Find Us On Social Media :

Risih Dengan Kebangkitan China Lewat Belt And Road Initiative, Eropa Buka Kontes Geopolitik Dengan 'Inisiatif Tiga Laut', Sebuah Jawaban Atas Aksi China?

By Maymunah Nasution, Minggu, 15 November 2020 | 08:22 WIB

Inisiatif Eropa yang dijadikan alat untuk kalahkan kebangkitan China meskipun banyak negaranya menentang

Intisari-online.com - Semenjak pandemi Covid-19, Eropa di bawah Uni Eropa tidak bisa lebih kompak lagi.

Padahal semenjak berpuluh-puluh tahun Perang Dingin, Eropa Barat dan Eropa Timur seperti terpisah dan kurang berkomunikasi.

Kondisi ini membuat kondisi negara-negara di Eropa Tengah yang seharusnya menjadi 'zona penyeimbang' justru menderita paling parah.

Negara Eropa Tengah justru merupakan negara-negara yang memiliki standar kehidupan rendah dan ekonomi yang lemah.

Baca Juga: Didukung Para Warga Hong Kong, Nyatanya Trump Tidak Pernah Mendukung Kemerdekaan Hong Kong dari China, Pakar Malah Sebut Masih Lebih Unggul Kebijakan Biden, Ini Sebabnya

Hal itu dikarenakan setelah Perang Dingin, Eropa terpecah dan energi tidak tersalurkan dengan baik demikian pula dengan infrastruktur transportasi mereka.

Eropa Barat mendapat keuntungan besar: negara-negaranya maju dengan mudah.

Sementara itu Eropa Tengah dan Timur harus berjuang mendapatkan posisi yang setara.

Meski begitu beberapa tahun belakangan, setidaknya sampai krisis Covid-19, negara-negara Eropa Tengah dan Timur merupakan kelompok negara yang tumbuhkan perekonomian tercepat di Eropa.

Baca Juga: Sering 'Mengobok-obok' Negara Lain dan Semakin Sering Setelah Perang Dingin, Kenapa Amerika Keranjingan Intervensi Asing?

Semua mengalami konstraksi ekonomi dari defisit infrastruktur yang signifikan karena Covid-19.

Namun tidak lagi menganggap kelompok mereka bermusuhan, 12 negara telah bergabung bersama.

Di bawah sebuah gagasan 'Three Seas Initiative' atau Inisiatif Tiga Laut, 12 negara Eropa telah menjadi lebih kompak daripada tahun-tahun sebelumnya.

Inisiatif ini dibuat untuk meningkatkan hubungan dalam rangka keamanan energi, ekonomi digital dan transportasi.

Baca Juga: Saham Produsen Senjata yang Sering Digunakan Hollywood untuk Mempersenjatai Teroris, AK-47, Diambil Alih Mantan Pejabat Rusia

Nama itu mengikuti negara-negara yang terletak di antara tiga laut: Laut Adriatik, Laut Baltik dan Laut Hitam.

Diberitakan dari The Interpreter, 3SI didukung oleh AS, yang menganggapnya sebagai jawaban Eropa atas ancaman China dengan Belt and Road Initiative (BRI) mereka.

Program 3SI

Program 3SI secara resmi diluncurkan tahun 2016 oleh Kroasia dan Polandia, yang kemudian mendapatkan perhatian lebih dari AS, partner strategis Uni Eropa.

Baca Juga: Tak Lama Lagi Lengser Dari Jabatan Presiden AS, Sekutu AS yang Disebut Wanita Terkuat di Bumi Ini Akhirnya Luapkan Kebenciannya Pada Pemerintahan Donald Trump

Donald Trump pun kemudian sempat mengunjungi Warsawa, Polandia, dalam kunjungannya ke Eropa tahun 2017 lalu.

Uni Eropa sendiri awalnya kurang begitu tertarik dengan inisiatif itu, meskipun telah menyadari pentingnya hal tersebut.

Ketiga laut itu mencakup sepertiga wilayah Uni Eropa dan sekitar 100 juta dari 445 juta penduduk Uni Eropa.

