Dulu Sebut Indonesia Penjajah dan Sekarang Minta Uluran Tangan, Begini Kisah Xanana Gusmao Kala Dibekuk Tim Pemburu Kopassus

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Evakuasi WNI di Wuhan, China akibat virus Corona pada Sabtu (1/2/2020) lalu merupakan langkah tepat negara ini mengamankan warganya.

Intisari-Online.com - Evakuasi WNI di Wuhan, China akibat virus Corona pada Sabtu (1/2/2020) lalu merupakan langkah tepat negara ini mengamankan warganya.

Bukan hanya Indonesia, negara-negara macam Australia, Selandia Baru, Inggris, Jerman dan masih banyak lainnya mengevakuasi warga mereka dari China gegara virus ini.

Tak mau ketinggalan pula Timor Leste.

Negara tetangga Indonesia ini juga mau mengevakuasi warganya yang berada di Wuhan.

Baca Juga: China Sebut Korban Virus Corona yang Meninggal Sekitar 500 Orang, Rumah Kremasi Ini Sebut Bakar 100 Korban Virus Corona Per Hari, Fakta Mengerikan yang Ditutupi China Mulai Terkuak

Namun apa lacur mereka tak mampu mengirim pesawat untuk menjemput warganya.

Masalah tambah pelik karena di Timor Leste tak punya kemampuan mengisolasi warganya agar aman dari Corona.

Lantas Timor Leste meminta tolong Indonesia.

Melansir Kompas.com, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace mengatakan, Timor Leste mengajukan permintaan izin untuk melakukan karantina terhadap 17 warganya di Bali.

Baca Juga: Aksi Heroik Bocah-bocah SD Gigit dan Lempar Batu ke Penculik Demi Selamatkan Temannya, Si Penculik Hadang Pakai Mobil dan Iming-imingi Uang Rp 1 Juta

Permintaan tersebut diajukan melalui Kedutaan Besar Indonesia di Timor Leste.

Hal ini menyikapi merebaknya wabah virus corona di dunia.

"Jadi Pemerintah Timor Leste, mereka minta fasilitas dan izin melalui Kedutaan Besar Indonesia di Timor Leste untuk karantina 17 warga negaranya di Bali selama dua sampai tiga minggu," kata Cok Ace kepada wartawan, Senin (3/2/2020), dikutip dari Kompas.com.

Menyikapi permntaan tersebut, Cok Ace melakukan rapat bersama dengan Pemprov Bali dan tentu saja Bali satu suara menolak permintaan tak tahu malu Timor Leste itu.

Baca Juga: Bikin Merinding! Teori Konspirasi Menyebut Virus Corona Ternyata Pernah Diramalkan Oleh The Simpsons 27 Tahun Lalu

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Bali, I Ketut Suarjaya, Selasa (4/1/2020).

"Kita menolak dijadikan tempat karantina. Kita tak dapat menerima usulan mereka," kata Suarjaya.

Menurut Suarjaya, penolakan tersebut telah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang menyetop sementara kunjungan dari China.

Baca Juga: Sudah Pesan 1.600 Porsi Makanan, Pestanya Pernikahan Sepasang Pengantin Ini Malah Berantakan Tanpa Dekorasi hingga Katering

Sementara itu Menteri Perencanaan dan Investasi Strategis Republik Demokratik Timor Leste Xanana Gusmao membenarkan bahwa negaranya meminta bantuan ke Indonesia soal antisipasi penularan virus corona.

Xanana Gusmao diketahui melakukan kunjungan ke Indonesia untuk bertemu Menteri Koordinator Bidang Plitik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, di kantor Kemenpolhukam dalam rangka membahas perbatasan negara, Selasa (4/2/2020).

"Iya. Karena harus mengerti bahwa kita tidak punya fasilitas, tidak punya apa-apa. Oleh karena itu, kita minta kalau bisa (bantuan), seperti negara-negara lain," ujar Xanana di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (4/2/2020).

Siapa sangka Xanana yang dulu merupakan pentolan Fretilin dengan lantang menuduh Indonesia penjajah dan harus angkat kaki dari Timor Timur kini merengek meminta 'mantan penjajahnya' agar mau menolong mereka.

Baca Juga: Beredar Video Ribuan Babi Dikubur Hidup-hidup Akibat Virus Corona, Kominfo Ungkap Fakta Sebenarnya

Bahkan Xanana juga tegaskan dulu Indonesia bukan saudara orang-orang Timor Timur, saudara mereka adalah Australia dan Portugal yang mendukung referendum agar Bumi Lorosae merdeka kini terlunta memelas agar ditolong Indonesia.

Ada kisah menarik mengenai Xanana dimana saat konflik Timor Timur ia bisa saja mati seketika saat tim Pemburu Kopassus membekuknya.

Mengutip Majalah Commando edisi 04/X/2014, usai presiden Fretilin Nicolau Lobato mati disambar timah panas TNI pada 31 Desember 1978, praktis partai garis keras penentang intergrasi Timtim ke Indonesia ini hanya menyisakan sosok pemimpin di tangan Xanana Gusmao.

Masyarakat Timtim sendiri yakin jika Xanana Gusmao layaknya si Pitung Betawi yang sulit ditangkap oleh musuh.

Baca Juga: Seperti 'Neraka Kehidupan', Tubuh Gadis 7 Tahun Ini Berubah Jadi 'Batu', Duduk Saja Kesakitan Apalagi untuk Jalan

Namun tidak bagi TNI. Bermula terjadinya serangan kelompok bersenjata di Mercado Baucau pada 5 Oktober 1992 saat berlangsungnya pameran pembangunan dalam rangka HUT TNI, seorang prajurit dari Yonif 315 gugur dan senjatanya dirampas.

