Intisari-online.com - Tinker, Tailor, Soldier, Spy.
Bagi penggemar film Hollywood, pastinya judul film tahun 2011 itu tidak asing lagi.
Disutradarai oleh Tomas Alfredson, film itu segera meraup keuntungan dengan menghadirkan ketegangan hidup seorang mata-mata di era Perang Dingin.
Film itu dibuat dari novel berjudul sama karangan John le Carre, penulis novel Inggris berusia 89 tahun.
Siapa sangka, cerita mengesankan itu dibuat dari perjalanan hidupnya, sehingga Tinker, Tailor, Soldier, Spy memang merupakan permainan spionase, dengan mata-mata sinis kapitalis memulai perjalanannya.
Bahkan, plot dalam cerita itu begitu mirip dengan kondisi saat ini sehingga banyak yang menganggap seharusnya untuk berjaga-jaga, novel ini dipelajari Amerika Serikat dan China.
Hal ini karena Tinker, Tailor, Soldier, Spy bercerita tentang mata-mata di era Perang Dingin.
Opini oleh Tom Plate yang terbit di South China Morning Post mengatakan bahwa satu-satunya yang diperlukan untuk menciptakan Perang Dingin baru hanyalah sejumlah manusia di kedua sisi menelah mitos superioritas eksklusif.