Intisari-online.com - Penyebaran Covid-19 memang telah membuat banyak negara di dunia kalang kabut.
Namun, banyak pula negara-negara yang berhasil mengatasinya meski dengan sumber daya pas-pasan.
Salah satunya adalah Timor Leste, negara ini mampu mengendalikan Covid-19 bahkan selama 1 tahun dengan statistik yang dibilang sangat baik di Asia Tenggara.
Menurut Al Jazeera, Senin (28/12/20), Timor Leste awalnya dikenal sebagai negara dengan sistem kesehatan yang sangat buruk.
Selain itu, Timor Leste juga merupakan negara termiskin di dunia, dan mereka juga bergulat dengan Covid-19 sama halnya seperti Indonesia.
Namun, meski memiliki keterbatasan kondisi ekonomi dan sarana kesehatan yang buruk negara ini bahkan berhasil mengatasi Covid-19.
Bahkan para ahli memuji tindakan yang dilakukan Timor Leste dalam menekan penyebaran Covid-19.
Alhasil mereka memiliki jumlah wabah terkecil kedua di Asia Tenggara setelah Laos menurut Universitas John Hopkins.
Menurut keterangan itu, hingga Senin (28/12) statistik penyebaran Covid-19 dilaporkan hanya 44 orang infeksi dengan nol kematian.
Namun, menurut Michael Ryan, direktur eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Timor Leste sangat bergantung pada dukungan PBB berbasis LSM.
Karena negaranya yang kecil dan miskin Timor Leste tak punya pilihan lain selain bertindak tegas untuk menekan penyebaran.
Salah satunya melakukan kontrol perbatasan yang ketat dan meningkatkan fasilitas pengujian dalam beberapa minggu.
Timor Leste memiliki populasi penduduk 1,2 juta jiwa, namun negara itu harus menghadapi lonjakan pandemi yang tiba-tiba.
Menyebabkan ekonominya terguncang, sebab itulah negara kecil itu harus menekan penyebaran Covid-19 hingga di angka nol.
Menurut Bank Dunia meskipun menahan virus tersebut, ekonominya masih diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 6,8 persen tahun 2020.
Penurunan terburuk sejak negara tersebut memutuskan merdeka dari Indonesia, menempatkannya dalam krisis politik pada tahun ini.
Penekanan Covid-19 di Timor Leste ditekankan sejak 21 Maret 2020 lalu.
Mariano Ferreira yang bekerja sebagai peneliti di LSM berbasis di ibukota Dili, selama sekitar 12 tahun telah memantau operasi tersebut.
"Semua kegiatan publik dan swasta, serta layanan pemerintah ditutup,"katanya kepada Al Jazeera, menambahkan sekolah juga ditutup.
"Bahkan massa tidak diizinkan, jadi kami merasa benar-benar darurat dan semua orang kembali ke kampung halaman (dari Dili) dan tinggal di sana," tambahnya.
Keadaan darurat telah diperpanjang hingga 2 Januari dan perbatasan akan tetap ditutup untuk sebagian besar orang asing kecuali penduduk, dengan penerbangan internasional ditangguhkan kecuali untuk tujuan pemerintah dan kemanusiaan.
Mereka yang memasuki negara dikarantina selama 14 hari di fasilitas yang dikelola pemerintah.
Sejauh ini Timor Leste melakukan lebih dari 16.400 pengetesan pada Senin (28/12).
Jauh lebih sedikit dari Singapura, meski negara itu memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih banyak.
Meski memiliki catatan apik dalam penanganan Covid-19, banyak yang meragukan ada sejumlah besar infeksi yang tidak terdeteksi.
Augustine Asante, dosen senior di Sekolah Kesehatan Populasi Universitas New South Wales (UNSW).
Mengatakan akan "sangat sulit untuk mengesampingkan pelaporan yang kurang" di negara dengan "kapasitas pengujian terbatas" seperti Timor Leste.
"Saya tidak khawatir pada tahap ini karena dari semua indikasi sistem kesehatan belum mengalami lonjakan jumlah pasien, kami juga tidak melihat peningkatan kematian yang tidak normal,”"kata Asante, yang telah meneliti negara itu sejak 2009.
"Tidak ada yang menunjukkan bahwa COVID mendatangkan malapetaka di Timor-Leste dan ditutup-tutupi," katanya.