Tragedi Nanking, Saat Puluhan Ribu Wanita China Dirudapaksa Tentara Jepang dengan Cara Tak Terbayangkan, Libatkan Penggunaan Bayonet dan Bambu pada Organ 'Pribadi'

Maymunah Nasution

Penulis

Wanita China yang dirudapaksa oleh Tentara Jepang waktu Tragedi Nanjing, 1937

Intisari-online.com -Dalam perang, tindakan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) menjadi kenyataan yang harus dihadapi sehari-hari.

Banyak yang terlibat dalam perang tercatat melakukan berbagai aksi keji.

Salah satunya yang terjadi di Teater Pasifik Perang Dunia II ini.

Teater Pasifik di Perang Dunia II dikuasai oleh Kekaisaran Jepang, yang berniat menyatukan seluruh Asia di bawah tangan besi Kaisar Hirohito.

Baca Juga: Terkuak, Sebelum Jadi Korban Diserang Jepang di Pearl Harbor, Rupanya Amerika Serikat Pernah Berpikir Menyerang Jepang Duluan, Permohonan Negara yang Putus Asa Ini Rupanya Pendorong Utama

Teater Pasifik itu disebut juga sebagai Perang Asia Timur Raya.

Jepang yang masih berbentuk kekaisaran waktu itu berusaha menduduki semua negara Asia lain.

Utamanya adalah dua negara tetangganya, China dan Korea Selatan.

Penjajahan di dua negara itu tak kalah keji layaknya penjajahan Jepang di Indonesia waktu itu.

Baca Juga: Tepat di Sisi Timur Kota Palembang, Peristiwa yang 'Terlalu Mengerikan untuk Dibicarakan' Hingga Ditutupi Selama Puluhan Tahun Terjadi, Daftar Kekejaman Tentara Jepang Bertambah

Tercatat ada satu tragedi yang sangat mengerikan dengan korbannya adalah warga China.

Tragedi itu bernama tragedi Nanking, saat rakyat China di wilayah yang sekarang menjadi ibukota China mengalami penyiksaan, rudapaksa dan dibunuh.

Korbannya tidak sedikit, bahkan tergolong sangat banyak.

Tragedi Nanking atau Pembantaian Nanjing adalah sebuah peristiwa yang mengikuti perang antara China dan Jepang yang kedua.

Baca Juga: Pembantaian Nanking: 'Neraka' Sementara Buatan Tentara Jepang di China

Perang itu merupakan konflik berdarah antara Jepang dan Republik China dari 1937 sampai 1945.

Ketegangan antara dua negara selalu tinggi karena politik dan keyakinan yang tidak pernah bisa sama.

Disebut juga sebagai Perang Sino-Jepang Kedua, beberapa foto dari perang itu buktikan jika Jepang terbilang sukses mengembangkan militer mererka.

Jepang berhasil menduduki Nanjing tahun 1937, yang kala itu menjadi ibukota China, kemudian Jepang dengan cepat menyebar di seluruh teritori musuh dengan rencaana menaklukan sebanyak mungkin wilayah.

Baca Juga: Romusha di Indonesia Bukan Apa-apa, Inilah Daftar Kekejaman Brutal Jepang dalam Perang Dunia II, dari Laboratorium Eksperimen Manusia hingga Kanibalisme

Tentara Jepang diberi tugas untuk mengalahkan kota dan warganya, yang membuat pembantaian massal warga China, dari bayi sampai lansia.

Pemerintah China melarang warga melarikan diri saat Jepang mendekat

Jepang memusatkan perhatiannya ke Nanjing setelah menangkap Shanghai dalam pertempuran yang brutal.

Pemerintah China takut kehilangan pasukannya dalam pertempuran langsung melawan Jepang, sehingga hampir semua pasukan ditarik dari Nanjing, kecuali untuk "pasukan yang tidak terlatih".

Baca Juga: Diselamatkan dari Bunuh Diri Hanya untuk Dihukum Mati 3 Tahun Kemudian, Inilah Penjahat Perang Paling Diburu di Asia Pasifik dengan Korban Lebih dari 5 Juta Jiwa

Warga China tahu jika pasukan Jepang datang, tapi pemerintah tidak membiarkan mereka dievakuasi, sampai saat Jepang sudah mendarat ada kurang lebih 500 ribu orang tetap berada di Nanjing.

Eksekusi massal

Hubert Sone adalah misionaris metodis di China saat Tragedi Nanjing terjadi pada Desember 1937.

Ia mendokumentasikan kengerian yang ia saksikan saat Jepang menyerbu kota di hari pertama.

Baca Juga: Sokushinbutsu, saat para Biksu Sengaja Memufikasi Dirinya Sendiri, Demi Jadi Buddha Hidup dalam Daging Mereka Sendiri

Dikutip dari ranker.com, Sone menulis "tentara Jepang datang ke kota dalam jumlah besar pada Senin, 13 Desember.

