Find Us On Social Media :

Sudah Tahu Kapal yang Dulu Dikirim ke Mediterania Timur Bikin Ribut dengan Yunani, Turki Malah Berencana Kembali Kirim Kapal Militer ke Laut yang Sama

By Tatik Ariyani, Rabu, 11 November 2020 | 17:20 WIB

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

Intisari-Online.com - Bulan lalu, Yunani menyerang Turki setelah Turki mengirim kapal penelitian ke Mediterania timur.

Kapal yang disebut Oruc Reis itu adalah kapal eksplorasi gas yang sebelumnya telah digunakan untuk meneliti "aktivitas seismik" menurut outlet berita Jerman DW.

Baik Turki dan Yunani membantah klaim sumber daya satu sama lain di Mediterania timur, meskipun Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan misi kapal penelitian itu "sepenuhnya di dalam landas kontinen Turki".

Menteri Luar Negeri Yunani mengatakan kegiatan survei itu merupakan "eskalasi besar dan ancaman langsung bagi perdamaian dan keamanan di kawasan" dan meminta Turki untuk "menarik kembali keputusannya" untuk mengerahkan kapal tersebut.

Baca Juga: Masih Belum Bisa Berhenti Merokok? Lihat Ini yang Terjadi pada Tubuh Secara Bertahap Setelah Anda Berhenti Merokok!

Angkatan Laut Turki mengatakan kapal itu akan tetap berada di daerah itu hingga 22 Oktober, meskipun negara itu sekarang telah memperpanjangnya hingga 14 November, SeeNews melaporkan.

Namun, di tengah perselisihan antara Turki dan Yunani mengenai sumber daya hidrokarbon di wilayah tersebut Turki dilaporkan bakal kembali mengirim kapal di wilayah Laut Mediterania.

Turki telah mengungkapkan kapal militer tak berawak baru yang dilengkapi dengan sistem pertahanan rudal yang dapat dikendalikan oleh kecerdasan buatan (AI).

Melansir Express.co.uk, Rabu (11/11/2020), kapal baru tersebut -prototipe- disebut AUSV, atau Armed Unmanned Surface Vehicle.

Baca Juga: Pernah Dapat Ancaman Pemenggalan dari Anak Buah Trump, Kini Anthony Fauci Siap Kerja Sama dengan Joe Biden, 'Kami Akan Kalahkan Virus Corona'

Kapal tersebut akan ditempatkan ke Laut Mediterania secepatnya dalam bulan depan.

Turki membidiknya menjadi yang pertama dalam barisan kendaraan yang disebut ULAQ, setelah sosok dari budaya Turki kuno.

Kapal tak berawak tersebut diproduksi oleh Ares Shipyard, produsen kapal militer dan komersial Turki, bekerja sama dengan Meteksan Defense Industry.

Ares mengklaim AUSV akan mampu mencapai kecepatan hingga 40 mph (65 kph).

Pabrikan menambahkan itu dapat "digunakan sebagai kendaraan otonom sepenuhnya untuk mengatasi persyaratan misi yang sama sekali baru di tahun 2020-an".

Kapal ini dilengkapi dengan sistem rudal 70mm yang dipandu laser serta jarak yang lebih jauh, keduanya dikembangkan oleh perusahaan Roketsan Turki.

Kapal tersebut juga akan dilengkapi dengan sistem 'electronic warfare', kata Ares, seperti teknologi jamming.

Baca Juga: Terkenal Ganas dan Tak Terkalahkan, Militer Israel Justru Kerap Dipecundangi Indonesia, Apa Rahasia TNI Bisa Menang Telak 'Lawan' Negeri Yahudi?

Karena tidak berawak, kapal tersebut dapat dikendalikan dari jauh, baik dari kendaraan bergerak termasuk perahu lain atau dari pangkalan permukaan - meskipun diduga dapat juga dikerahkan tanpa dikendalikan oleh operator manusia.

Ares mengantisipasi kapal itu akan digunakan untuk intelijen dan pengawasan serta misi "perang permukaan" dan pengawalan.

Desain perahu selesai Agustus lalu.

Meski diharapkan akan diluncurkan ke perairan Mediterania tahun ini, uji coba penembakan rudal diperkirakan tidak akan dilakukan hingga kuartal pertama tahun depan.

Ares mengatakan kapal tak berawak itu bisa diikuti oleh AUSV lain yang bisa melakukan misi maritim lainnya.

Dikatakan dalam sebuah pernyataan: "Baik ARES Shipyard dan METEKSAN Defense menegaskan bahwa - setelah kapal prototipe pertama - AUSV lebih lanjut akan siap untuk diproduksi untuk operasi seperti ISR, penanggulangan ranjau, Anti-Submarine Warfare (ASW), pemadam kebakaran dan pencarian dan menyelamatkan."

Baca Juga: Pepet Terus, Nyatanya China Memperhatikan Semua Gerak Langkah Joe Biden Mulai Dari Penunjukan Kabinet Sampai Hal-hal Seperti Ini, Khawatir Sosok yang Tak Dipilih Donald Trump ini Bangkit dan Kerahkan Serangan ke Mereka?