Find Us On Social Media :

Ditemukan Oleh Ilmuwan Indonesia, Alat Pendeteksi Covid-19 Buatan Indonesia Ini Ternyata Disorot Oleh Media Inggris, Apa Kata Mereka ?

By Afif Khoirul M, Rabu, 30 Desember 2020 | 14:26 WIB

Sri Sultan Hamengkubuwono X mencoba alat deteksi Covid-19 buatan UGM, GeNose

Intisari-online.com - Belakangan Indonesia berhasil menemukan alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi virus corona hanya melalui hembusan udara.

Hal itupun membuat media Inggris Daily Mirror menyorotnya, mereka memberikatakan kabar soal penemuan itu.

Mirror menulis dalam judulnya "Breathalyser that could detect coronavirus in 2 minutes undergoes sucessful trial."

Atau jika diartikan, "Breathalyser yang dapat mendeteksi virus corona dalam 2 menit menjalani uji coba berhasil."

Baca Juga: Meski Timor Leste Justru dianggap Negara Asia Tenggara Paling Berhasil Atasi Covid-19, dengan Statistik yang Mengaggumkan, Situasinya Justru Mengkawatirkan, Mengapa?

Dikatakan bahwa Breathalyser atau alat pernapasan yang dibuat Indonesia tersebut mampu mendeteksi virus corona dalam 2 menit.

Kemudian juga telah dilakukan uji coba dan berhasil.

Alat itu dibuat oleh Universitas Gajah Mada Indonesia, yang diklaim sebagai alat tes yang bebas rasa sakit dan hanya membutuhkan pasien menghembuskan napas ke tabung.

Kemudian napas akan diuji senyawa organik volatil yang terkait dengan virus corona, dengan akurasi rata-rata 93%.

 Baca Juga: Hati-hati, Jika Anda Melanggar Karantina Covid-19 di Korea Utara, Nasib Anda Bisa Langsung Antara Hidup dan Mati Karena Dijebloskan ke Penjara Ini, Mari Tengok Bagaimana Kondisinya

Mirror juga mengutip pernyataan dari peneliti utamanya Kuwat Triyana yang mengatakan, "Dengan 100 perangkat yang akan kami distribusikan (ke rumah sakit dan laboratorium), kami dapat melakukan 120 tes per perangkat, atau 12.00 tes per hari." 

"Perkiraan 120 didasarkan pada tiga menit yang diperlukan untuk menguji setiap subyek, yang mencakup hembusan ke perangkat, jadi dalam satu jam perangkat ini bisa menguji 20 orang," katanya.

Alat ini juga telah disejutui oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, dengan nama GeNose.

Sementara itu, tidak dijelaskan bagaimana respon Inggris terhadap penemuan alat ini.

Namun, Mirror mengatakan, penemuan alat ini muncul pada saat Inggris sedang mengalami lonjakan pasien Covid-19 di rumah sakit NHS.

Jumlahnya diperkirakan lebih tinggi dari gelombang pertama di Inggris yang terjadi pada bulan April.

Baca Juga: Mempelajari Novel Mata-mata Era Perang Dingin Ini Seharusnya Dilakukan China dan AS dan Kita Semua untuk Menyambut Tahun Baru, Upaya Mencegah Perang?

Data NHS Inggris menunjukkan ada 20.426 pasien di rumah sakit NHS di Inggris pada pukul 8 pagi pada hari Senin, dibandingkan dengan 18.974 pasien yang tercatat pada 12 April.

Jumlah kasus virus korona yang dikonfirmasi laboratorium lebih lanjut yang tercatat dalam satu hari di Inggris.

Juga mencapai tertinggi baru 41.385 pada pukul 9 pagi hari Senin, menurut angka Pemerintah.

Dr Yvonne Doyle, direktur medis di Kesehatan Masyarakat Inggris, mengatakan.

"Tingkat infeksi yang sangat tinggi ini semakin mengkhawatirkan pada saat rumah sakit kita berada pada kondisi paling rentan, dengan penerimaan baru meningkat di banyak wilayah," katanya.

Angka-angka itu muncul di tengah peringatan bahwa rumah sakit di Selatan menghadapi peningkatan tekanan karena meningkatnya jumlah pasien virus korona.

Rumah Sakit Distrik Salisbury berada di bawah tekanan, karena staf menangani sejumlah pasien Covid yang hanya terlihat pada puncak gelombang pertama di bulan April.

Baca Juga: Hati-hati, Jika Anda Melanggar Karantina Covid-19 di Korea Utara, Nasib Anda Bisa Langsung Antara Hidup dan Mati Karena Dijebloskan ke Penjara Ini, Mari Tengok Bagaimana Kondisinya

Rumah sakit mengimbau hanya mereka yang mengalami "keadaan darurat" untuk mencari bantuan di A&E.

Rumah sakit di Gloucestershire "sangat sibuk" menangani lebih dari 200 pasien Covid-19 untuk pertama kalinya selama pandemi.

Saffron Cordery, wakil kepala eksekutif NHS Providers, mengatakan, "Kami tahu bahwa tingkat penerimaan Covid-19 meningkat dan beberapa trust melaporkan hingga tiga kali jumlah pasien Covid daripada di puncak gelombang pertama.

"Ini berarti rumah sakit dan layanan ambulans di area Tier 4 dan sekitarnya sangat sibuk, ditambah dengan meningkatnya ketidakhadiran staf karena sakit dan kebutuhan untuk mengisolasi diri."