Advertorial
Intisari-Online.com- Dalam hal kekuatan militer secara keseluruhan, siapa yang lebih kuat, China atau Amerika Serikat (AS)?
Dari data yang ada sudah pasti yang lebih kuat adalah AS.
Namun, jika menyangkut perairan pesisir China, kekuatan maritim China plus kekuatan tempur darat vs kekuatan maritim AS, sulit untuk mengatakan pihak mana yang lebih kuat.
Bila perang belum pecah, maka belum ada kepastian siapa yang lebih unggul.
Pemimpin redaksi media China,Global Times, Hu Xijin dalam tulisannya mengatakan, jika menyangkut kepentingan inti China, Taiwan, misalnya, melewati batas atau garis merah China, karena didorongan AS dan mengarah pada pertarungan militer, maka pada saat itu akan ada adu kekuatan.
"Siapa yang berada di atas angin dalam situasi itu?"
"Itu adalah kombinasi dari kekuatan militer ditambah moralitas ditambah keinginan untuk bertempur," tulisnya.
Karena itu, Xijin mengatakan, AS harus diingatkan untuk menjauhkan diri dari kepentingan inti China.
Jangan bermain-main dengan api di lepas pantai China, jangan benar-benar memicu konflik atas Taiwan, dan jangan berlebihan di Laut China Selatan.
"Jika pemerintahan Trump hanya ingin menciptakan ketegangan China-AS untuk membantu kampanye pemilihan ulangnya, dan tidak benar-benar siap untuk pertarungan militer, maka berhati-hatilah selama beberapa bulan ke depan, dan jangan melangkah terlalu jauh," tulis Xijin.
Xijin mengatakan, China jelas tidak menginginkan perang.
Maka ia menyarakan agar dalam situasi apa pun militer Tiongkok tidak boleh melepaskan tembakan pertama.
Tapi ia yakin China akan bersiap dengan baik untuk melepaskan tembakan kedua sebagai respons terhadap tembakan pertama.
Pada kepentingan inti, Hu Xijin menegaskan China tidak akan mundur.
"Sikap China jelas bagi semua."
"Cara terbaik adalah bagi China dan pihak-pihak terkait untuk menghormati kepentingan inti masing-masing."
"Jika kepentingan inti kedua belah pihak tumpang tindih, maka perselisihan harus dikelola dengan hati-hati."
"Tidak dibiarkan bergejolak dan lepas kendali," tulisnya.
Setelah mengalami beberapa perang dan pergolakan, "saya tahu bahwa perdamaian adalah hal yang paling berharga dan mempertahankan perdamaian tidak mudah," tulisnya.
Pada saat hubungan antara China dan AS memburuk dengan cepat dan beberapa kekuatan siap memanfaatkan perubahan dalam gambaran besar, kemauan, kebijaksanaan, dan kemampuan China untuk menguasai situasi akan diuji seiring waktu.
(*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan.co.id dengan judul"Bila AS dan China berperang di Laut China Selatan, ini yang terjadi"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari.Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari