Pembantaian Nanking: 'Neraka' Sementara Buatan Tentara Jepang di China

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com- Pembantaian Nanking adalah kebrutalan dan kekejaman yang dilakukan oleh militer Jepang di China.

Namun selama ini, kasus ini ditutup-tutupi oleh pihak Jepang hingga akhirnya dilupakan dunia.

Padahaldilansir dari learning-history.com, kejahatan ini terjadi sebelum dan selama Perang Dunia II. Sekitar dari awal 1930-an hingga 1945.

Kisah dimulai sejak tahun 1928, di mana Pemerintah Nasionalis China memindahkan ibukota China dari Peking ke Nanking.

Baca Juga:Ini Kata Pakar Lho: Perempuan Dilarang Buang Air Kecil Sebelum Berhubungan Suami-Istri

Kota yang biasanya mampu menampung 250.000 orang itu populasinya semakin membludak hingga lebih dari 1 juta orang pada pertengahan 1930-an.

Hal ini karena banyaknya pengungsi yang melarikan diri dari tentara Jepang yang telah menyerbu China sejak 1931.

Pada 11 November 1937, setelah mengamankan kendali Shanghai, tentara Jepang maju ke arah Nanking dari berbagai arah.

Dengan segera mereka melancarkan serangan besar-besaran hingga membuat pasukan China mundur ke sisi lain Sungai Yangtze.

Pada 13 Desember, Divisi ke-6 dan ke-116 Angkatan Darat Jepang pertama kalinya mulai memasuki kota.

Pada saat yang sama, Divisi ke-9 memasuki Gerbang Guanghua, dan Divisi ke-16 memasuki Gerbang Zhongshan serta Gerbang Pasifik.

Nanking jatuh ke tangan Jepang pada Desember 1937 dan dalam enam minggu ke depan, Jepang melakukan Pembantaian Nanking.

Pada aksi keji ini, sekitar 300.000 serdadu dan warga sipil China tewas, dan 20.000 wanita diperkosa.

Tragedi di Sungai Yangtze

Pada 13 Desember, sejumlah besar pengungsi mencoba melarikan diri dari Jepang dengan mencoba menyeberangi Sungai Yangtze.

Namun karena terjebak dan tidak adanya transportasi, pasukan Jepang menembaki orang-orang di sungai.

Diperkirakan ada lebih dari 50.000 orang tewas dalam insiden tragis.

Baca Juga:Bukan Danau Toba, Inilah Danau Terdalam di Indonesia, Ada Gua Tengkorak di Dalamnya

Pemusnahan di Kota

Ketika pasukan Jepang pertama kali memasuki kota pada tanggal 13, jalan-jalan dipenuhi dengan lebih dari 100.000 pengungsi atau tentara China yang terluka.

Jepang tanpa henti menembaki orang-orang ini sampai keesokan paginya, tank dan artileri memasuki kota dan pembunuhan terus berlanjut.

Eksekusi massal terhadap tawanan

Sejumlah besar tentara China telah ditangkap di daerah pinggiran kota sebelum Jepang memasuki kota.

Dalam banyak kasus, para tawanan ditembak oleh senapan mesin, dan mereka yang masih hidup dieksekusi secara individual.

Dalam beberapa kasus, ada juga yang dibakar hidup-hidup dalam lumuran bensin atau diberi gas beracun.

Baca Juga:Selalu Bikin Kisruh, Negara Israel Ternyata Didirikan dengan Cara 'Mencuri'

Kekejaman ekstrim

Diperkirakan 20.000 wanita diperkosa oleh tentara Jepang selama enam minggu dalam Pembantaian Nanking.

Jepang menjarah semua gudang dan menyita hampir semuanya dari warga sipil.

Mereka juga mengorganisir pembakaran gedung-gedung di kota.

Kekejian itu terungkap antara lain dari penelitian wartawan dan oleh pengakuan dari tentara-tentara Jepang itu sendiri pada 1971.

Namun hal itu ditepis dan terjadi gelombang penolakan terhadap pembantaian.

Pada tahun 1982, Departemen Pendidikan Jepang memulai kampanye untuk mengubah penyajian sejarah Perang Dunia II.

Pembantaian Nanking digambarkan sebagai insiden kecil yang terjadi karena tentara Jepang terlalu frustrasi oleh perlawanan yang kuat dari Tentara China.

Selain itu, Departemen Pendidikan tidak pernah mengakui bahwa distorsi sejarah adalah suatu kesalahan.

Bahkan pada 10 November 1990, ketika terjadi protes oleh orang-orang China-Amerika terhadap tindakan Jepang.

Wakil Konsul Jepang di Houston menyatakan: "Pembantaian Nanking tidak pernah terjadi."

Baca Juga:Tak Hanya Pasukan Resmi, Rusia Juga Kerahkan Tentara Bayaran Rusia untuk Amankan Piala Dunia 2018

Artikel Terkait