"Banyak warga dibunuh ditempat atau disayat.

"Semua yang lari atau takut melihat pasukan Jepang segera ditembak."

Sone juga menuliskan eksekusi massal yang ia saksikan beberapa minggu berikutnya:

Baca Juga: Sejarah Timor Leste di sekitar Perang Dunia II: Para Wanitanya Dijadikan 'Budak' Tentara Jepang, hingga Kehilangan Puluhan Ribu Nyawa Rakyatnya

"Mereka menembak dan menyayat di tempat tanpa bertanya siapapun yang mereka anggap sebagai tentara.

"Hasilnya, sejumlah besar warga tewas tertembak, bahkan meskipun mereka sudah mengenakan pakaian warga sipil. […] Jalanan dipenuhi oleh orang mati.

Namun kengerian tidak berhenti di situ saja.

Saat pasukan Jepang menyapu jalanan kota, tidak ada yang aman, terutama wanita China.

Baca Juga: Termasuk Militer Paling Kaya di Dunia, Kini Jepang Cetak Rekor Anggaran Militer Demi Hal Ini, Apakah China Bakal Terancam?

Tentara Jepang masuki rumah satu persatu, mencari tentara China untuk dieksekusi.

Kapanpun mereka temukan wanita, mereka kemudian langsung merudapaksa wanita itu dan beberapa kali membunuhnya.

Tentara Jepang membunuh wanita China dengan sejumlah cara yang mengerikan.

Beberapa caranya adalah memasukkan bayonet atau pisau belati ke dalam vagina mereka, bisa juga menggunakan bambu untuk dimasukkan secara paksa ke organ vital tersebut.

Baca Juga: 'Aku Benci Setiap Detik Setiap Hari Selama 18 Tahun', Kisah Bocah 11 Tahun yang Diculik dan Dirudapaksa Selama Hampir 2 Dekade Hingga Lahirkan Dua Anak

Yang lainnya ditangkap dan dijadikan budak seks.

Pemerkosaan geng dan pembunuhan brutal menyebar luas di Nanjing.

Wanita-wanita hamil ditusuk di perut mereka, beberapa dipotong payudaranya, dan lainnya dipaku ke tembok saat mereka masih hidup.

Sementara itu nasib anak kecil di Nanjing juga lebih mengerikan lagi.

Baca Juga: 'Saat Amerika Menyerang, Bakar Seluruh Tahanan Perang Mereka!' Titah Komandan Kojima Pemimpin Penjaga Kamp Tahanan Perang Palawan, Tempat Salah Satu Pembantaian Terbesar Perang Dunia Kedua, Begini Kisahnya

Beberapa dipukuli sampai mereka cedera seumur hidup, kehilangan penglihatan atau anggota badan, sementara yang lain ditembak atau ditikam sampai mati setelah ibu mereka diperkosa dan dibunuh.

Gadis berumur 13 tahun dirudapaksa ramai-ramai, dan bayi-bayi dilempar ke udara serta disayat untuk kesenangan mereka.

Jepang juga mengeksekusi ribuan warga dan melempar mayat mereka dalam pemakaman massal, sementara tahanan China dikubur hidup-hidup dengan dipaksa masuk ke lubang lalu ditimbun dengan tanah.

Lebih mengerikan lagi, diperlukan hampir 60 tahun bagi Jepang untuk meminta maaf secara formal kepada China.

Baca Juga: Perang Manchuria, Saat Jepang Sudah Alami Kekalahan Digempur Bom Atom Sekutu, Masih Saja Hadapi Serangan Uni Soviet Sampai Kaisar Hirohito Meminta Menyerah Saja

Shinzo Abe, mantan Perdana Menteri Jepang, meminta maaf atas aksi Jepang di China, tapi permintaan maaf yang ia ajukan bukanlah permintaan maaf langsung, membuat marah sebagian warga China.

Media pemerintah China, Xinhua, menuliskan:

"Alih-alih menawarkan permintaan maaf, pernyataan Abe penuh dengan retorika seperti 'mempertahankan posisi permintaan maaf kami', sebuah hadiah mati dari revisionisme historisnya yang mengakar, yang telah menghantui hubungan lingkungan Jepang."

Tragedi Nanking atau Nanjing terus menjadi salah satu peristiwa paling formatif dalam hubungan antara Jepang dan sebagian besar Asia Timur.

Baca Juga: Mimpi Terburuk Asia: Gagal Dilaksanakan Jepang, 'Gerakan 3A' dan 'Asia Timur Raya' Digaungkan Lagi Oleh Tiongkok, Pakar: Kayak Orang Kaya Baru

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait