Saat Ekonomi Dunia Babak Belur Akibat Covid-19, Asia Jadi Sorotan Karena Paling Menderita di Dunia, Tapi Perusahaan Asal Indonesia Ini Justru Naik Daun Selama Pandemi

Afif Khoirul M

Penulis

ilustrasi militer paling kaya di Asia Tenggara

Intisari-online.com - Selama tahun 2020 ini seluruh dunia alami penderitaan yang sama akibat Covid-19.

Hampir setahun penuh, dunia dilanda ketakutan dengan wabah Covid-19, yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Menewaskan setidaknya 1,6 juta orang hanya dalam satu tahun.

Selain krisis kesehatan, Covid-19 juga membawa dampak besar pada krisis ekonomi skala global.

Baca Juga: Amerika dan Israel Diam-diam Nyelonong Lewati Batas Pertahanan Terpenting Iran, Langsung Buat Militer Iran Mencak-mecak dan Keluarkan Peringatan Keras, 'Jangan Coba-coba'

Dalam sebuah artikel yang baru-baru ini diterbitkan oleh Japan Times, direktur perusahaan konsultan River Peak Curtis S, serta analis proyek Asia Tenggara, Jose B. Collazo.

Menunjukkan situasi ekonomi yang dialami oleh Asia pada masa pandemi Covid-19.

Dia menunjukkan keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh Asia dalam waktu setahun terakhir ini.

Menurutnya, salah satu hal mengerikan dari pandemi ini adalah kemiskinan yang semakin ekstrem.

Baca Juga: Paksa China Singkirkan Ambisi Imperialis Jika Tak Ingin Terperangkap dalam Perang dengan AS, Inilah Jebakan Thucydides, Perangkap yang Menganga Tepat di Jalur China Menuju Puncak Dunia

Seperti di banyak tempat lain, orang miskin di Asia adalah yang paling terpukul oleh pandemi COVID-19.

Menurut Bank Dunia (WB), mereka telah mengalami tiga guncangan pada saat bersamaan.

Di antaranya, pandemi, dampak ekonomi akibat tindakan pencegahan penyebaran penyakit, dan resesi global berikutnya.

Dalam konteks industri pariwisata yang "merosot" dan ekspor yang melemah, kelaparan meningkat, dan akses ke pekerjaan, teknologi, dan pendidikan menyempit.

Bank Pembangunan Asia memperkirakan bahwa COVID-19 dapat mendorong 160 juta orang lagi di seluruh Asia ke dalam kemiskinan.

Tahun 2020juga menjadi tahun bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk bersinar.

Namun, badan kesehatan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, berada dalam posisi yang sulit.

Baca Juga: Militer Paling Kaya di Asia Tenggara, Ini Fakta-fakta tentang Militer Singapura, Angka Kelahiran Negaranya Rendah Jadi Motivasi untuk Lakukan Ini

Ia menghadapi tuduhan bahwaWHO tidakmampu meminta pertanggungjawaban China, karena pengobatan pandemi yang kurang transparan.

Presiden AS Donald Trump bahkan menghentikan pendanaan ke WHO, menuduh Ghebreyesus dan WHO membuat "boneka" untuk China.

Segalanya mungkin akan berjalan sebaliknya ketika AS memiliki pemerintahan baru.

Tetapi tahun 2020 jelas merupakan tahun yang buruk bagi WHO secara umum dan untuk Ghebreyesus pada khususnya.

Menjadi tahun yang sukses di e-commerce Asia

Tidak hanya Amazon, tetapi juga sejumlah raksasa e-commerce Asia melihat 2020 sebagai tahun yang sangat baik.

E-commerce di Asia berkembang pesat sebelum wabah COVID-19 adalah GoJek Indonesia dan Grab

Singapura telah lama membangun platform pembayaran digital yang berfungsi dengan lancar.

Baca Juga: Negara Asia Tenggara Ini Menjadi Sorotan Dunia, Gara-Gara Negaranya Berencana Berlakukan Undang-Undang Anak 12 Tahun Diperbolehkan Untuk Melakukan Hubungan Suami-Istri

Merebaknya pandemi COVID-19 sangat mendorong mempopulerkan e-commerce karena blokade dan gangguan sosial yang membuat konsumen terutama menggunakan belanja online.

Raksasa e-commerce China Alibaba dan JD.com mencapai rekor penjualan 115 miliar dollar AS hanya dalam satu hari.

Laporan oleh Google, Temasek Holdings dan Bain & Company memperkirakan e-commerce di Asia Tenggara akan melampaui 100 miliar dollar AS pada tahun 2025, naik dari hanya 38 miliar dollar AS pada tahun 2019.

Ini adalah kabar baik di seluruh Asia untuk dengan platform e-commerce seperti Tokopedia, Taobao, Shopee, Shopify, Lazada, Bukalapak dan Sendo.

Lebih penting lagi, ini juga bisa menjadi pertanda baik di tahun-tahun mendatang karena konsumen membangun kebiasaan digital baru, dari fintech hingga teknologi informasi dan telekomunikasi dalam kedokteran.

Artikel Terkait