Penulis
Intisari-online.com -Sudah setahun virus Corona tipe baru Sars-CoV-2 muncul di dunia.
Perhitungan ini didasarkan dari pemberitaan pertama yang laporkan ada virus baru di Wuhan, China.
Laporan itu rupanya berasal dari seorang jurnalis China.
Jurnalis wanita itu telah terbitkan laporan berkala dari Wuhan mengenai merebaknya Covid-19.
Kala pertama kali muncul, Covid-19 disebut sebagai "virus pneumonia yang tidak diketahui".
Akibat pemberitaannya, jurnalis itu ditahan oleh pemerintah China sejak Mei lalu.
Kini, Zhang Zhan menghadapi persidangan untuk menentukan nasibnya setelah bocorkan mengenai Covid-19 ke dunia.
Zhang Zhan, nama jurnalis tersebut, yang dulunya mantan pengacara, bisa ditahan 5 tahun penjara jika ia terbukti "memprovokasi masalah" atas laporannya saat tahap-tahap awal wabah menyebar.
Laporannya bersifat langsung dan faktual, dan ia juga menerbitkan esai-esai yang kemudian dibagikan secara luas di platform media sosial Februari lalu.
Hal itu segera menarik perhatian pihak berwenang.
Pemerintah sendiri saat itu telah menghukum 8 pengadu yang menceritakan mengenai Covid-19 kepada dunia.
Para pengadu itu juga sibuk mengkritik pemerintah China atas respon pemerintah yang abai kala itu.
Sekitar lusinan pendukung dan diplomat berkumpul di luar Pengadilan Rakyat Distrik Baru Shanghai Pudong pada Senin pagi.
Namun, polisi mendorong para jurnalis dan pengamat agar menjauhi pengadilan saat Zhang Zhan dan pengacaranya datang.
Zhang Zhan yang berumur 37 tahun memulai protes laparnya pada Juni seperti dilaporkan pengacaranya.
Ia telah dipaksa makan lewat saluran tenggorokan yaitu lewat hidung saat banyak yang khawatir mengenai kesehatannya.
Dikutip dari 24matins.uk, salah satu pengacara pembela Zhang, Ren Quanniu, mengatakan "ia mengatakan saat aku mengunjunginya minggu lalu: 'jika mereka memberikanku hukuman yang berat maka aku akan menolak makan sampai akhir'…. Ia berpikir ia akan mati di penjara.
"Itu merupakan cara ekstrim memprotes melawan masyarakat dan lingkungan ini."
Otoritas partai komunis China memiliki sejarah mengadili tahanan dalam pengadilan yang tidak jelas antara Natal dan Tahun Baru.
Tujuan mereka melakukan ini adalah meminimalisasi tekanan Barat.
Sidang ini juga disebutkan beberapa minggu sebelum tim ahli WHO diharapkan sampai di China untuk menginvestigasi asal usul Covid-19.
Pengacara Zhang yang lain mengatakan kesehatan wanita itu menurun dan ia menderita sakit kepala, pusing dan sakit perut.
"Ditahan 24 jam sehari, ia memerlukan bantuan untuk pergi ke toilet," ujar Zhang Keke dalam unggahannya di media sosial.
"Ia merasa sangat lelah secara mental, layaknya setiap hari adalah penyiksaan."
Media sosial menjadi cara para pendukung Zhang untuk saling mengabari satu sama lain terkait kondisi Zhang.
Layaknya Zhang Keke yang mengunjungi Zhang pada hari Natal lalu mengabarkan kondisi terbarunya.
Zhang Keke mengatakan Zhang berjanji tidak akan menghentikan protes laparnya meskipun sudah banyak bermunculan permintaan menyerah dari keluarga, teman dan pengacaranya.
Jaksa telah merekomendasikan tahanan penjara selama 4-5 tahun.
Namun Zhang tetap membela dirinya dan mengatakan ia tidak bersalah.
Zhang kritis menceritakan respons awal di Wuhan.
Ia menuliskan Februari lalu sebuah esai jika pemerintah "tidak memberikan warga informasi yang memadai, dan dengan mudah mengunci kota begitu saja."
"Ini merupakan pelanggaran HAM besar," tulisnya.
Kelompok HAM juga tertarik pada kasus Zhang.
Pihak berwenang "ingin menggunakan kasusnya sebagai contoh menakut-nakuti pembangkang lain dari menanyakan pertanyaan mengenai pandemi di Wuhan awal tahun ini," ujar Leo Lan, konsultan advokasi dan peneliti di organisasi nirlaba Chinese Human Rights Defenders.
Zhang menjadi yang pertama menghadapi pengadilan dari 4 jurnalis lapang yang ditahan oleh otoritas awal tahun ini setelah melaporkan dari Wuhan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini