Find Us On Social Media :

Media Inggris Sampai Keheranan, Meski Timor Leste Miskin, Rakyatnya Banyak yang Menderita Malnutrisi Hingga Penyakit Kronis, Justru Berhasil Kalahkan Virus Corona, Ini Rahasianya!

By Afif Khoirul M, Minggu, 18 Oktober 2020 | 15:01 WIB

Ilustrasi virus corona di Timor Leste.

Intisari-online.com - Di tengah pandemi virus corona ini, hampir semua negara besar babak belur secara ekonomi dan kesehatan.

Namun, Timor Leste, negara kecil di Pasifik ini justru menjadi negara yang berhasil mengatasi pandemi yang mewabah di seluruh dunia ini.

Menurut media Inggris, The Telegraph, sampai keheranan karena negara itu bahkan tidak memiliki sumber daya medis yang memadai untuk melawan penyakit ini.

Dalam laporan itu, The Telegraph mengatakan, hampir 1,2 juta penduduk Timor Leste adalah rakyat miskin yang hidup dalam kemiskinan ekstrem.

 Baca Juga: Gangster Yakuza Gemar Bagi-bagi Permen Saat Merayakan Halloween, 1.000 Anak Bisa Hadir dan Meminta-minta, Polisi Jepang pun Tegas Lakukan Ini

Mereka hanya memiliki sedikit akses ke perawatan kesehatan, dengan tingkat kekurangan gizi tinggi, tetapi berhasil menghindari pendemi virus corona.

Bahkan, media Inggris itu menyebut tindakan Timor Leste bisa dijadikan contoh praktik terbaik mengatasi Covid-19 bagi seluruh dunia.

Pada 21 Maret, Timor Leste yang melaporkan warganya ada yang positif Covid-19, hanya 24 jam kemudian menyerukan keadaan darurat.

Odeta da Silva Viegas, direktur jenderal pemberian layanan kesehatan di kementerian melakuka  tindakan awal penguncian perbatasan, dan menerapkan karantina ketat.

 Baca Juga: Ancam Rakyatnya Hukuman Penjara Kalau Dengarkan K-Pop, Kim Jong-un Malah Pernah Ngaku Suka Musik Korea Selatan, Terpukau Saksikan Penampilan Artis-artis Korsel Ini

Negara itu sadar bahwa sistem kesehatan mereka rapuh, dan sangat tidak mendukung untuk melakukan perawatan jika banyak rakyatnya terinfeksi penyakit ini.

Timor Leste menagguhkan sekolah, dan kegiatan publik, dengan pengawasan berbasis web untuk melacak penyebaran Covid-19.

Meskipun memiliki salah satu tingkat stunting tertinggi di dunia, dan prevalensi penyalahgunaan tembakau dan penyakit tidak menular yang tinggi, seperti penyakit paru obstruktif kronis, strategi Covid-19 di negara itu tampaknya berhasil.

Dr Viegas juga memuji keberhasilan awal Timor Leste karena fakta bahwa pemerintah telah "bertindak begitu cepat".

Hasilnya pada 8 Juli negara itu sukses besar dakam 24 jam tidak melaporkan satu kasus terjadi di negaranya.

Petugas kesehatan dan petugas tanggap darurat di negara itu "dilatih dengan cepat" dalam manajemen kasus dan pengendalian infeksi.

Fasilitas karantina dengan cepat didirikan dan pengujian diperkenalkan, dengan laboratorium nasional di ibu kota, Dili, yang mampu melakukan ratusan tes sehari.

Tingkat tertinggi dari pemerintah Timor Leste, dan organisasi keagamaan negara yang mayoritas beragama Katolik, juga berkomitmen untuk mengendalikan penyakit tersebut.

Baca Juga: Benar-benar Anti-Kritik, Lebih Banyak Tinggal di Jerman, Warga Thailand Tulis Petisi 'Orang Tidak Diinginkan' untuk Raja Vajiralongkorn, Pemerintah Thailand Langsung Blokir Situs

"Timor-Leste telah berubah dari negara yang tidak memiliki kapasitas pengujian nasional, tidak memiliki fasilitas isolasi dan karantina yang teridentifikasi dan kapasitas pengawasan terbatas menjadi negara dengan fasilitas pengujian dalam negeri dan isolasi fungsional serta karantina Covid-19 yang berfungsi," kata Dr Viegas.

Penduduk Timor juga memainkan peran penting dalam melawan virus, tambahnya.

"Sungguh luar biasa melihat tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap langkah-langkah pencegahan seperti penutupan wajib dan jarak fisik dalam pengaturan komunal dan pembatasan perjalanan dan mobilitas," kata Dr Viegas.

"Komunitas perbatasan dan kepala desa kami membantu pengawasan komunitas dengan memberikan informasi segera tentang masuknya ilegal di sepanjang perbatasan  kami dengan Indonesia sehingga petugas kesehatan dapat mengambil tindakan tepat waktu," imbuhnya.

Maria Carmen Alianca Ximenes Pereira (38), seorang karyawan hotel di Dili mengatakan kepada Telegraph bahwa ketika kasus pertama diumumkan, orang-orang ketakutan dan langsung tinggal di rumah, menggunakan masker dan mencuci tangan secara teratur.

Salah satu hal pertama yang dia perhatikan adalah bahwa jalanan langsung berubah sepi karena pengendara sepeda motor dilarang membawa penumpang dan mobil pribadi hanya bisa memuat tiga orang terbatas.

Banyak penduduk Dili kembali ke desa asal mereka untuk menghindari pandemi.

"Tidak ada seorang pun di Dili, hanya tinggal beberapa orang. Mungkin itu sebabnya kami tidak memiliki banyak kasus virus korona," kata Pereira.

Sekitar 70 persen penduduk Timor-Leste tinggal di daerah pedesaan di desa-desa yang tersebar, terisolasi satu sama lain oleh medan pegunungan dengan kondisi jalan yang buruk.

Baca Juga: Setelah Gempur Rumah Warga Azerbaijan Sampai Buat Warga Kehilangan Anggota Tubuh, Kedua Negara Sepakat 'Istirahat' dari Perang, Rupanya Atas Urusan Miris Ini Baru Bisa Sepakat

Jarak antar desa mungkin memperlambat penyebaran, kata Edd Wright, yang mengawasi proyek yang dijalankan oleh badan amal pembangunan World Neighbours di Timor Leste.

"Inisiatif seperti Program Peningkatan Ketahanan Masyarakat, yang didanai oleh USAID dan dijalankan oleh World Neighbours, di kotamadya Oecusse, juga berharga dalam melawan virus corona dengan berfokus pada cuci tangan dan pengelolaan air," katanya.

"Di komunitas pedesaan tempat kami bekerja, air sangat langka. Kalau sudah punya, masyarakat mengutamakan konsumsi dan memasak, jadi mencuci tangan bukan hal yang wajar mereka lakukan," ujarnya.

"Fokus kami adalah meningkatkan akses air, memastikan masyarakat pedesaan mendapatkan air dari mata air alami,"  tambahnya.

"Jika kami mampu meningkatkan akses air, dan masyarakat memiliki lebih banyak air maka kami selalu berusaha dan menerapkan aspek sanitasi juga. Kami menjalankan kampanye informasi kesehatan tentang pentingnya mencuci tangan," terangnya.

Selain itu, World Neighbours membantu memasang perangkat cuci tangan sederhana yang disebut "keran bergeser" wadah air yang dipasang pada tongkat atau tiang. 

"Kami mencoba membangun infrastruktur dasar, seperti keran-keran yang sangat bagus ini yang merupakan alat yang sangat bagus di daerah yang mengalami tekanan air. Ini adalah langkah pertama di tangga sanitasi untuk dapat dengan mudah mencuci tangan dengan sedikit air," kata Wright.

Dr Viegas mengatakan, pemerintah menyadari keberhasilannya selama ini mungkin masih berisiko, terutama karena negara yang berbatasan dengan Indonesia, dengan kasus yang cukup besar.

"Kami senantiasa waspada, waspada dan waspada tentang masuknya baru virus corona ke Timor-Leste. Ini adalah masalah 'kapan' bukan 'jika'. Dan kami sedang mempersiapkannya," katanya.