"Saya ingat ketakutan yang kami rasakan di malam hari," katanya kepada AFP.
"Penembakan mungkin terlihat menarik di film, semakin intens semakin menarik, tetapi pada kenyataannya itu sangat berbahaya," ujarnya.
"Kami mencoba mengambil amunisi sebanyak yang kami bisa, bahkan memanjat pohon untuk mendapatkannya, untuk ditukarkan dengan hadiah kecil.
"Itu menyenangkan untuk masa kecil kami meskipun kami takut akan serangan udara," tambahnya.
Sebagai pandai besi generasi ketiga, Wu belajar cara mencetak logam sejak kecil.
Wu mengikuti ayahnya, yang pertama kali mengubah selongsong paluru artileri menjadi pisau, ketika beberapa tentara Taiwan yang ditempatkan di Kinmen mulai meminta pesanan pisau khusus.
Orang tidak menginginkan perang
Sebagian besar pisau Wu terbuat dari amunisi propaganda, yang tidak meledak saat terkena benturan.