Ampuh Serang Rusia Tanpa Perlu Repot Hadapi Serangan Balasan, Senjata Canggih AS Ini Bikin Rusia Ancam akan Balas Serangan Apapun dengan Serangan Nuklir

Ade S

Penulis

Desas-desus tentang senjata canggih AS membuat Rusia mengancam luncurkan nuklir untuk membalas serangan apapun yang ditujukan ke negaranya.

Ampuh Serang Rusia Tanpa Perlu Repot Hadapi Serangan Balasan, Senjata Canggih AS Ini Bikin Rusia Ancam akan Balas Serangan Apapun dengan Serangan Nuklir

Intisari-Online.com - Desas-desus tentang senjata canggih yang sedang dikembangkan Amerika Serikat (AS) membuat Rusia mengancam luncurkan nuklir untuk membalas serangan apapun yang ditujukan ke negaranya.

Pernyataan ini bukan hanya sekadar pernyataan, namun sudah diresmikan dalam sebuah kebijakan pemerintah.

Dengan kebijakan ini, maka Rusia dilegalkan untuk membalas serangan apapun yang ditujukan ke negaranya dengan serangan nuklir, entah serangan tersebut menggunakan nuklir ataupun tidak.

Kebijakan ini keluar setelah muncul sebuah desas-desus tentang pengembangan senjata canggih terbaru oleh AS.

Baca Juga: Temui 'Keganasan' B-29 Superfortress, Pesawat Bomber yang Meratakan Nagasaki 75 Tahun Lalu dengan Menerjunkan 'Fat Man' Menghantam Jepang

Senjata apa yang dimaksud hingga membuat Rusia begitu ketakutan? Simak uraiannya berikut ini.

Rusia akan menganggap rudal balistik apa pun yang diluncurkan ke wilayahnya sebagai serangan nuklir yang memerlukan pembalasan nuklir, militer negeri beruang merah memperingatkan dalam sebuah artikel yang terbit Jumat (7/8).

Peringatan keras di surat kabar militer resmi Rusia, Krasnaya Zvezda (Bintang Merah) itu ditujukan kepada Amerika Serikat (AS), yang terus mengembangkan senjata non-nuklir jarak jauh.

Artikel tersebut menyusul dokumen yang Presiden Vladimir Putin teken Juni lalu tentang kebijakan penangkal nuklir.

Baca Juga: Waspada Perang Dunia 3! Setelah Iran dan China, Korea Utara Beri Peringatan Perang Nuklir ke AS, Kim Jong-un Membual Punya Daya Tembak Luar Biasa

Kebijakan ini mengizinkan penggunaan senjata atom sebagai tanggapan atas apa yang bisa menjadi serangan konvensional yang menargetkan infrastruktur pemerintah dan militer Rusia.

Dalam artikel di Krasnaya Zvezda, perwira senior Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Mayor Jenderal Andrei Sterlin dan Kolonel Alexander Khryapin menyatakan, tidak akan ada cara untuk menentukan, apakah serangan rudal balistik dilengkapi dengan hulu ledak nuklir atau konvensional, sehingga militer Rusia akan melihatnya sebagai serangan nuklir.

"Setiap rudal yang menyerang akan dianggap membawa hulu ledak nuklir," kata artikel di Krasnaya Zvezda seperti dikutip The Washington Post.

"Informasi tentang peluncuran rudal akan secara otomatis diteruskan ke kepemimpinan militer-politik Rusia, yang akan menentukan cakupan tindakan pembalasan oleh pasukan nuklir, tergantung pada situasi yang berkembang," sebut artikel itu.

Argumen tersebut mencerminkan kekhawatiran lama Rusia tentang pengembangan senjata yang bisa memberi AS kemampuan untuk melumpuhkan aset militer utama dan fasilitas pemerintah tanpa menggunakan senjata atom.

Sejalan dengan doktrin militer Rusia, kebijakan penangkal nuklir baru menegaskan kembali, negeri beruang merah dapat menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap serangan nuklir atau agresi yang melibatkan senjata konvensional yang "mengancam keberadaan negara".

Apa yang Rusia lihat sebagai agresi

Dokumen kebijakan tersebut memberikan penjelasan perinci tentang situasi yang bisa memicu penggunaan senjata nuklir.

Baca Juga: Simak Kegagahan Dongfeng vs Minuteman, Duel Kehebatan Rudal Antarbenua China dan AS, Mana yang Lebih Hebat?

Termasuk di dalamnya serangan senjata atom atau pemusnah massal lainnya terhadap Rusia atau sekutunya.

Selain itu, dokumen kebijakan itu menyatakan, Rusia dapat menggunakan persenjataan nuklirnya jika menerima "informasi yang bisa dipercaya" tentang peluncuran rudal balistik yang menargetkan wilayah mereka atau sekutunya.

Termasuk, "tindakan" terhadap fasilitas negara atau militer Rusia yang vital.

Hubungan Washington-Moskow berada di posisi terendah pasca-Perang Dingin karena krisis Ukraina, tuduhan campur tangan Rusia dalam Pemilihan Presiden AS 2016, dan perbedaan lainnya.

Para pejabat Rusia telah menganggap program pertahanan rudal yang AS pimpin dan rencananya untuk menempatkan senjata di orbit sebagai ancaman utama.

Alasannya, kemampuan baru itu dapat menggoda Washington untuk menyerang Rusia dengan impunitas guna menangkis serangan balasan.

Artikel di Krasnaya Zvezda menekankan, publikasi kebijakan penangkal nuklir baru dimaksudkan untuk secara jelas menjelaskan apa yang Rusia lihat sebagai agresi.

"Rusia telah menetapkan garis merah, kami tidak menyarankan siapa pun untuk menyerang," kata artikel tersebut.

Baca Juga: Hari Ini 75 Tahun Lalu Bom Atom Dijatuhkan di Hiroshima Jepang, Serangan Nuklir Pertama di Dunia yang Lenyapkan Ratusan Ribu Nyawa

“Jika musuh potensial berani melakukan itu, jawabannya pasti akan menghancurkan," ujar artikel itu.

"Secara spesifik, tindakan pembalasan, seperti di mana, kapan, dan seberapa banyak, akan ditentukan oleh kepemimpinan militer-politik Rusia, tergantung pada situasinya."

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Militer Rusia: Serangan rudal balistik apa pun, kami balas dengan nuklir".

Artikel Terkait