Find Us On Social Media :

Dimusuhi Banyak Negara di Asia, China Mulai Cari 'Teman' di Eropa, Tapi Malah Dapat Makian dan Bentakan, 'Anda Seharusnya Malu'

By Mentari DP, Sabtu, 19 September 2020 | 18:10 WIB

Laut China Selatan.

Intisari-Online.com - Klaim China atas 80% wilayah Laut China Selatan membuat sejumlah negara di Asia marah.

Buruknya, Amerika Serikat (AS), yang menjadi musuh China, membantu beberapa negara Asia lainnya.

Karena tak memiliki 'teman' di Asia, China pun mulai melirik negara-negara di benua Eropa.

Sayangnya pemerintah China tak mendapat balasan yang baik.

Baca Juga: Angka Kematian Covid-19 di Indonesia Lebih Tinggi dari Data Global, Satgas Minta Warga Usia 45 Tahun ke Atas Tidak Keluar Rumah Dulu, '79% Pasien yang Meninggal dari Usia Tersebut'

Dilansir dari nytimes.com pada Sabtu (19/9/2020), menteri luar negeri China, Wang Yi, menerima surat yang menjelaskan posisi China sudah 'jatuh' di Eropa.

“Anda seharusnya malu,” ungkap Pavel Novotny, seorang walikota distrik yang vokal di Praha.

Bahkan dia menyebut orang-orang China sebagai “badut yang kurang ajar, ceroboh, kasar” dan menuntut permintaan maaf.

Baca Juga: Sering Masuk Wilayah Indonesia untuk Curi Ikan, Kini China Larang Produk Ikan Laut Indonesia, Klaim Temukan Ada Jejak Virus Corona di Sana

Hal ini setelah pemerintah China menegur anggota parlemen senior Ceko karena mengunjungi Taiwan pada bulan ini.

Itu bukanlah satu-satunya jawaban buruk yang diterima China.

Di negara Eropa lainnya, China juga menghadapi kemarahan yang meningkat atas kebijakan dan perilakunya.

Salah satunya terkait perdagangan hingga hak asasi manusia.

Namun yang paling parah karena pandemi virus corona yang membuat Eropa kewalahan hingga rugi besar.

Nasib China makin merana setelah sebagian besar negara Eropa justru berteman akrab dengan Amerika Serikat (AS) yang dipimpin Donald Trump.

Jadi, tak heran China menghadapi penolakan dari negara-negara Eropa atas masalah yang sama karena hubungan China dan AS sangat buruk.

Ada kemungkinan penolakan itu tetap berlanjut selama AS masih di bawah pemerintahan Trump.

Baca Juga: 'Semuanya Karena Donald Trump', Setelah Setengah Abad Bermusuhan, UEA dan Bahrain Akhirnya Berdamai dengan Israel, Tapi Palestina Makin Merana

Beberapa negara Eropa, termasuk Inggris, Prancis, dan Slovenia, bahkan telah mengikuti langkah Amerika Serikat untuk membatasi investasi oleh Huawei, raksasa telekomunikasi China.

Sementara yang lain beda lagi.

Italia dan Norwegia malah mendukung pengunjuk rasa Hong Kong yang menentang undang-undang keamanan baru yang diberlakukan oleh Beijing.

Bahkan Jerman, negara dengan perdagangan paling banyak dengan China, telah mengisyaratkan ketidaksukaannya.

Menteri luar negeri, Heiko Maas, memperingatkan China bahwa ancaman yang mereka berikan ke Ceko sama sekali tidak cocok di Eropa.

Baca Juga: Amerika Serikat Sebar Puluhan Rudal Mematikan di Benua Asia, Rusia Klaim Langkah Itu Membahayakan Nuklir Mereka, 'Mundur atau Perang Nuklir Akan Pecah'