Sanggup Hadapi Kebuasan Pasukan Indonesia, Timor Leste Justru Keteteran Ketika Rakyatnya Ngamuk Minta Hal Ini, Sampai Minta Militer Australia dan Selandia Baru Turun Tangan

Afif Khoirul M

Penulis

Timor Leste yang barus seumur jagung merdeka juga dihadapakan pada kekacauan oleh rakyatnya sendiri tahun 2006.

Intisari-online.com - Pada tahun 1975, Timor Leste yang waktu itu bernama Timor Timor memutuskan untuk melakukan perlawanan pada Indonesia.

Tujuannya adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan, dan lepas dari bagian Indonesia.

Hingga akhirnya Timor Leste berhasil mendapatkan kemerdekaanya pada tahun 1999.

Namun, secara resmi Timor Leste merdeka pada tahun 2002 setelah referendum yang dilakukan PBB, memutuskan banyak rakyat Timor Leste memilih berpisah dari Indonesia.

Baca Juga: Warga Palestina 'Tercabik-cabik' Melihat Kelakuan Israel yang Seperti Ini Namun Menjanjikan Kemakmuran bagi Warga Palestina di Yerusalem Timur: 'Lupakan Politik'

Menukil ABC News, Meski berhasil merdeka dari Indonesia, kenyataannya Timor Leste mendapat masalah berkali-kali.

Termasuk dari rakyatnya sendiri, seperti pemberontakan yang dilakukan Alfredo Reinado pada pemerintah Timor Leste.

Hingga, penembakan yang dilakukan Alfredo Reinado pada presiden Timor Leste Ramos Horta.

Timor Leste yang barus seumur jagung merdeka juga dihadapakan pada kekacauan oleh rakyatnya sendiri tahun 2006.

Baca Juga: The 21st International Otobursa Tumplek Blek 2020 Bakal Kembali Digelar Secara Online, Catat Tanggalnya!

Tahun 2006, ibu kota Dili, alami kerusuhan besar, ketika rakyat Timor Leste menuntut kebutuhan pangan pada pemeritahnya.

Keinginannya sederhana, mereka hanya menginginkan makanan dan beras untuk mengisi perut.

Ribuan orang mencoba menyerbu gudang pemerintah untuk mencari makanan.

Negara kecil itu menghadapi kekurangan makanan yang semakin meningkat.

Beberapa ribu orang berbondong-bondong ke gudang di pusat kota Dili pagi ini yang menyimpan karung beras darurat.

Otoritas pemerintah mulai mendistribusikan beras setiap hari tetapi karena persediaan makanan di tempat lain mengering, orang-orang menjadi semakin putus asa.

Pagi itu mereka mencoba menyerbu gudang, sementara yang menerima beras dikerumuni oleh penjarah.

Kewalahan untuk menghadapi amukan dari rakyatnya sendiri, pemerintah Timor Leste minta bantuan negara tetangga.

Pasukan Australia dipanggil untuk mengendalikan massa dan menghentikan penjarahan.

Baca Juga: Telur Memang Menyehatkan, Tapi Mana Olahan yang Lebih Sehat, Apakah Ceplok, Dadar, Orak-arik, atau Cukup Direbus Saja? Ini Dia Jawabannya!

Program Pangan Dunia mengatakan situasinya mendesak karena persediaan makanan normal dari toko dan pasar tidak tersedia.

Badan bantuan mengalihkan pasokan dari proyek lain.

Badan bantuan Australia, AusAID, mengirimkan makanan dan obat-obatan senilai 1 juta dollar AS ke Dili.

Menteri Luar Negeri Timor Leste saat itu, Jose Ramos Horta memperingatkan krisis kemanusiaan jika mereka yang berada di kamp pengungsi tidak kembali ke rumah.

Komandan pasukan Australia di TimorLeste Mick Slater mengatakan sekarang aman untuk melakukannya.

Di seluruh kota, pembicaraan terus menyelesaikan kebuntuan politik tentang siapa yang harus memerintah Timor Leste.

Meski mendapat tekanan agar dia mundur, Perdana Menteri Mari Alkatiri tampaknya akan tetap bertahan sebagai pemimpin.

Komandan salah satu batalion di Timor Leste, Letkol Mick Mumford, mengatakan insiden penembakan dan kebakaran rumah telah menurun.

Letnan Kolonel Mumford mengatakan pasukannya telah menyita ratusan senjata, dan dia yakin sekarang sudah aman bagi ribuan pengungsi untuk kembali ke rumah.

Baca Juga: Masa Jabatan Trump Segera Berakhir, Pemimpin Asia Pasifik Tetap Khawatir AS-China Bakal Bentrok di Laut China Selatan

"Sangat masuk akal untuk menyuruh mereka pulang karena aman, dan meskipun mungkin ada beberapa geng di luar sana, orang-orang kita juga ada di luar sana dan mereka menemukan mereka, mereka melucuti senjata mereka dan orang-orang itu akan kembali ke rumah mereka juga, "katanya.

Sementara itu, salah satu polisi Timor Leste ada yang terluka dalam pertempuran di Dili hinggaalami kondisi kritis di Rumah Sakit Royal Darwin.

Pria itu mengalami luka tembak di dada, tulang punggung dan perutnya dan dia diharapkan menjalani operasi lebih lanjut.

Sembilan pengungsi lainnya yang terluka dalam pertempuran itu, termasuk seorang pria Indonesia yang diterbangkan ke Darwin, tercatat berada dalam kondisi serius.

Tak cukup hanya pasukan Australia, pasukan Selandia baru juga dikerahkan.

Pasukan Selandia Baru telah tiba di Darwin untuk membantu memperkuat upaya penjaga perdamaian Australia di Timor Leste.

Seratus dua puluh tentara Selandia Baru meninggalkan Townsville pagi itu.

757 Angkatan Udara Selandia Baru yang membawa para prajurit mendarat di pangkalan RAAF di Darwin sore ini.

Kontingen kemungkinan besar akan bermalam di Darwin sebelum menuju ke Dili besok untuk membantu memperkuat pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin Australia.

Mereka akan bergabung dengan 42 tentara Selandia Baru lainnya yang sudah berada di darat.

Artikel Terkait