Mendapati adanya sinyalemen bahaya ini, Satuan Tugas Pasukan Khusus (Satgaspassus-X) Kopassus merespon cepat.

Dibawah pimpinan Letkol Inf Mahidin Simbolon, Satgaspassus-X mulai bergerak dengan kekuatan 8 perwira, 12 bintara dan dua tamtama.

Baca Juga: Ditemukan Narkoba yang 10.000 Kali Lebih Kuat dari Morfin, Hanya Perlu Sebesar Debu Sudah Mampu Membunuh Manusia

Dalam operasi, tim pemburu ini awalnya berhasil menangkap seorang jaringan klandesten Baucau-Dili-Manatuto yang ambil bagian dalam penyerangan 5 0ktober 1992, yakni bernama Antonio Anacleto Sera.

Dari Anacleto Sera diketahui tentang adanya jaringan antara seorang mahasiswa Universitas Timor Timor bernama Fernando dan pengusaha Tionghoa Akuilong dengan Xanana Gusmao.

Mengetahui fakta ini maka Letkol Simbolon membentuk operasi penyelidikan guna mengetahui dimana target berada.

Satu persatu tim menciduk orang-orang yang dicurigai jaringan Xanana.

Pengorekan informasi terhadap para terduga ini tidaklah mudah, mereka tetap bungkam walau akhirnya tim berhasil memaksa mereka buka mulut.

Hasil interogasi kemudian membawa tim menemui orang kepercayaan Xanana yakni Paulo Alves yang berperan sebagai Pembuka Jalan jika sedang mengawal pemimpin Fretilin itu.

Namun sial bagi tim, saat Paulo hendak digrebek pada 12 November 1992 target berhasil lolos.

Baca Juga: Bikin Korea Selatan Banjir Darah dan Sebabkan Puluhan Ribu Hewan Mati di Sumatera Utara, Wabah Ini Bikin Negeri di Seberang China 'Melupakan' Virus Corona

Tim frustrasi lantaran operasi penangkapan Xanana terancam gagal.

Akan tetapi titik terang kembali datang saat tim melakukan penelusuran secara estafeta pada peristiwa Bunaria Komplek-Same 1990.

Keuletan dan kerja keras tim akhirnya membuahkan hasil.

Dari keterangan seorang estafeta Xanana yakni Yose Tilman alias Akasio, tim berhasil mengendus persembunyian Xanana.

Xanana disinyalir bersembunyi dalam lubang bawah tanah milik seorang anggota polisi Koptu Augusto Pereira di Desa Lahane Barat, Dili.

Tak mau menyia-nyiakan peluang, Letkol Simbolon langsung perintahkan tim pemburu bergerak untuk secepat mungkin menyergap Xanana.

Pasalnya situasi dilapangan dapat berubah sangat cepat dan kemungkinan Xanana berpindah tempat amat besar.

Maka pada pagi-pagi buta pukul 05.00 WIT tanggal 20 November 1992, tim pemburu dengan dua jip Toyota Hardtop dan sebuah Toyota Kijang melesat menuju sasaran.

Ketika sudah mendekati sasaran, tim melihat ada dua orang anggota polisi juga bergerak menuju Dili, belakangan diketahui satu dari polisi itu adalah Koptu Augusto Pereira.

Baca Juga: Soal Pesta Pernikahan yang Menutup Ruas Jalan di Makasar: Ingat, Penggunaan Jalan untuk Pesta Pernikahan Ada Aturannya Lho

Tim penyergap segera menyebar mengepung rumah persembunyian Xanana.

Pukul 06.00 WIT tim mulai masuk ke rumah, serangan kilat ini tentunya amat mengagetkan.

Penghuni rumah dibangunkan dan diamankan, dengan amat senyap para personil Kopassus itu stelling siaga menghadapi kemungkinan terburuk.

Ketika memasuki kamar yang ditempati Xanana, tim melihat sasaran tak ada disana.

Tapi itu malah pertanda baik lantaran menurut briefing Xanana bersembunyi dr lubang bawah tanah.

Tim lantas mengobok-obok tumpukan pakaian dibawah lemari dan mendapati adanya papan penutup lubang

Bingo! setelah dibuka tim langsung menodongkan senapan SS1 mereka kedalam lubang.

"Xanana jangan bergerak!," teriak anggota tim.

Baca Juga: Manfaat Bawang Putih dan Ketumbar untuk Mengatasi Hipertensi

Kemudian dari dalam lubang munculah seseorang berwajah klimis tanpa baju dan hanya mengenakan celana pendek sembari pasang wajah ketakutan.

Setelah ia diborgol, tim segera mengecek ciri-ciri yang bersangkutan ada Tato Kepalan Tangan di lengan kiri yang menjadi bukti jika ia Xanana Gusmao.

Perburuan TNI atas Xanana Gusmao sendiri sudah berlangsung 17 tahun saat itu.

Keberhasilan penangkapan ini juga mendapat apresiasi dari Presiden Soeharto. (Seto Aji/Sosok.ID)

Artikel ini pernah tayang di Sosok.id oleh Seto Ajinugroho dengan judul asli "Dulu Sebut Indonesia Penjajah Kini Merengek Minta Bantuan, Kisah Xanana Gusmao Kala Dibekuk Tim Pemburu Kopassus"

Artikel Terkait