Advertorial
Intisari-Online.com - Hampir semua negara di dunia tengah berjuang menghentikan penyebaran virus corona (Covid-19) yang sudah berlangsung selama 10 bulan lamanya.
Tak terkecuali Taiwan.
Pasalnya tidak hanya virus corona yang menjadi perhatian utama Taiwan. Melainkan konfliknya dengan China.
Laporan mengungkapkan bahwa China bisa menyerang Taiwan kapan saja melalui darat, laut, dan udara.
Sedihnya, secara kekuatan militer, Taiwan jelas kalah jauh dibanding China yang merupakan salah satu negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia.
Walau begitu, Taiwan tidak menyerah. Mereka terus berupaya melawan China.
Dan di tengah gentingnya situasi itu, Taiwan ternyata mampu memegang rekor 200 hari tanpa kasus virus corona yangditularkan secara lokal.
Hal itu jelas berbeda dibanding negara lain yang malah mengalami lonjakan bahkan kembali menerapkan lockdown.
Dilansir daribloomberg.com pada Kamis (29/10/2020),Taiwan memegang rekor kasus virus corona terbaik dunia sejauh ini dan mencapai rekor baru pada hari Kamis ini.
Dilaporkan kasus lokal terakhir Taiwan di AS terjadi pada 12 April. Setelahnya belum ada gelombang kedua.
Hingga kini, hanya ada 550 kasus positif virus coronayang dikonfirmasi, dengan hanya tujuh kasus kematian.
Para ahli mengatakan menutup perbatasan lebih awal dan mengatur perjalanan dengan ketat telah membantu Taiwan memerangi virus corona.
Faktor lain termasuk pelacakan kontak yang ketat, karantina yang didukung teknologi, dan pemakaian topeng universal.
Lebih lanjut, pengalaman mematikan Taiwan dengan SARS telah membuat orang takut untuk patuh.
“Taiwan adalah satu-satunya negara besar yang sejauh ini mampu mencegah penularan Covid oleh komunitas,” kata Peter Collignon, seorang dokter penyakit menular dan profesor di Sekolah Kedokteran Universitas Nasional Australia.
"Taiwan mungkin mendapatkan hasil terbaik di seluruh dunia," katanya.
Taiwan akan menjadi salah satu dari sedikit ekonomi yang tumbuh tahun ini, dengan pemerintah pada Agustus memperkirakan bahwa produk domestik bruto akan meningkat 1,56% pada tahun 2020.
Namun, Taiwan masih belum keluar dari masalah karena mencatat 20 kasus impor dalam dua minggu terakhir, kebanyakan dari negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina dan Indonesia.
Dan negara lain yang pada awalnya melawan virus corona dengan baik, seperti Singapura dan Jepang, kemudian mengalami lonjakan kasus.
Apa yang dapat diambil oleh negara-negara dengan lonjakan infeksi dari pengalaman Taiwan adalah bahwa tidak ada yang berhasil tanpa kontak yang melacak mereka yang telah dites positif dan kemudian mengkarantina mereka, kata Chen Chien-jen, mantan wakil presiden dan ahli epidemiologi Taiwan, dalam sebuah wawancara.
Selain itu, karena tidak mudah membuat orang tetap berada di karantina, Taiwan telah mengambil langkah-langkah untuk menyediakan makanan dan pengiriman bahan makanan.
Terakhir, ada juga hukuman bagi mereka yang melanggar karantina menghadapi denda hingga 35.000 US Dollar (Rp515 juta).