Advertorial

Dilarang Keras, Mengapa Senjata Kimia Masih Saja Digunakan saat Perang?

Ade Sulaeman

Editor

Amerika Serikat kembali melancarkan serangan ke Suriah. Mereka mengklaim melakukannya sebagai respons pengunaan senjata kimia oleh Bashar al-Assad.
Amerika Serikat kembali melancarkan serangan ke Suriah. Mereka mengklaim melakukannya sebagai respons pengunaan senjata kimia oleh Bashar al-Assad.

Intisari-Online.com -Tak seorang pun ingin mati dalam keadaan menderita. Sekalipun dia adalah seorang tentara yang sedang bertempur.

Boleh jadi inilah semangat yang menjiwai protokol untuk larangan penggunaan zat penghambat pernafasan, racun dan gas , serta penggunaan bakteriologi dalam perang yang dikeluarkan pada 1925.

Protokol yang disahkan banyak negara ini dianggap penting untuk diterbitkan.

Pasalnya pada masa Perang Dunia I, sejumlah negara telah terbukti menggunakan senjata kuman, gas dan racun untuk memusnahkan lawan.

(Baca juga:(Foto) Bak Gudang Fashion, Inilah Lemari Seluas 65 Meter Persegi Milik Sosialita Asal Singapura)

Dalam konflik Suriah di Ghouta (Februari 2018), tentara pemerintah Suriah bahkan secara terang-terangan menggunakan senjata kimia untuk membunuh warganya sendiri.

Penggunaan senjata kimia itu jelas berakibat sangat mengerikan dan harus dilarang.

Apalagi daya bunuhnya bisa menjangkau wilayah yang amat luas dan potensial digunakan untuk merusak wilayah atau negara yang tak ada sangkut-pautnya dengan konflik yang sedang terjadi.

Material mengerikan senjata kimia bisa ditebar oleh peledak atau “dikirim” dengan roket pelontar, wahana serupa yang biasa digunakan juga dalam peperangan masif.

Senjata kimia, biologi dan nuklir bisa dibilang berawal dari senjata pembakar yang telah digunakan sejak zaman Bizentium.

Karena efek api yang mematikan, selanjutnya diramulah campuran unsur kimia dan komponen aditif lain dengan efek yang lebih dahsyat.

Di antara yang digunakan adalah fosfor sebagai pemantik, magnesium sebagai komponen metal, thermite sebagai pencampur piroteknik, dan napalm sebagai penebar api.

Setelah itu barulah ahli kimia dan fisika mencoba nuklir.

(Baca juga:Kecanduan Seks dari Kecil Membuat Wanita Ini Hampir Bunuh Diri, Lalu Sebuah Jalan Mengubah Segalanya)

Meskipun racun telah digunakan untuk mencelakai orang sejak zaman dahulu kala, pemanfaatan untuk tujuan perang baru dimulai pada 1915.

Penggunaan pertama kalinya untuk perang ini terjadi dalam pertempuran di fron Perancis.

Pada masa itu juga digunakan senyawa tak berbahaya, seperti yang kini biasa digunakan pasukan antihuru-hara.

Meski penggunaannya amat dilarang oleh berbagai perjanjian internasional, gas atau racun syaraf tampak masih akan digunakan dalam peperangan masa datang.

Ada empat tingkat efek dari unsur kimia yang sengaja “dirancang” untuk keperluan perang, yakni: (1) mematikan, (2) melukai, (3) inkapasitasi, dan (4) pengaruh tak langsung.

Masuk dalam katagori mematikan, adalah material perusak syaraf, perusak darah,perusak pernafasan, dan senjata kimia berupa racun.

Apalagi senyawa kimia bisa mengenai atau masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara.

Dalam peperangan kimia , tentara biasanya dilengkapi dengan baju khusus. Baju ini diperlengkapi dengan respirator, gogel untuk melindungi mata dan sistem pernafasan.

Baju yang dikenakan harus bisa melindungi kulit dan sistem ekskresi, plus penggunaan sarung tangan dari karet dan sepatu karet terbungkus.

Penggunaan senjata kimia yang digunakan pada masa Perang Dunia I adalah berupa tabung gas dan ditempatkan pada tempat tersembunyi di garis depan.

Jika angin berhembus ke arah wilayah musuh, tabung dibuka dan membumbung ke arah wilayah musuh,

Selanjutnya, pasukan yang akan menyerang ke wilayah musuh, harus mengenakan masker gas.

Dalam kondisi terkini untuk mengatasi kerusuhan polisi sebenarnya juga menggunakan senjata kimia berupa gas air mata.

Senjata ini memang dirancang dan digunakan untuk menangani kerusuhan.

Tidak bersifat membunuh atau melukai, tetapi hanya melemahkan kerusuhan. Selain dalam bentuk gas, materialnya juga ada yang berbentuk aerosol (cairan).

(Baca juga:Setelah Berjam-jam Bedah Tengkorak, Dokter Ini Baru Sadar Telah Operasi Pasien yang Salah)

Artikel Terkait