Kepentingan politik Amerika

Baca Juga: Biasanya Juga Sudah Rajin Bertengkar, Pakar Sebut Hubungan Perancis dan Turki Bisa Rusak Permanen Karena Dua Pemimpin Negara Alot Masalahkan Kartun Nabi Muhammad, Jadi Trump dan Xi Jinping Versi Eropa

Tidak bisa ditampik, Amerika Serikat (AS) sedikit menunggangi politik ini untuk tujuan geopolitik mereka.

Amerika melihat kesempatan untuk bisa menguasai Rusia lewat program itu dan memperlebar pengaruh mereka di Eropa Barat.

Hal itu menjanjikan keuntungan tambahan berupa meningkatnya perdagangan dan kepentingan AS lain di wilayah tersebut.

Hal ini terlihat dari segera setelah AS menjadi eksportir minyak dan gas, mereka segera berminat menjual suplai energi dan teknologi mereka ke Eropa Tengah.

Baca Juga: Menilik Empat Tahun Kepemimpinan dan Kebijakan Luar Negeri Penuh Kontroversial Donald Trump: Buat Peran AS Sebagai Negara Adidaya Runtuh, Tapi Bagaimana Respon Dunia?

Hal itu akan memerlukan sistem distribusi jalur pipa yang lebih baik, satu hal yang tidak pernah ada dari Rusia ke Jerman.

Memang ada pipa gas dari kedua negara itu, yaitu Nord Stream 2, yang saat ini sedang dalam perbaikan.

Dan memang, tujuan utama dari program 3SI adalah pembangunan jalur gas utara-selatan, dengan rencananya mengaitkan pulau Krk, Kroasia sampai Swinoujscie di Polandia dan Klaipeda, Lithuania, yang dekat dengan Laut Baltik.

Rusia sendiri masih curiga dengan program ini dan melihat hal ini sebagai tujuan untuk mencegah pengaruh ekonomi dan hal lain mereka pada bekas wilayah pendudukan era Soviet.

Baca Juga: Trump Ogah Perbarui Perjanjian Nuklir, Putin Buru-buru Perkuat Bunker 6375 Pengendali Nuklir Rusia, Bersiap Hadapi PD III

Namun, lebih menariknya, AS justru mengalihkan 3SI sebagai saingan program megaproyek China Belt and Road Initiative (BRI).

China memang tidak memiliki minat atau kemampuan untuk mengekspor energi ke Eropa Tengah, tapi China memiliki kepentingan penting pada dua pilar 3SI lainnya.

Dua pilar tersebut adalah infrastruktur transportasi dan agenda digitalisasi.

China sudah diketahui memiliki beberapa perusahaan konstruksi terkemuka di dunia, membangun infrastruktur jalan raya dan rel.

Baca Juga: Jadi Miliknya Saja Belum, Perdana Menteri Pakistan Sudah Iming-imingi Status Provinsi untuk Wilayah Kashmir yang Juga Diincar India, Proyek Menggiurkan dari China Ini Sebabnya

Secara kontroversial juga perusahaan teknologi China seperti Huawei telah memimpin revolusi industri 4.0 yang menghubungkan banyak orang dengan jaringan yang stabil dan cepat, belum lagi dengan teknologi kecerdasan buatan (AI), data besar dan teknologi komputer kuantum yang akan penting bagi industri ini ke depannya.

Inilah sebabnya AS begitu tertarik mengembangkan 3SI untuk mencegah kebangkitan China menguasai dunia, sehingga AS terus-terusan mendukung 3SI.

Politik di dalam Uni Eropa pun sudah pasti berubah, dengan negara Eropa Tengah akan lebih mengambil langkah konservatif dan posisi nasionalis daripada negara-negara Eropa Barat.

Ini juga berarti beberapa negara Eropa Tengah tersinggung ketika Brussles memberi tahu mereka bahwa mereka tidak dapat berurusan dengan China, padahal China tampaknya memiliki begitu banyak janji sebagai sumber investasi untuk menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Buronannya Malah Sukses Bangun Kerajaan Judi di Asia Tenggara Bahkan Bak Jadi Warga Kehormatan, Rencana Besar Tiongkok Kuasai Dunia Lewat 'Belt and Road Initiative' Mulai Dianggap Berantakan

Meski begitu, sepertinya sedikit dari janji itu yang terwujud, karena investasi China di Eropa mengalir ke negara besar seperti Jerman.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini