakan yang dialami Australia.
Sementara sektor tambang bukanlah sumber perekonomian Australia terbesar, pertumbuhannya sejak tahun 2002 telah membawa ledakan sekunder di industri jasa Australia.
Kota-kota Pesisir Timur Australia menjadi makmur dengan pertambangan.
Ledakan pertambangan membawa lonjakan penting dalam syarat perdagangan Australia, mendorong meningkatnya nilai tukar Dolar Australia dan membuat barang impor jauh lebih murah.
Itu artinya, pendapatan bagi Australia naik dan biaya hidup murah.
Sebaliknya jika tambang Australia redup, maka nilai tukar Dolar Australia melemah dan biaya hidup akan melonjak tajam.
Beberapa komentator menyebut Australia masih bisa mengekspor barley dan anggur ke negara lain.
Namun, tetap saja perang dagang dengan China menjadi cambuk besar bagi pertambangan Australia.
Banyak ahli mulai menghitung total kerusakan setelah China memblokir impor dari Australia, dengan lakukan simulasi efek penutupan perdagangan Australia-China sebesar 95%, dengan diberikan waktu untuk aliran modal dan produksi serta lapangan kerja untuk menyesuaikan kembali dan mengasumsikan bahwa kebijakan moneter dan neraca fiskal tetap tidak berubah di seluruh dunia.
Nyatanya, ditemukan guncangan terhadap permintaan produk Australia, dan hanya sebagian diimbangi oleh pengalihan ekspor mereka, bahkan dengan depresiasi besar terhadap dolar Australia.
Penyebabnya adalah hilangnya ekspor China, mengurangi tingkat pengembalian investasi di Australia, memaksa pasar keuangan untuk merelokasi keuangan ke bagian lain dunia.
Dampaknya langsung terasa nyata, terhadap produk domestik bruto dan pendapatan per kapita Australia adalah sebesar 6% dan 14%.
Sementara bagi China, nyaris tidak ada dampak, karena hanya mempengaruhi 0,5% PDB dan 2,4% pendapatan per kapita.
Lantas, apa penyebab China mulai tidak peduli dengan impor dari Australia?
Rupanya, investasi infrastruktur jalur sutra baru atau Belt and Road Initiative memfasilitasi suplai sumber daya dari lokasi selain Australia.
Salah satunya adalah tambang bijih besi Simandou dan tambang bauksit di Guinea, Afrika Barat.
Lama-lama, tawaran dari tambang tersebut akan menawarkan kualitas lebih tinggi dari Australia.
China juga akan mencari keragaman sumber bijih besi dari sumber lain, salah satunya dari Brazil.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini