Find Us On Social Media :

Tak Hanya Bantu Azerbaijan Serang Armenia Habis-habisan, Turki Juga Siapkan Hal Ini di Tengah Konflik Besar dengan Yunani di Laut Mediterania, Uni Eropa Langsung Ketar-ketir

By Mentari DP, Jumat, 2 Oktober 2020 | 08:40 WIB

Bendera Turki.

Intisari-Online.com - Saat ini, seluruh dunia tengah memfokuskan diri pada perang yang terjadi antara Armenia dan Azerbaijan.

Sebab, salah-salah perang antara dua negara bekas pecahan Uni Soviet ini bisa menjadi awal mula pecahnya Perang Dunia 3 yang lebih besar.

Mengingat hingga hari ini, perang antara dua negara masih berlanjut.

Dan seolah belum selesai ketakutan warga Eropa, dilaporkan Turki dan Yunani telah menyiapkan hotline militer di Laut Mediterania.

Baca Juga: Ledakan Suara Mengerikan Terdengar dari Pesawat Militer Buat Seluruh Jendela Terguncang Hebat dan Warga Paris Lari Ketakutan, Mungkinkah Itu Aksi Terorisme Lagi?

Sebelum perang antara Armenia dan Azerbaijan terjadi, Turki dan Yunani memang sudah terlibat konflik panas di sana.

Hal ini dikarenakan sumber daya energi dan perbatasan maritim.

Karena tak kunjung mereda, akhirnya mereka menyiapkan hotline militer.

Langkah tersebut diumumkan oleh blok militer NATO, di mana kedua negara menjadi anggotanya.

Baca Juga: Sedang Hamil? Ini 3 Manfaat Buah Nectarine Untuk Ibu Hamil

Ketegangan meningkat tahun ini ketika Turki mengirim kapal penelitian ke daerah yang disengketakan.

Itu terjadi ketika para pemimpin Uni Eropa (UE) bertemu untuk membahas hubungan kedua blok itu dengan Turki.

Turki telah menjadi kandidat jangka panjang untuk keanggotaan Uni Eropa tetapi upaya ini terhenti.

Ini karena para pemimpin Uni Eropa mengkritik catatan Turki tentang hak asasi manusia dan supremasi hukum, khususnya setelah kudeta militer yang gagal tahun 2016.

Tetapi Turki tetap menjadi mitra penting bagi UE.

Sebab Turki menampung jutaan migran dan membuat kesepakatan dengan UE yang membatasi jumlah yang tiba di Yunani.

Pengumuman hotline menyusul pembicaraan antara Turki dan Yunani di markas NATO di Brussels.

"Saya menyambut baik pembentukan mekanisme de-konflik militer, yang dicapai melalui keterlibatan konstruktif Yunani dan Turki, keduanya menghargai sekutu NATO," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

"Mekanisme keamanan ini dapat membantu menciptakan ruang bagi upaya diplomatik untuk mengatasi perselisihan yang mendasarinya dan kami siap untuk mengembangkannya lebih lanjut."

Mekanisme semacam itu memungkinkan komunikasi langsung antara dua sisi.

Baca Juga: Layaknya Pengeboman Pearl Harbour, Terungkap China Juga Berencana Mengebom Pangkalan Militer Amerika Ini pada Tahun 2025, Begini Kisahnya

Contohnya saat Rusia dan AS berperang selama Perang Dingin dan telah beroperasi sejak itu.

Pada bulan Agustus, dua kapal perang Turki dan Yunani bertabrakan di Mediterania Timur.

Sejak itu ketegangan agak mereda, dengan kapal penelitian Turki meninggalkan daerah itu bulan lalu dan kedua belah pihak mengatakan mereka siap untuk melanjutkan pembicaraan.

Akan tetapi muncul berita bahwa para pemimpin Uni Eropa tiba di tempat lain di Brussel untuk pertemuan.

Di mana dalam pertemuan itu, mereka telah mendukung anggotanya, Siprus dan Yunani, untuk melawan Turki.

Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mengatakan "provokasi" Turki harus dihentikan.

"Satu hal yang pasti: provokasi Turki, baik yang dimanifestasikan melalui aksi sepihak atau melalui retorika ekstrim, tidak dapat lagi ditoleransi," katanya.

Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan memberikan dukungan untuk Yunani dan Siprus, yang juga memiliki klaim atas sumber daya Mediterania.

Sementara Kanselir Austria Sebastian Kurz telah menyerukan sanksi terhadap Turki.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyalahkan Yunani dan Siprus atas ketegangan tersebut.

Baca Juga: Bak Buka Luka Lama, Tengah Dibombardir Azerbaijan, Nyatanya Dulu 1,5 Juta Warga Armenia Juga Pernah Dibantai Habis-habisan, Pelakunya Kini Bersekutu dengan Azerbaijan

Tetapi dalam sebuah surat kepada para pemimpin UE, dia mengatakan menginginkan dialog.

Bisa dibilang, saat ini Uni Eropa terpecah.

Ada tentang bagaimana cara menangani Turki, perpecahan tumpah di Belarusia, hingga perang Armenia dan Azerbaijan.

Baca Juga: Sering Menyerang Duluan, Justru Kini Trump Berusaha Lerai Perang Armenia dan Azerbaijan, 'Amerika Serikat Akan Berusaha Menghentikan Perang Tersebut'