Find Us On Social Media :

Menyoal Kapan Berakhirnya Pandemi Covid-19, Mari Buka Sejarah Mengenai Bagaimana 5 Pandemi Terburuk dalam Sejarah Berakhir

By Maymunah Nasution, Jumat, 18 September 2020 | 16:36 WIB

Wabah Kolera 1820

Intisari-online.com - Perkembangan peradaban manusia seiring dengan penyakit menular.

Sejumlah besar orang tinggal berdekatan satu sama lain, dengan hewan, seringkali dengan sanitasi dan nutrisi yang buruk, semua itu membuat perkembang biakan subur bagi penyakit.

Dan kini, rute perdagangan luar negeri yang luas, mudah dan cepat mampu menjadi sarana bagi penyebaran infeksi virus Covid-19 yang begitu cepat dan masif, menciptakan pandemi global.

Dengan Covid-19 yang tidak diketahui kapan akan berakhir, orang-orang mungkin hanya bisa bercermin dari wabah-wabah yang pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Temukan Benda Terbungkus Alumunium Foil, Pekerja Kontruksi Ini Ketakutan Bukan Main Setelah Membukanya, Melihat Benda yang Lebih Mengerikan daripada Mayat Manusia

Melansir History, berikut ini akhir cerita dari 5 wabah terburuk yang pernah ada dalam sejarah peradaban manusia:

1. Wabah Justinian

Ada tiga dari pandemi paling mematikan dalam sejarah yang tercatat disebabkan oleh satu bakteri, Yersinia pestis, sebuah infeksi fatal.

Wabah Justinian muncul di Konstantinopel (saat ini Turki), ibu kota Kekaisaran Bizantium, pada 541 M.

Baca Juga: Bak Petir Di Siang Bolong, Amerika Akui Takut Dengan Senjata Nuklir Korea Utara 'Walau Kecil Kemampuannya Bisa Ancam Amerika'

Wabah itu "terbawa" ke Laut Mediterania dari Mesir, tanah yang baru ditaklukkan, sebagai penghormatan kepada Kaisar Justinian dalam bentuk biji-bijian.

Kutu yang terserang wabah menumpang pada tikus hitam yang memakan biji-bijian.

Wabah tersebut menghancurkan Konstantinopel dan menyebar seperti api di Eropa, Asia, Afrika Utara, dan Arab yang menewaskan sekitar 30 hingga 50 juta orang, mungkin setengah dari populasi dunia.

“Orang tidak benar-benar memahami bagaimana melawannya selain mencoba menghindari orang sakit,” kata Thomas Mockaitis, seorang profesor sejarah di Universitas DePaul.

Baca Juga: Daun Kelor yang Pernah Viral Ini Juga Bisa Digunakan untuk Bawa Perubahan pada Kulit Wajah, Cantik Alami Tanpa Perlu ke Salon untuk Skincare

“Mengenai bagaimana wabah itu berakhir, tebakan terbaik adalah bahwa mayoritas orang yang berada dalam pandemi [entah bagaimana] bisa bertahan hidup, dan mereka yang selamat memiliki kekebalan.”

2. Black Death, penemuan 'karantina'

The Black Death, yang melanda Eropa pada 1347, telah merenggut 200 juta nyawa yang menakjubkan hanya dalam empat tahun.

Tentang bagaimana cara menghentikan penyakit dari wabah ini, orang masih belum memiliki pemahaman ilmiah tentang penularannya, ujar Mockaitis, tetapi mereka tahu bahwa itu ada hubungannya dengan jarak fisik yang dekat.

Baca Juga: Negara Sekelas Rusia Saja Segan Pada Militer Indonesia, Negeri Beruang Gelar Latihan Militer Besar-Besaran Indonesia Diberi Undangan Khusus Untuk Menyaksikannya

Itulah mengapa para pejabat yang berpikiran maju di kota pelabuhan Ragusa yang dikendalikan Venesia memutuskan untuk mengarantina para pelaut yang baru tiba sampai mereka dapat membuktikan bahwa mereka tidak sakit.

Pada awalnya, para pelaut ditahan di kapal mereka selama 30 hari, yang dalam hukum Venesia dikenal sebagai trentino.

Seiring berjalannya waktu, Venesia meningkatkan karantina paksa menjadi 40 hari atau karantino, asal kata karantina dan dimulainya praktik itu di dunia Barat.

3. Wabah Besar London

Baca Juga: Aksinya Bikin Geleng-geleng Kepala, India Punya Rencana Nyeleneh Untuk Bangkitkan 'Senjata' yang Berusia 10.000 Tahun di Daerah Konflik dengan China

London tidak pernah benar-benar beristirahat setelah Black Death.

Wabah baru muncul kembali kira-kira setiap 10 tahun dari 1348 hingga 1665—1740 wabah hanya dalam waktu 300 tahun.

Dan dengan setiap wabah wabah baru, 20 persen pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal di ibu kota Inggris tewas.

Pada awal 1500-an, Inggris memberlakukan Undang-undang pertama untuk memisahkan dan mengisolasi orang sakit.

Baca Juga: Pandemi Tak Menghalangi Permusuhan Mereka, Kim Jong-un Lakukan Hal Ini Gara-gara Tak Sudi Warga Korut Pakai Masker yang Diduga Buatan Korsel

Rumah yang terserang wabah ditandai dengan jerami yang digantung di tiang di luar.

Jika seseorang telah menginfeksi anggota keluarga, maka dia harus membawa tiang putih saat pergi ke tempat umum.

Kucing dan anjing diyakini membawa penyakit tersebut, jadi terjadilah pembantaian massal terhadap ratusan ribu hewan.

