Find Us On Social Media :

Dipercaya Negara Teraman Dari Virus Corona, Terungkap Beginilah Cara Israel Merawat Pasien Covid-19

By Maymunah Nasution, Sabtu, 30 Mei 2020 | 17:23 WIB

(ilustrasi) Pasien Covid-19

Intisari-online.com - Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan atau vaksin untuk virus Corona.

Meski begitu, Israel bisa menjadi negara teraman dari virus Corona.

Apa rahasia mereka?

Melansir jpost.com, ini dia rahasia Israel merawat pasien Covid-19.

Baca Juga: Memiliki Kandungan yang Lemah dan Tanpa Pria, Kedua Gadis Penyuka Sesama Jenis Ini Mendadak Hamil dengan Cara Tak Terduga

Sebelumnya, pasien Corona yang telah sembuh bisa terinfeksi lagi dalam masa penyembuhan 6 bulan.

Hal tersebut didasarkan dari studi baru dipublikasikan oleh tim di Amsterdam.

Fakta yang ditemukan oleh 13 ilmuwan di Belanda Barat dan diunggah di Medrxiv tersebut membuat Israel hampir kalang kabut.

Israel tengah melakukan pengujian 1 juta warga Israel untuk antibodi Sars-CoV-2 secara parsial.

Baca Juga: Ada Objek Tersembunyi, Yuk Mainkan Teka-teki Gambar Seru Berikut Ini!

Harapannya, mereka tetap bisa membuka kucuran ekonomi agar negara mereka tidak runtuh.

Namun fakta dari ilmuwan Belanda tersebut membuyarkan segalanya.

Penelitian dari Belanda tersebut menyimpulkan dari 10 subyek yang terinfeksi setidaknya satu dari 4 spesies virus Corona musiman selama 35 tahun (1985-2020).

Dalam jurnal berjudul "Dinamika infeksi kembali virus Corona pada Manusia: pembelajaran untuk Sars-CoV-2," mereka mengklaim bahwa "imunitas terhadap virus Corona dalam waktu pendek telah ditemukan...kami melihat infeksi kembali yang berulang pada 12 bulan setelah infeksi.

Baca Juga: Covid Hari Ini 30 Mei 2020: 25.773 Kasus Corona di Indonesia, Sementara Itu Muncul Klaster Baru Covid-19 di Korsel, 251 Sekolah Tutup Lagi

"Juga, penurunan kadar antibodi 6 bulan semenjak infeksi."

Menanggapi penemuan tersebut, maka Menteri Kesehatan Israel memutuskan tidak ada cara lain untuk memberantas Covid-19 kecuali dengan menjaga jarak (social distancing) dan menjaga higienis diri).

Pasalnya, imunitas jangka panjang dapat berdampak kepada penyebaran pandemi secara keseluruhan, periode setelah pandemi terjadi dan adanya serangan pandemi gelombang baru.

Sampai sekarang, konsep ini menjadi komponen kunci bagi strategi Kementerian Kesehatan Israel untuk menangkis gelombang kedua.

Baca Juga: Wajah Anaknya Berubah Terlalu Cantik Sang Ibu Marah Hingga Tak Mau Akui Anaknya, Tak Disangka Penampilan Aslinya Beda Sekali

Kementerian Kesehatan Israel baru-baru saja telah mengungkapkan mereka telah membeli alat tes serologis dengan tujuan mensurvei sebanyak 1 juta orang.

Gunanya adalah untuk menentukan berapa banyak masyarakat telah terinfeksi.

Pasalnya ada sekitar 80% warga yang menderita Covid-19 tanpa gejala dan dapat menularkan ke siapa saja tanpa diketahui.

Namun, alat tes serologis dapat mengukur infeksi Sars-Covid-2 yang pernah terjadi pada manusia.

Baca Juga: Kabar Baik! Vaksin Virus Corona Sudah Uji Coba Tahap Ketiga, 99 Persen Dikatakan Efektif dan 100 Juta Dosis Akan Segera Diproduksi

Artinya alat tes tersebut bisa mengatakan apakah Anda pernah menderita Covid-19 sebelumnya.

Meski begitu, ilmuwan Belanda sebutkan jika tes serologi memiliki batasnya.

Ia tidak bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi yang telah terjadi lebih dari satu tahun.

Saat ini, ada diskusi panjang mengenai herd immunity, ide membentuk imunitas populasi untuk lindungi individu tanpa imun terhadap infeksi tersebut dengan cara membatasi penyebaran keseluruhan.

Baca Juga: TNI AL Akhirnya Bongkar Cara China Menangi Persaingan di Laut China Selatan, Pantas Saja China Jumawa dan Sewenang-wenang di Perairan Orang

Konsep tersebut berhasil dengan virus lain, termasuk hepatitis dan influenza.

Namun untuk mendapatkan herd immunity akan menantang karena imunitas yang gugur satu per satu.

"Awalnya dikabarkan jika pasien yang telah sembuh bisa mendapatkan 'paspor imunitas' yang bisa membuat mereka rileks dan tidak terkendala aturan social distancing," ujar penulisnya.

Namun karena imunitas akan hilang dan dalam waktu 6 bulan bisa tertular lagi maka prospek herd immunity sulit diraih.

Baca Juga: Melalui Rekaman Rahasia, China Diam-diam Siapkan 5.000 Pasukan yang Siap Jika Perang Dunia 3 Terjadi

Jika penelitian ini benar, vaksin musiman akan lebih diperlukan untuk tanggulangi penyebaran Covid-19.

Pengajar Senior di Departemen Mikrobiologi dan Immunology di Fakultas Kesehatan Universitas Tel Aviv, Oren Koliber, mengatakan kepada jpost bahwa penelitian itu tidak mengejutkannya.

"Kita tahu jika orang-orang dapat terinfeksi dengan virus Corona lagi dan lagi.

"Satu pertanyaan adalah apakah dengan virus Corona ini imunitas terhadap Sars-CoV-2 tidak bertahan lama.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Sahabat Dekat, Ternyata China Pernah Marah Besar Pada Korea Utara Hingga Berikan Kecaman Keras, Ternyata Hal Sepele Ini Jadi Pemicunya

"Namun pertanyaan lebih baik adalah apakah imunitas manusia steril atau non steril."

Imunitas steril berarti seseorang tidak bisa tertular lagi, dengankan imunitas non steril artinya seseorang bisa tertular kembali tetapi tidak akan kembangkan kasus penyakit yang serius.

"Anda tidak benar-benar memerlukan imunitas steril,' ujar Kobiler.

"Dengan imunitas non-steril, Anda dapat terinfeksi ulang dan alami flu biasa selama 2 hari, tanpa ada gejala parah dan kurasa itu cukup bagi kita semua."

Baca Juga: Menyandang Julukan 'Putri Salju' Sniper Cantik Rusia Itu Telah Meninggal Dunia di Ujung Bedil Penembak Jitu Lainnya

Ia kemudian jelaskan vaksin flu musiman memiliki tingkat kesuksesan sekitar 50% sampai 70% dalam mencegah infeksi.

Namun saat melihat berapa banyak orang yang telah divaksin dan kembangkan kasus yang parah, presentasinya lebih rendah.

Hal ini tunjukkan jika orang yang pernah terinfeksi virus Corona, walau mereka terinfeksi lagi, tidak akan berada dalam masalah besar yang membuat sistem kesehatan kewalahan.

"Namun kami masih belum yakin dengan virus Corona yang ini," ujar Kobiler.

Baca Juga: Benar-benar Lakukan Ancamannya, Donald Trump Resmi Memutus Ikatan dengan WHO, Tidak Main-main Besarnya Dana yang Hilang, Tapi Mengapa WHO Tenang-tenang Saja?

Sars-CoV-2 baru ada di bumi selama 5 bulan sehingga belum memenuhi waktu 6 bulan yang bisa digunakan untuk menilai seperti halnya virus Corona yang lain.

Semenjak pandemi merebak, banyak contoh infeksi kembali tetapi semua mengira hal tersebut adalah hasil dari kesalahan pengujian.

Hal tersebut membuat Perdana Menteri Israel tingkatkan kesiapan negaranya hadapi Corona.

Saat itu, Prof. Ronit Sarid, ahli virologi di Bar-Ilan University mengatakan: "kami tidak tahu virus apapun yang bisa sebabkan infeksi berulang dalam sebulan atau dua bulan semenjak infeksi pertama."

Baca Juga: Kisah Saat Militer Israel Diam-diam Berhasil Rampas Radar Buatan Soviet Seberat 4 Ton dalam Sebuah Perang Tahun 1969

Kobiler tambahkan ada alasan untuk percaya jika virus Corona yang ini berbeda dengan empat jenis virus Corona yang diuji oleh tim Amsterdam.

Semenjak awal April, Israel telah gunakan plasma sebagai 'vaksin pasif' untuk mengobati warga Israel yang sakit parah.

Vaksin pasif adalah antibodi yang terbentuk setelah seseorang alami infeksi penyakit tertentu.

Sedangkan vaksin aktif adalah jika Anda disuntuk dengan virus yang dilemahkan untuk ciptakan antibodi untuk melindungi tubuh Anda.

Baca Juga: Awalnya Sempat Kerepotan, Kini Malaysia Laporkan Tidak Ada Kasus Kematian Akibat Covid-19 Selama 7 Hari Berturut-turut

Jika kasusnya demikian, Koliber merasa tes serologis masih memberikan harapan bagi Israel.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini