Find Us On Social Media :

Polisi Berhasil Berangus Gerombolan Mafia Pembobol Rekening: Sudah Sejak 2017, Bekerja Hanya dari Gubuk Tapi Punya Rumah Lengkap dengan Kolam Renang, Ini Modus Operandinya

By Maymunah Nasution, Selasa, 6 Oktober 2020 | 13:59 WIB

Ilustrasi pembobol rekening bank

Intisari-online.com - Tiga tahun beroperasi, 10 pembobol rekening bank akhirnya diringkus oleh Penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri.

Diketahui, jumlah rekening yang dibobol para tersangka berjumlah tidak tanggung-tanggung, yakni 3.070 rekening dengan modus menipu korban demi mendapatkan kode one time password (OTP).

Total kerugian yang diderita para nasabah mencapai Rp 21 miliar.

Para tersangka berinisial AY, YL, GS, K, J, RP, KS, CP, PA, dan A diringkus di Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Baca Juga: Beraksi Pakai Cadar dan Bawa Senjata Api untuk Bobol Gudang Rp 400 Juta Lalu Buron 4 Tahun, Gembong Perampok Sadis Ini Akhirnya Ditangkap

Namun, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono tidak merinci kapan 10 orang tersebut ditangkap.

Kronologi kasus

Argo membeberkan, kasus tersebut bermula dari laporan para korban ke Bareskrim pada Juni 2020.

"Dari masyarakat maupun perbankan dan transportasi online mengalami kerugian yang dilaporkan sekitar Rp 21 miliar," kata Argo di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Senin (5/10/2020).

Baca Juga: 'Hampir Satu Kampung Diminta Membuka Rekening', Beginilah Cara Pelaku Pembobol Rekening Tampung Uang Rp21 Miliar yang Dibobol dari Tahun 2017 hingga 2020

Setelah menerima laporan, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri membentuk tim untuk melakukan penyelidikan.

Penyelidikan itu membawa polisi ke 10 pelaku yang melakukan pekerjaan kotornya dari Sumsel.

"Pelaku berjumlah 10 orang. Subuh-subuh sekitar jam 04.00 WIB, para pelaku ini diambil dan tidak melakukan perlawanan," tutur Argo.

Modus operandi

Baca Juga: Modus Penipuan Pencurian OTP Makin Marak, Ini 5 Tips Menghindarinya

Menurut keterangan polisi, para pelaku membobol atau mengambil alih rekening korban menggunakan kode OTP.

Para tersangka menipu korban untuk mendapatkan kode rahasia tersebut.

"Dia (para tersangka) menelepon ke nasabah bank, minta password-nya dengan alasan sedang perbaikan data identitas, perbaikan sistem, dan sebagainya," ucap Argo.

Menurut dia, seseorang dapat tidak menyadari dirinya sedang ditipu sehingga memberikan kode OTP kepada pelaku.

Baca Juga: Kesal Dapat SMS Spam atau Penipuan? Kamu Bisa Lapor ke Sini!

Padahal, setelah menguasai akun korban, para tersangka mentransfer uang korban ke rekening penampungan.

Argo mengatakan, para tersangka memiliki banyak rekening penampungan.

Rekening penampungan berasal dari warga di sekitar domisili pelaku.

"Hampir satu kampung diminta membuka rekening.

Baca Juga: Identitas Cleaning Servis Berekening 'Gendut' Rp100 Juta Terungkap, Dicurigai Terkait Kebakaran Gedung Kejaksaan Agung

"Ada timnya yang jadi penunjuk, dia yang jalan, memberikan iming-iming agar masyarakat di sekitarnya membuka rekening, itu yang digunakan rekening penampungan," ujar dia.

Setelah terkumpul, ada tersangka yang berperan mengambil uang dari rekening penampungan.

Ada pula tersangka yang bertugas menyiapkan peralatan teknologi.

Adapun pengendali operasi ini adalah tersangka AY.

Baca Juga: Jangan Buang Struk ATM Sembarangan! 2 Pria di Sumatera Ini Berhasil Bobol Rp300 Juta Bermodalkan Sampah Struk ATM, Polisi Ungkap Triknya

Uang yang telah ditarik kemudian dibagikan kepada para tersangka.

Kapten atau pengendali operasi mendapatkan 40 persen dan sisanya merupakan jatah pelaku lain.

Hasil kejahatan

Dari informasi yang diperoleh penyidik, para tersangka melakukan aksinya karena motif ekonomi.

Baca Juga: Covid Hari Ini 5 Oktober 2020, Indonesia Peringkat 23 Kasus Covid-19 di Dunia, Jokowi: Jauh Lebih Baik Ketimbang Negara Lain

Argo menuturkan, pembobolan yang diduga dilakukan para tersangka menjadi pekerjaan sehari-hari yang dilakukan.

"Motifnya untuk ekonomi, tapi setelah dicek, memang benar dia bisa memperbaiki hidupnya, ada rumah yang bagus, punya mobil," ungkap Argo.

Total, menurut polisi, para tersangka telah menggunakan uang dari aksinya tersebut sebesar Rp 8 miliar.

Argo mengatakan, uang itu digunakan pelaku untuk kepentingan pribadi, misalnya membeli mobil atau membangun rumah.

Baca Juga: Bisa Lumpuhkan Ekonomi Satu Generasi, Proyek 'Arogan' Xanana Gusmao Dipastikan Hanya Jadi Impian, Kecuali Timor Leste Rela Menyerahkan Kedaulatan Bangsanya

Bahkan, polisi menemukan rumah pelaku yang memiliki kolam renang.

Ancaman hukuman

Dalam kasus ini, polisi pun menyita barang bukti berupa laptop, telepon seluler, kartu ATM, buku tabungan, dan uang.

Para pelaku dijerat dengan Pasal 30 ayat 1 UU ITE jo Pasal 46 ayat 1 UU ITE dan Pasal 32 jo Pasal 48 UU ITE dan Pasal 363 KUHP.

Baca Juga: Gelap Mata Terbuai Paras Anak Kandung Sendiri, Seorang Ayah Tega Bunuh Kekasih Anaknya Demi Bisa Berhubungan Dadan dengan Putri Kandungnya Itu

"Ini ancamannya 6 sampai 10 tahun penjara," kata Argo.

Hingga saat ini, polisi mengaku masih menginvestigasi apakah ada tersangka lain dalam kasus ini.

(Devina Halim)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Pembobol Rekening: Bekerja dari Gubuk, tetapi Punya Rumah dengan Kolam Renang"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini