Intisari-Online.com - Baru-baru ini kementerian luar negeri China telah mengambil nada yang semakin keras terhadap Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara lain.
Dijuluki "diplomasi prajurit serigala (wolf warrior)", pendekatan baru ini tampaknya populer di China.
Diplomasi baru ini memperkuat transisi diplomasi China dari konservatif, pasif, dan rendah hati menjadi tegas, proaktif, dan berprofil tinggi.
"Diplomasi prajurit serigala", menggambarkan serangan yang dilakukan oleh diplomat China untuk membela kepentingan nasional China, seringkali dengan cara yang konfrontatif.
Misalnya, juru bicara kementerian luar negeri China Hua Chunying dan Zhao Lijian menggunakan Twitter untuk membalas kritik eksternal terhadap penanganan wabah virus corona oleh China dan kualitas buruk peralatan medis China yang diekspor.
Zhao mengatakan dalam sebuah tweet pada 20 Maret bahwa "jika seseorang mengklaim bahwa ekspor China beracun, maka berhentilah mengenakan masker dan gaun pelindung buatan China." Dia menyarankan dalam tweet lain pada 12 Maret bahwa "Mungkin (tentara) AS yang membawa epidemi ke Wuhan."
Lantas, mengapa China menggunakan "diplomasi prajurit serigala"? Apakah gaya agresif ini sudah menjadi norma baru?
Lewat artikel yang terbit dalam The Diplomat berjudul Interpreting China’s ‘Wolf-Warrior Diplomacy‘ pada 15 Mei 2020, Zhiqun Zhu memaparkan cukup jelas mengenai hal ini.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR