Advertorial
Intisari-Online.com - Taiwan merupakan salah satu negara yang berkonflik dengan China.
Ini karena China masih menganggap Taiwan sebagai 'wilayah' mereka.
Namun Taiwan sudah mengklaim jadi negara sendiri dengan pemerintahan sendiri.
Hanya saja jika Taiwan dan China bentrok, ada kemungkinan besar negara Asia Timur itu akan kalah telak.
Sebab, China memiliki kekuatan militer yang sangat banyak dan hebat.
Oleh karenannya, Taiwan mulai berbenah diri.
Dilansir dari24h.com.vn pada Rabu (28/10/2020), Taiwan dilaporkan memperluas kapasitasnya untuk menangani kampanye serangan amfibi dari daratan China.
Serangan amfibi merupakanoperasi militer ofensif yang menggunakan kapal untuk memproyeksikan kekuatan darat dan udara di suatu pesisir yang bermusuhan atau mungkin bermusuhan.
Taiwan begitu yakin dengan serangan amfibi mereka setelah Amerika Serikat (AS) menyetujui kesepakatan senilai 2,4 miliar US Dollar untuk menjual senjata baru.
Menurut SCMP, pejabat Taiwan mengatakan kesepakatan itu membantu Taiwan memenuhi tujuannya, yaitu untuk dapat menghancurkan setengah dari kekuatan serangan amfibi China.
Di manaitu adalah sebuah visi Taiwan untuk lima tahun ke depan.
Pada 26 Oktober, AS menyetujui penjualan 100 kompleks rudal anti-kapal pesisir Harpoon ke Taiwan dan 400 peluru kendali.
Nilai total pesanan adalah $ 2,4 miliar.
Ini adalah kesepakatan militer AS kesembilan dengan Taiwan sejak Trump menjadi Presiden pada 2017. Kesepakatan itu perlu disetujui oleh Kongres.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, Taiwan akan memiliki sistem persenjataan yang andal dan efektif untuk menangkal dan mengatasi serangan amfibi dari China, serta kemungkinan China memblokir wilayah pesisir.
"Mitra dapat dengan mudah mengintegrasikan sistem senjata baru ke dalam sistem yang ada tanpa menemui kendala apa pun," kata Departemen Luar Negeri.
"Kami berharap dapat meningkatkan jumlah rudal yang bisa kami dapatkan untuk meningkatkan kemampuan tempur sebelumnya," katapejabat Taiwan Chang Che-ping pada Selasa (27/10/2020).
Beberapa senjata yang termasuk dalam perjanjian tersebut adalahRudal Harpoon Block II, model rudal anti-kapal dengan jangkauan 125 km.
Tetapi juga dapat digunakan untuk menyerang sasaran di darat.
Jerry Song, seorang ahli militer yang berbasis di Taiwan, mengatakan kesepakatan itu membantuTaiwan menyelesaikan jaringan pertahanan rudal Harpoon, yang mencakup kemampuan untuk meluncurkan rudal dari kapal perang, kapal selam, pesawat terbang, dan dari darat.
Di masa mendatang, peluncur rudal yang dibeli Taiwan dari AS juga dapat digunakan untuk meluncurkan rudal H1080 Feng-II, rudal anti kapal buatan Taiwan.
Melihat kesepakatan antara AS dan Taiwan, China semakin marah.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Van Ban mengatakan kesepakatan itu mengganggu urusan dalam negeri China dan merusak hubungan di Selat Taiwan.
"AS harus berhenti menjual senjata dan mengakhiri hubungan militer dengan Taiwan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut hubungan AS-China," kata Wang.