Find Us On Social Media :

Gara-gara Pesawat Ini, Pesawat Komersial Bisa Ditembaki Militer China Jika Dekat-dekat Dengan Pangkalan Militer Mereka di Laut China Selatan, Ini Penyebabnya

By Maymunah Nasution, Rabu, 12 Agustus 2020 | 08:33 WIB

Selain rudal jarak jauh, jet tempur F-35B yang diluncurkan dari USS America adalah salah satu senjata AS di Laut China Selatan

Gara-gara Pesawat Ini, Pesawat Komersial Bisa Ditembaki Militer China Jika Dekat-dekat Dengan Pangkalan Militer Mereka di Laut China Selatan, Ini Penyebabnya

Intisari-online.com - Upaya Amerika Serikat (AS) dalam menggeser kekuasaan China di Laut China Selatan belum selesai.

Meski analis sebutkan AS mungkin akan kalah karena kebangkitan militer China yang tidak terhindarkan, AS masih berusaha mencegah hal itu tidak terjadi.

AS tetap rajin mengirimkan pesawat mata-mata ke perairan sengketa tersebut.

Penggunaan pesawat mata-mata berisiko tinggi karena China pasti akan menyadari ada pesawat militer yang memata-matai mereka.

Baca Juga: Pura-pura Temukan Bayi di Teras Rumahnya, Wanita ini Menghilang, Saat Ditemukan Kondisinya Lemas, Semua Rencananya Terbongkar

Pengintaian memang tidak pernah mudah, lebih-lebih terhadap militer negara yang sedang giat memperbaiki diri.

Mengutip South China Morning Post, AS telah dilaporkan meningkatkan aktivitas pengintaian mereka di dekat tepi pantai selatan China minggu-minggu ini.

Aktivitas ini tentunya mengganggu China, membuat Menteri Pertahanan China Wei Fenghe inisiatif menelepon Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan lakukan pembicaraan 90 menit.

Rupanya ada alasan penting mengapa China sampai bersedia menelepon AS terlebih dahulu.

Baca Juga: Sudah Kerahkan Pesawat dan Kapal Perang di Laut China Selatan, China Justru Minta Pasukannya untuk Tidak Melakukan Tembakan Pertama Saat Berhadapan dengan AS, Mengapa?

Pesawat yang digunakan AS untuk mengintai militer China adalah pesawat E-8C.

Pengintaian yang terjadi pada 5 Agustus lalu itu hampir membuat militer China kelimpungan.

Jika Anda mencari tipe pesawat E-8C milik AS Anda mungkin sudah paham penyebabnya.

Sistem radar Angkatan Udara China di pangkalan sebelah selatan provinsi Guangzhou awalnya mengidentifikasi pesawat tersebut sebagai pesawat komersial.

Baca Juga: Baru Kali Ini Terjadi, 10 Orang Petugas Kuburkan Jenazah Covid-19 Pakai Tangan, Warga Pun Tak Berani Pinjamkan Cangkul

Pesawat itu terbang lebih dari 9000 meter di atas Laut China Selatan.

Hingga akhirnya tiba-tiba pesawat itu terbang mendekat ke ibu kota provinsi, Guangdong.

Pesawat pun akhirnya diidentifikasi sebagai pesawat militer AS.

Pesawat E-8C atau yang bernama resmi E-8C Joint Surveillance Target Attack Radar System memang dirancang untuk tampil seperti pesawat komersial.

Baca Juga: Uji Klinis Fase 3 Resmi Dimulai, Ridwan Kamil hingga Kapolda Jabar Daftar Jadi Relawan, 'Vaksin Covid-19 Dijamin Halal'

Padahal fungsinya adalah sebagai pesawat pengintaian untuk memata-matai pangkalan militer musuh.

Inilah sebabnya mengapa Menhan China sampai perlu menelepon Menhan AS, seorang sumber yang namanya tidak ingin disebutkan mengatakan "sangat mungkin untuk terjadi kecelakaan hanya karena salah menilai pesawat di tengah ketegangan antara militer AS dan China.

"Menggunakan pesawat sipil untuk penyamaran pesawat mata-mata mereka merupakan operasi yang sudah sering dilakukan AS dan sekutu mereka Israel.

"Namun, mengingat Laut China Selatan juga termasuk salah satu dari jalur transportasi udara terpadat di dunia, penggunaan pesawat mata-mata yang disamarkan menjadi pesawat komersial membuat pesawat komersial lainnya rentan ditembaki militer China."

Baca Juga: Bertaruh Nyawa, Begini Aksi Penyamaran yang Dilakukan Pasukan Elit TNI AD, Rela Ditempeleng Aparat hingga Dihujani Tembakan, Tapi Sukses Tangkap 2 Pemimpin GAM

Lu Li-shih, mantan instruktor di Akademi Angkatan Laut Taiwan di Kaohsiung, mengatakan banyak angkatan laut dan angkatan udara menerapkan trik penyamaran ini.

Tujuannya adalah untuk menutupi aktivitas militer mereka.

Hal tersebut sangat membahayakan pesawat sipil serta kapal komersial jika operator di pangkalan militer gagal untuk melakukan verifikasi lebih lanjut.

"Perang menghalalkan penipuan. Akibatnya, telah ada beberapa kecelakaan yang terjadi saat prajurit pertahanan di pangkalan militer gagal untuk mengenali pesawat yang lewat," ujar Lu.

Baca Juga: Fahri Hamzah dan Fadli Zon Dapat Bintang Mahaputera Nararya dari Presiden Jokowi, Apa Syarat Khusus untuk Mendapatkannya?

Salah satu kasusnya adalah yang terjadi pada 7 Januari lalu.

Tahun ini pada 7 Januari, di tengah ketegangan Iran dan AS, tentara Iran menembak pesawat komersial Ukraina Boeing 737 segera setelah terbang dari Teheran.

Kejadian naas tersebut membunuh 176 penumpang dan kru pesawat.

Iran menyebutkan mereka salah mengenali pesawat sipil tersebut sebagai "target mematikan" dan menyebutkan kasus tersebut sebagai "human error".

Baca Juga: Bagian Tergeli pada Wanita; Bagaimana Berubah Setelah Menopause

Mundur lagi pada 1 September 1983, pesawat sipil Korean Air Lines Boeing 747 ditembaki oleh pencegat Soviet Su-15 dalam perjalanan mereka dari New York ke Seoul.

Semua penumpang dan kru pesawat, berjumlah 269 orang mati terbunuh akibat kejadian naas tersebut.

Kejadian itu terjadi karena angkatan udara Soviet merespon pesawat tersebut sebagai "jet mata-mata AS".

Rekan peneliti di Institut Studi Pertahanan dan Strategi di Singapura, Collin Koh, mengatakan semua departemen kontrol lalu lintas pesawat militer dan pesawat sipil di seluruh dunia menggunakan signal 'identifikasi teman atau musuh' (IFF) radar untuk mengenali pesawat yang lewat.

Baca Juga: Tanda-tanda Hamil 33 Minggu, Termasuk Jadi Pelupa dan Canggung

Isu keamanan menurutnya tidaklah mengkhawatirkan jika pesawat militer menjaga jarak yang cukup dengan penerbangan sipil.

"Karena pesawat E-8C juga pesawat yang besar, kru penerbangan juga akan khawatir mengenai keamanan mereka, selain berusaha melakukan misi mereka dengan sukses," ujar Koh.

Ahli militer di Hong Kong Song Zhongping mengatakan penyamaran menggunakan pesawat sipil sebagai pesawat pengintai militer tidak hanya boros, tapi juga memfasilitasi misi mata-mata.

"Hebatnya, hampir semua pesawat pengintai dengan penyamaran pesawat sipil tidak membawa senjata, tapi mereka pasti bisa mengumpulkan informasi militer berharga yang akan mengancam Tentara Pembebasan Rakyat (PLA)," ujar Song.

Baca Juga: Terus Dituding Jadi Dalang Ledakan di Beirut, Pemimpin Hizbullah Bersikeras Kelompoknya Tak Terlibat, 'Tidak Senjata, Rudal, Apalagi Bom'

Pesawat E-8C yang dikirimkan pada malam hari tersebut, disebutkan Song bertujuan memata-matai senjata terbaru PLA dan pengiriman para prajurit.

"Pasalnya, perpindahan militer biasanya dilakukan pada malam hari."

Pesawat pengintai E-8C

Baca Juga: Perkuat Daya Tahan Tubuh Dengan Smoothie Kunyit Madu dan Jahe di Pagi Hari Saat Perut Kosong, Khasiatnya Sangat Mengejutkan untuk Tubuh!

Pesawat pengintai milik Angkatan Udara AS, E-8C memiliki kerangka pesawat komersial mirip pesawat tipe 707-200, berfungsi untuk mengendalikan peperangan dan melacak target di darat.

Dua bulan terakhir ini sudah ada pesawat pengintai lain yang dilaporkan lewat di Laut China Selatan, termasuk RC-135 dan EP-3E.

RC-135 memiliki kerangka yang didasarkan kerangka pesawat tipe Boeing.

Sementara EP-3E pernah menyebabkan hampir terjadinya perang pada tahun 2001.

Kala itu, pilot PLA meninggal dunia saat jet tempurnya J-811 bertabrakan dengan pesawat EP-3E.

Pesawat EP-3E saat itu melakukan pengamatan jarak dekat dekat provinsi paling selatan China, Hainan.

Sumber militer mengatakan bahwa untuk mencegah kecelakaan di masa depan, PLA meminta AS melakukan mekanisme komunikasi yang sama dengan yang dilakukan militer China dan India.

Militer India dan China selama ini terapkan komunikasi yang menutup beberapa level komando militer.

Baca Juga: Peduli Tubuhmu 10 Tanda Tubuh Anda Lebih Fit Meskipun Timbangan Tetap

Meski begitu, Armada Kapal Ketujuh AS menolak berkomentar mengenai operasi E-8C, dan hanya katakan pesawat itu tidak berasal dari Angkatan Laut AS.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini