Penulis
Intisari-online.com -Bra, korset ataupun pakaian dalam dibuat oleh manusia untuk manusia.
Penggunaannya sangat praktis, yaitu untuk menutupi tubuh dan memberikan bentuk yang lebih proporsional.
Namun pernahkah Anda mendengar pakaian dalam untuk hewan?
Bahkan konon katanya penggunaan itu begitu fenomenal karena berhasil membantu keberhasilan perang.
Pastinya, penulis detektif kawakan Alfred Hitchcock yang juga gemar mempelajari berbagai jenis burung itu, tidak akan mengira penggunaan pakaian dalam untuk burung perang.
Lantas, seperti apa?
Diberitakan oleh militarytimes.com, pada Desember 1944, pabrik garmen pakaian dalam Maidenform meninggalkan produksi biasa mereka untuk membantu pemerintah.
Rupanya, mereka dikontrak pemerintah untuk membuat korsetmerpati sebanyak 28.500 buah, menurut Museum Nasional Sejarah Amerika (NMAH).
Korset atau rompi itu sendiri dapat dikaitkan dengan penerjun payung AS dan dibuat "dari bahan berpori-pori, dengan kain tenun lebih ketat di bawahnya sehingga cakar burung dara tidak akan merusak jaring," tulis NMAH.
"Rompi itu dibentuk sesuai tubuh merpati, membiarkan kepala, leher, ujung sayap, ekor, dan kakinya terbuka."
Merpati yang sering digunakan sebagai burung pos, dipekerjakan oleh berbagai negara selama Perang Dunia Kedua.
Memang tampaknya seperti metode aneh, tapi justru metode ini paling aman dan bisa diandalkan untuk berkomunikasi.
Jarang diketahui juga, Pasukan Sinyal Militer mengirim kurang lebih 30 ribu pesan lewat merpati, dengan 96% sampai ke tujuan mereka.
Merpati, beberapa juga menyebutnya merpati pos, bisa terbang dengan kecepatan 50 mil per jam (81 km per jam) dan bepergian rata-rata 25 mil per misinya (40,5 km per jam), meskipun mereka juga bisa pergi sejauh 600 mil jika perlu (960 km).
Pesan dimasukkan dalam kapsul kecil yang diikatkan di kaki merpati, tapi dengan korset desain Maidenform, pawang dan anggota layanan bisa melampirkan barang berisi pesan yang lebih besar, termasuk peta, foto, laporan atau bahkan kamera kecil.
Amerika Serikat pernah mengerahkan 55 ribu merpati, sementara Inggris gunakan lebih dari 200 ribu.
Tercatat 32 merpati diberi Medali Dickin dari People's Dispensary for Sick Animals (PDSA), sebuah penghargaan tertinggi untuk hewan dalam pertempuran.
Satu merpati dinas, Duke of Normandy pernah terbang hampir 27 jam lewati "peluru, bom dan hujan lebat" seperti dikutip dari situs web PDSA.
Ia terbang untuk menyampaikan pesat jika pasukan terjun payung dari Grup Angkatan Darat ke-21 mampu menetralkan Baterai Senjata Merville di salah satu serangan Sekutu pertama invasi Normandia.
Burung itu menjadi yang pertama diba dengan pesan dari belakang garis musuh.
"Kepahlawanan Duke mengirimkan intelijen krisis kepada Komando Sekutu, dan menyelamatkan banyak nyawa.
"Jika misinya gagal, HMS Arethusa berniat mengirim serangan senajta kepada Baterai, yang bisa menyebabkan kekalahan signifikan Sekutu," tulis situs PDSA.
Meskipun sekarang teknologi akhirnya menyingkirkan metode komunikasi ini, jasamerpati dikreditkan dengan penyelamatan nyawa ribuan pasukan Sekutu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini