Intisari-online.com -Timor Leste memiliki sistem kesehatan yang buruk.
Negara itu juga merupakan salah satu negara termiskin di Asia.
Meski begitu, penanganan Covid-19 di sana jauh lebih baik daripada di Indonesia.
Padahal sistem kesehatan di Indonesia sudah jauh melampaui Timor Leste.
Dikutip dari Al Jazeera, negara itu sampai sekarang laporkan hanya 44 kasus infeksi Covid-19 dengan tingkat kefatalan nol Senin kemarin.
Menurut Johns Hopkins University, tingkat perebakan wabah di sana terkecil kedua di Asia Tenggara setelah Laos.
Para ahli memuji aksi cepat pemerintahnya, yang terapkan pengaturan ketat di perbatasan dan menyelesaikan testing dan peningkatan fasilitas kesehatan selama beberapa minggu saja.
Selain itu pemerintah Timor Leste juga berkenan bekerja dengan para ahli untuk cara terbaik menangani Covid-19 di negara mereka.
Michael Ryan, direktur eksekutif program Gawat Darurat Kesehatan WHO, mengatakan di awal bulan ini jika Timor Leste pernah "bertumpu sepenuhnya pada PBB dan dukungan organisasi nirlaba.
"Sangat mengharukan jika negara yang masih rapuh dan masih berkembang untuk menjadi negara, masih memerlukan banyak dukungan eksternal, dapat mendemonstrasikan jika mereka dapat mengendalikan penyebaran penyakit seperti Covid-19," ujarnya.
Rupanya, di Bumi Lorosa'e, yang memiliki total populasi sebesar 1,2 juta, mereka tidak memiliki pilihan lain selain bertindak cepat.
Para ahli mengatakan Timor Leste tidak bisa menanggung kelumpuhan ekonomi dan kesehatan, dan akan kesulitan mengembalikan kondisi menjadi normal jika infeksi meningkat drastis.
Negara kecil itu hanya memiliki pendapatan per kapita sebesar 1.560,51 Dolar di tahun 2019, setara dengan 2,3 Miliar Rupiah, menurut data World Bank dan meskipun virusnya masih terkendali, ekonomi Timor Leste masih diperkirakan akan berkontraksi sampai 6,8% di tahun 2020.
Kontraksi ini menjadi penurunan terburuk sejak kemerdekaan mereka.
Awal tahun ini, Timor Leste tidak hanya menghadapi Covid-19 tapi juga krisis politik.
Timor Leste dulunya adalah koloni Portugis untuk berabad-abad lamanya sebelum Indonesia menyerang wilayah itu di tahun 1975.
Lebih dari dua puluh tahun pemerintahan yang disebut brutal, ratusan ribu warga tewas.
Tahun 2002, negara itu akhirnya merdeka dari Indonesia setelah tiga perempat dari dewan elektorat memilih meninggalkan Indonesia dalam referendum susunan PBB.
Mariano Ferreira telah bekerja sebagai peneliti untuk organisasi nirlaba La'o Hamutuk di Dili.
Ia bekerja selama 12 tahun dan mengawasi operasi agensi pemerintahan di negara itu.
Ia mengatakan jika pemerintah segera lakukan tindakan gawat darurat seminggu setelah negara itu laporkan kasus Covid-19 pertama pada 21 Maret.
Semua aktivitas publik dan pribadi serta sarana pemerintah ditutup, perkumpulan massa tidak boleh diadakan, sehingga kami merasa memang sedang darurat dan semua kembali ke kampung halaman masing-masing dari Dili dan tinggal di sana," ujarnya, tambahkan jika sekolah juga ditutup.
Status darurat telah diperpanjang sampai 2 Januari dan perbatasan akan tetap ditutup untuk para warga asing kecuali penduduk, dengan penerbangan internasional ditunda kecuali untuk urusan pemerintah dan kemanusiaan.
Siapapun yang masuk ke negara itu harus dikarantina selama 14 hari dalam fasilitas yang diatur oleh pemerintah.
Kecamatan Cova Lima, yang merupakan perbatasan dengan Indonesia biasanya ramai dengan warga Timor Leste berkumpul dengan keluarga yang ada di Indonesia.
Pandemi telah memaksa perubahan karena perbatasan ditutup dan karantina dilaksanakan.
"Di Cova Lima, kadang bahan makanan datang seminggu sekali. Namun hanya bahan-bahan saja yang masuk, orang-orangnya tidak boleh," ujar Domingos Gavrila Amaral, kepala Palang Merah Timor Leste di kantor Cova Lima.
Pengawasan masyarakat juga memainkan peranan penting.
Siapapun yang masuk dari Indonesia harus dites dan dikarantina terlebih dahulu, sedangkan yang langsung pulang akan dilaporkan kepada pemerintah.
Timor Leste telah berubah, awalnya negara itu sama sekali tidak memiliki kapasitas tes Covid-19, dan hanya mengandalkan Australia.
Sampel dikirim ke Australia dan hasilnya diterima dua sampai empat hari kemudian di hari kerja.
Mereka juga tidak memiliki fasilitas isolasi dan karantina dan kemampuan pulih yang kecil.
Kini, negara itu bisa lakukan tes lebih cepat dan memiliki strategi pengujian yang bagus.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini