Find Us On Social Media :

Serangan AS ke Suriah: Tomahawk, si 'Kapak Indian' Berkepala Nuklir yang Nyatanya Masih Punya Kelemahan

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 14 April 2018 | 16:30 WIB

Rudal jelajah

Nama garang itu kemudian diambil oleh General Dynamics untuk rudal jelajahnya yang dikembangkan pada 1970-an.

Sebenarnya sejarah rudal jelajah sudah cukup lama.

Jerman, negara pertama yang mengembangkan rudal jenis ini sudah membuatnya pada Perang Dunia I.

AU AS mulai membuat rudal jelajah Mace dan Matador pada akhri 1950-an.

Baca juga: Serang Suriah dengan 59 Rudal Tomahawk, AS Habiskan Dana Rp1,25 Triliun

Tapi rudal yang diluncurkan dari darat ini dianggap belum berhasil, karena pangkalannya mudah dilumpuhkan musuh dan saat melayang pun gampang dicegat pertahanan udara Soviet yang lebih canggih.

AL AS mengikuti jejak rekannya dengan membuat rudal jelajah Regulus I, yang ditembakkan dari kapal tempur, dan Regulus II yang diluncurkan dari kapal selam.

Proyek ini kemudian perlahan ditinggalkan, ketika rudal balistik Polaris sudah dapat dioperasikan.

Kemajuan teknologi pada 1970-an, membangkitkan kembali potensi yang dimiliki rudal jelajah.

Pada saat itu rudal jelajah bisa dirampingkan, bisa dipasang hulu ledak nuklir, dan juga sistem penuntun yang modern, dan bisa digabung dengan teknologi satelit.

Selain itu, rudal jelajah berada di luar perjanjian perlucutan senjata strategis yang ditandatangani pada 1972.