Find Us On Social Media :

Kebangkitan China Kian Mengerikan, Amerika Serikat Diprediksi Hanya akan Melihat Kematiannya Sendiri dalam Buku Sejarah Jika Mengabaikan Ini

By Maymunah Nasution, Senin, 10 Agustus 2020 | 11:09 WIB

Selain rudal jarak jauh, jet tempur F-35B yang diluncurkan dari USS America adalah salah satu senjata AS di Laut China Selatan

Kebangkitan China Kian Mengerikan, Amerika Serikat Diprediksi Hanya akan Melihat Kematiannya Sendiri dalam Buku Sejarah Jika Mengabaikan Ini

Intisari-online.com - Kebangkitan militer China semakin tidak bisa dihindari lagi.

Mengutip nationalinterest.org, China tengah memodernisasi semua elemen militer mereka.

Mereka telah umumkan untuk menjadi militer kelas dunia pada tahun 2035.

Tidak hanya itu, mereka ingin menjadi militer dominan pada pertengahan abad 21 ini.

Baca Juga: TBC Jadi Penyebab Meninggalnya Misye Arsita, Ternyata Makanan Favorit Banyak Orang Ini Bisa Menjadi Pemicu Penyakit Ini

Konsisten dengan tujuan hegemoni regional mereka, China sedang membangun Angkatan Laut, Penjaga Pantai dan kapal perang lebih cepat daripada negara-negara lain.

Angkatan Laut China saat ini secara langsung mengkomando Penjaga Pantai China, dan menambah ratusan kapal dalam pasukan mereka.

Pasukan kapal perang China saat ini telah lampaui kapal perang AS di Indo-Pasifik dengan perbandingan 10:1.

Dengan kemampuan baru ini, China secara terus-terusan mengintimidasi tetangga mereka dengan cara meningkatkan tindakan agresif maritim mereka.

Baca Juga: Covid Hari Ini 10 Agustus 2020: 125.396 Kasus Positif Covid-19 di Indonesia, Jumlah Kasus di DKI Jakarta Lampaui Jawa Timur Jadi yang Tertinggi, Disebut Ini Penyebabnya

China berniat untuk mengontrol perairan internasional lewat lepas pantai mereka.

China telah berinvestasi pada misil jarak jauh yang menolak adanya akses kapal asing masuk ke teritori mereka.

Misil ini tunjukkan ancaman serius terhadap kapal perang yang lain, karena pertimbangan ketidakpastian mengenai efektivitas perlawanan melawan kapal perang lain.

Misil bernama A2/AD tersebut memiliki keuntungan bagi China berupa kapal lain harus menjauh dan menjaga jarak agar menghindari serangan misil tersebut.

Baca Juga: Termasuk 'Rudal Jarak Jauh', Inilah Beberapa Senjata yang Dikembangkan Militer AS untuk Mati-matian Kalahkan Tentara China di Laut China Selatan

Dengan mendorong angkatan laut negara lain dari perairan utaama, senjata ini langsung menjadikan Laut China Selatan sebagai teritori perairan China.

Menurut Pemegang Komando militer AS di Indo-Pasifik, Laksamana Phil Davidson, "China sekarang mampu mengontrol Laut China Selatan dengan berbagai skenario perang pendek dengan AS."

Beberapa tahun belakangan, China secara ilegal telah membangun dan terus-terusan menambah pangkalan militer pulau buatan menggunakan berbagai hal seperti terumbu karang, beting dan pulau karang di perairan internasional Laut China Selatan.

Pulau-pulau buatan ini telah ciptakan konflik kepentingan yaitu terkait wilayah kedaulatan yang dicuri antara China dan negara ASEAN bahkan juga terhadap Taiwan.

Baca Juga: Berhasil Sembuh dari Kanker Ovarium, Penyakit yang Paling Ditakuti Wanita, Shahnaz Haque Tak Pernah Lagi Simpan Makanan di Kulkas

Konstruksi itu telah terjadi di tujuh situs di Kepulauan Spratly, 20 situs di Kepulauan Paracel dan di Beting Scarborough.

Total klaim China yang sangat agresif ini mencapai lebih dari 3200 acre (12.94 km persegi), dengan pembangunan gila-gilaan fasilitas militer canggih termasuk lapangan udara dan tempat peluncuran misil.

Aturan Arbitrasi yang telah ditetapkan oleh Pengadilan PBB untuk membantu Filipina melawan China pada Juli 2016 lalu secara jelas menolak klaim China di wilayah dekat Filipina di Laut China Selatan.

Hasil persidangan itu mengatakan jika klaim China terhadap kedaulatan 90% Laut China Selatan, terutama di Pulau Spratly yang merupakan wilayah kedaulatan Filipina, adalah tidak benar.

Baca Juga: (Foto) Tumpahan Minyak Dari Kapal Karam di Laut India Ini Mengancam Keberadaan Pulau Mauritius, Warga Kewalahan Selamatkan Pulau Mereka

Secara spesifik persidangan itu temukan jika "China telah melanggar hak kedaulatan Zona Ekonomi Eksklusif Filipina di Laut China Selatan".

Secara virtual, semua negara di wilayah itu menolak klaim China.

Namun China, mengabaikan peraturan PBB tetap melanjutkan militerisasi wilayah itu. Pesawat dan kapal perang China terus-terusan menggempur berbagai kapal dan pesawat negara lain yang mendekat.

Kini China telah mendapat kekuasaan untuk memperbolehkan kapal dagang yang lewat Laut China Selatan, atau justru menangkap mereka.

Baca Juga: Banyak Difavoritkan Orang-orang, Siapa Sangka Menu Ini Bisa Jadi Makanan Penyebab Kanker Kelenjar Getah Bening, Penyakit yang Renggut Nyawa Ria Irawan

AS dan negara-negara lain melanjutkan untuk lakukan Operasi Navigasi Pembebasan (FONOPS) berdekatan dengan posisi China dan melewati Selat Taiwan, tapi China memprotes keras hal ini dan memerintahkan AS dan sekutu mereka keluar dari teritori mereka.

Jika terus-terusan seperti ini, sangat perlu luncurkan kapal perang dengan jumlah sangat banyak untuk menggeser posisi China.

Kekuatan Angkatan Laut memang diperlukan untuk saat ini, terutama bagi AS jika memang benar-benar ingin mengalahkan China.

71% permukaan Bumi adalah laut, sehingga memiliki Angkatan Laut yang kuat sangat lah penting untuk melindungi jalur perdagangan, mempertahankan garis pantai dan melawan hampir semua musuh.

Baca Juga: Sebelum Luluhlantakkan Beirut, 10 Kali 'Alarm' Telah Dibunyikan di Penyimpanan Bahan Kimia Pelabuhan Beirut

Namun hal itu akan sia-sia dalam membatasi tindakan agresif China di perairan internasional. Superioritas Angkatan Laut AS akan efektif jika ada cukup banyak kapal yang ditempatkan di tempat-tempat strategis.

Jika AS tidak segera mengklaim supremasi di Indo-Pasifik, China akan tetap tidak terkalahkan mengisi kekosongan tersebut.

Saat ini, administrasi Trump dan Kongres telah menyebutkan diperlukan 355 kapal perang untuk menjaga kepentingan AS di Laut China Selatan, tapi Angkatan Laut AS hanya memiliki 295 kapal perang. Satu-satunya cara AL AS bisa mendapatkan 355 kapal dengan dana tidak terlalu besar adlaah memperpanjang umur kapal menjadi 40-45 tahun untuk berbagai tipe kapal dan meningkatkan biaya perawatan.

Tidak mengejutkan jika AL AS hampir tidak mampu mengikuti aksi China di perairan terpenting Indo-Pasifik, karena AL AS telah kewalahan dengan banyaknya insiden di Asia, banyak kapal dipaksa abaikan pelatihan navigasi dasar dan tentaranya mendapat tugas yang sangat banyak per minggunya mencapai 100 jam lebih.

Baca Juga: Ampuh Serang Rusia Tanpa Perlu Repot Hadapi Serangan Balasan, Senjata Canggih AS Ini Bikin Rusia Ancam akan Balas Serangan Apapun dengan Serangan Nuklir

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini