Find Us On Social Media :

Begitu Diharapkan Armenia untuk Membekingi Mereka, Putin Malah Berkhianat dan Sebut Nagorno-Karabakh Resmi Milik Azerbaijan, Begini Posisi Rusia di Gencatan Senjata Itu

By Maymunah Nasution, Jumat, 18 Desember 2020 | 17:51 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Rusia selama ini diharapkan Armenia untuk mendukung mereka merebut Nagorno-Karabakh, tapi rupanya Rusia berpikiran lain

Intisari-online.com - Armenia dihadapkan dengan kenyataan pahit jika mereka dikhianati oleh Rusia.

Rusia, sekutu utama Armenia, berjanji akan membantu Armenia merebut Nagorno-Karabakh.

Dalam perebutan kekuasaan, sekutu memang kekuatan yang penting.

Armenia merasa telah unggul dari Azerbaijan karena memiliki sekutu yang sekiranya bisa diandalkan.

Baca Juga: Luka Belum Juga Kering, Video-video Kekejaman Tentara di Nagorno-Karabakh Beredar, Termasuk Mutilasi Mayat

Namun persekutuan itu rupanya menjadi senjata makan tuan bagi Armenia.

Diwartakan dari Daily Sabah, presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini menjelaskan posisi Rusia di gencatan senjata Nagorno-Karabakh.

Hal tersebut ia jelaskan Kamis lalu.

Putin mengatakan jika wilayah itu merupakan bagian lebih luas dari Azerbaijan menurut hukum internasional.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan Tentara China Tiba-tiba Isyaratkan Perang Dengan 'Mempelajari' Ini Dari Sengketa Nagorno-Karabakh

"Dari kacamata hukum internasional, semua wilayah itu adalah bagian lebih luas dari Republik Azerbaijan.

"Dan ini adalah bagaimana posisi kami di Grup Minsk, tempat di mana Rusia, AS dan Perancis berdiskusi bersama.

"Bertahun-tahun lamanya, kami selalu memperkirakan jika tujuh wilayah sekitar Nagorno-Karabakh seharusnya dikembalikan ke Azerbaijan," ujarnya dalam konferensi pers tahunan di Moskow.

Saat ini, status Nagorno-Karabakh menurut Putin seharusnya tetap tidak berubah di bawah kondisi kewajiban menciptakan saluran komunikasi antara Armenia dan Nagorno-Karabakh.

Baca Juga: Sempat Damai, Nagorno-Karabakh Kembali Ricuh, Gencatan Senjata Gagal Total Setelah Kericuhan Baru di Wilayah Ini, Siapa Pemicunya?

Selanjutnya ia mengatakan koridor Lachin, yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dan Armenia, dibangun untuk tujuan ini.

Putin menekankan status Nagorno-Karabakh "seharusnya ditransfer ke masa depan," dan mencatat: "status quo di Nagorno-Karabakh seharusnya diperbaiki."

Sementara itu ditanya mengenai posisi Turki di dalam konflik tersebut, Putin mengatakan "Turki mempertahankan diri, sesuai keyakinan mereka, seperti Azerbaijan, bahwa Nagorno-Karabakh seharusnya dikembalikan setelah diduduki selama sengketa di tahun 1990-an."

Ia menolak untuk berspekulasi mengenai alasan eksternal atas konflik terbaru di Karabakh, dengan mengatakan "ketegangan itu bertahan selama bertahun-tahun."

Baca Juga: Meliuk Bagaikan Ular Sepanjang Lebih Dari 8000 Kilometer, Inilah Jalur Rel Kereta Api Turki-Tiongkok yang Menjadi Jalur Perdagangan Terbesar Abad Ini, Jalur Sutra Baru Tidak Bisa Ditampik Lagi!

"Aku tidak yakin hal ini karena gangguan dari luar. Beberapa waktu, ada ketegangan, pecahnya sengketa dan ledakan konflik.

"Hasilnya, hal itu menjadi sebuah konflik yang panjang," ujarnya.

Putin mencatat jika perjanjian tiga negara antara Armenia, Azerbaijan dan Rusia mengamankan posisi pihak yang berkepentingan di konflik atas lokasi mereka ketika perjanjian mengenai gencatan senjata diraih.

"Kesepakatan untuk mengurangi ketegangan sangatlah penting, karena itu akan menghentikan pertumpahan darah, warga akhirnya bisa berhenti menderita, ini tentunya hal yang sangat penting dan dasar.

Baca Juga: Bukan Azerbaijan Apalagi Armenia, Sejatinya Inilah 2 Pemenang dan 2 Pecundang yang Muncul Setelah Konflik Nagorno-Karabakh Resmi Berakhir

"Yang lainnya cukup jadi nomor dua. Menyelamatkan nyawa dan kesehatan adalah tugas terpenting yang harus kita selesaikan," ujar Putin.

Ketika ditanya mengenai pelanggaran gencatan senjata, Putin hanya mengatakan jika ia berharap hal itu tidak akan terjadi lagi.

Kemudian mengenai kemungkinan jumlah pasukan penjaga perdamaian di Nagorno-Karabakh, Putin mengatakan hal itu bisa terlaksana jika semua pihak sepakat.

Pasalnya ukuran pasukan yang diturunkan adalah hasil negosiasi dan persetujuan sewaktu membicarakan gencatan senjata.

Baca Juga: Sudahlah, Disebut Gencatan Senjata Pun Armenia Tumbang Oleh Azerbaijan, Rupanya Lewat Senjata Sederhana Ini Azerbaijan Bisa Menang Banyak: Masa Depan Peperangan Ada di Senjata Itu

"Jika semua orang sampai ke kesimpulan jika hal itu penting, kami akan melakukannya, jika tidak, kami tidak akan menambah pasukan," ujarnya.

Hubungan antara dua negara pecahan Uni Soviet tersebut telah tegang sejak 1991 saat militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh.

Karabakh memang secara hukum wilayah resmi milik Azerbaijan.

Konflik terakhir pada 27 September kemarin dilakukan dengan pasukan Armenia mengirimkan serangan kepada warga sipil, pasukan Azerbaijan dan melanggar beberapa kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan.

Baca Juga: Setelah Jadi Sasaran Amukan Massa dan Target Pembunuhan, PM Armenia Mengaku Bertanggung Jawab Atas Kekalahan dari Azerbaijan di Nagorno-Karabakh

Dalam konflik 44 hari itu, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 kependudukan dan desa dari Armenia.

Kemudian pada 10 November, dua negara menandatangani kesepakatan yang diajukan Rusia untuk mengakhiri perang dan bekerja mencapai resolusi komprehensif.

Usulan ini dilihat sebagai kemenangan bagi Azerbaijan dan kekalahan bagi Armenia.

Hal ini karena karena kesepakatan itu pasukan Armenia harus mundur juga dari Karabakh.

Baca Juga: Nagorno-Karabakh Jadi Milik Azerbaijan Lagi, Negara Itu Tuntut Armenia Atas Kerusakan di Karabakh Selama 30 Tahun

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini