Find Us On Social Media :

Serangan AS ke Suriah: Tomahawk, si 'Kapak Indian' Berkepala Nuklir yang Nyatanya Masih Punya Kelemahan

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 14 April 2018 | 16:30 WIB

Baik Tomahawk yang diluncurkan dari udara, darat dan laut menggunakan sistem penuntun yang disebut TERCOM (TERrain COntour Matching).

Sistem ini memanfaatkan navigasi inertsia dan informasi geografis yang dianalisa komputer.

Keakuratan diperoleh karena proses perhitungan tadi sudah dimulai ketika Tomahawk masih amat jauh dari sasaran.

Baca juga: Tak Hanya Perang Dunia III, Jika AS Menyerang Serang Suriah Juga Bisa Memicu Perang Nuklir

Sekadar informasi, rudal ini memiliki jarak jelajah sampai 2.500 km.

Karena dilakukan sejak awal, maka perhitungan bisa dilakukan berulang kali.

TERCOM menggunakan radar altimeter untuk mengukur ketinggian, yang kemudian dibandingkan dengan altimeter yang mengukur tekanan atmosfir.

Perbedaan antara kedua ukuran ini menghasilkan ketinggian yang pas dari daratan yang dilalui oleh rudal.

Perhitungan ini terus dilakukan berulang-ulang, dan hasilnya dibandingkan dengan komputer penuntun yang memiliki perhitungan matriks, yang diperoleh dari satelit pengintai.

Dengan kombinasi inilah, bila terjadi pelencengan, jalur rudal bisadibetulkan.

Itu teorinya. Tapi dalam beberapa kasu, seperti di Irak 1993, dari sekitar 40 sampai 50 rudal Tomahawk yang diluncurkan, ternyata ada yang mengenai sasaran sipil dan mengakibatkan 43 warga sipil tewas.

Juga ada yang melenceng ke Hotel AlRasheed, yang menjadi tempat menginap wartawan asing. Waduh!

Baca juga: Teknologi Terbaru Anti Rudal Nuklir Rusia, Bila Meledak Negara Sebesar Prancis pun Langsung 'Habis'!

Artikel ini pernah tayang di Majalah Hai edisi Februari 1993