Wabah Besar 1665 adalah yang terakhir dan salah satu wabah terburuk selama berabad-abad, menewaskan 100.000 warga London hanya dalam waktu tujuh bulan.

Baca Juga: Bencana Kelaparan di Korea Utara Rupanya Tidak Pernah Berhenti, Pejabat Senang Menyita Makanan, Rakyat Jelata Sampai Harus Memakan Bangkai Cucu Sendiri Atau Rebus Anak Sendiri

Semua hiburan publik dilarang dan para korban dikurung secara paksa di rumah mereka untuk mencegah penyebaran penyakit.

Salib merah dilukis di pintu mereka bersama dengan permohonan pengampunan, "Tuhan kasihanilah kami."

Meski dianggap kejam karena mengurung orang sakit di rumah mereka dan menguburkan orang mati di kuburan massal, mungkin itu satu-satunya cara untuk mengakhiri wabah besar terakhir.

4. Cacar

Baca Juga: Penggunaan Kacamata Bisakah Mencegah Penularan Virus Corona? Ini Jawaban Para Ahli

Cacar menjadi endemik di Eropa, Asia dan Arab (Dunia Lama) selama berabad-abad, ancaman terus-menerus yang menewaskan tiga dari sepuluh orang yang terinfeksi dan meninggalkan sisanya dengan bekas luka bopeng.

Namun tingkat kematian di Dunia Lama tidak seberapa dibandingkan dengan kehancuran yang ditimbulkan pada populasi asli di Dunia Baru (Amerika, Oceania) ketika virus cacar tiba di abad ke-15 dengan penjelajah Eropa pertama.

Penduduk asli Meksiko modern dan Amerika Serikat tidak memiliki kekebalan alami terhadap cacar dan virus membasmi mereka hingga puluhan juta orang.

“Belum pernah ada pembunuhan dalam sejarah manusia yang menyamai apa yang terjadi di Amerika, 90 hingga 95 persen populasi pribumi musnah selama satu abad,” kata Mockaitis.

Baca Juga: Sudah Dipantau dan Diincar China Sejak 2017, Ternyata Arab Saudi Diprediksi Bisa Memiliki Kekuatan Tempur Mengerikan Gara-gara Hal Ini, Tetapi Mereka Tidak Mau Menggunakannya

"[Warga] Meksiko dari 11 juta orang menyusut menjadi hanya 1 juta orang saja."

Berabad-abad kemudian, cacar menjadi epidemi virus pertama yang berakhir karena adanya vaksin.

Pada akhir abad ke-18, seorang dokter Inggris bernama Edward Jenner menemukan bahwa pemerah susu yang terinfeksi virus yang lebih ringan yang disebut cacar sapi tampaknya kebal terhadap cacar.

Jenner terkenal menyuntik putra tukang kebunnya yang berusia 9 tahun dengan cacar sapi dan kemudian mengeksposnya dengan virus cacar tanpa efek sakit.

Baca Juga: Dicekal ke Luar Negeri Karena Punya Utang pada Negara, Rupanya Bambang Trihatmodjo Diklaim Miliki 132 Anak Perusahaan, Bahkan Pernah Dinobatkan Jadi Orang Terkaya di Indonesia

“Pemusnahan cacar, momok paling mengerikan dari spesies manusia, pasti merupakan hasil akhir dari praktik ini,” tulis Jenner pada 1801.

Dan dia benar.

Butuh waktu hampir dua abad lagi, tetapi pada tahun 1980 Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan bahwa cacar telah benar-benar diberantas dari muka bumi.

5. Kolera

Pada awal hingga pertengahan abad ke-19, kolera melanda Inggris, menewaskan puluhan ribu orang.

Teori ilmiah yang berlaku saat itu mengatakan bahwa penyakit itu disebarkan melalui udara kotor yang dikenal sebagai "racun".

Tetapi seorang dokter Inggris bernama John Snow mencurigai bahwa penyakit misterius, yang menewaskan korbannya dalam beberapa hari setelah gejala pertama, bersembunyi di air minum London.

Snow bertindak seperti Sherlock Holmes, menyelidiki catatan rumah sakit dan laporan kamar mayat untuk melacak lokasi tepat wabah mematikan.

Baca Juga: Perhatikan! Rupanya Selama Ini Banyak yang Merebus Telur Dengan Cara yang Salah, Hati-hati Bakteri Bisa Masih Ada Di Telur!

Dia membuat grafik geografis kematian akibat kolera selama 10 hari dan menemukan sekelompok 500 infeksi fatal di sekitar pompa Broad Street, sumur kota yang populer untuk air minum.

"Segera setelah saya mengetahui situasi dan tingkat gangguan kolera ini, saya curiga ada kontaminasi air dari pompa jalanan yang paling sering dikonsumsi di Broad Street," tulis Snow.

Dengan usaha keras, Snow meyakinkan para pejabat lokal untuk melepaskan pegangan pompa di Broad Street agar tidak dapat digunakan, dan seperti sihir, infeksi berhenti.

Pekerjaan Snow tidak menyembuhkan kolera dalam semalam, tetapi akhirnya mengarah pada upaya global untuk meningkatkan sanitasi perkotaan dan melindungi air minum dari kontaminasi.

Meskipun kolera sebagian besar telah diberantas di negara maju, kolera masih menjadi pembunuh yang "berkelanjutan" di negara-negara dunia ketiga yang tidak memiliki pengolahan limbah yang memadai atau akses ke air minum yang bersih.

Baca Juga: Sengketa Laut China Selatan Sudah Menyebar, AS Klaim Dominasi Sungai Mekong Karena Lakukan Hal ini, China: Amerika Mau Buat Medan Perang Baru!

(Miranti Kencana Wirawan)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bagaimana 5 Pandemi Terburuk dalam Sejarah Berakhir?"