Find Us On Social Media :

Disebut Teluk Persia Kedua, Laut China Selatan Punya Cadangan Minyak Jauh Lebih Melimpah dari yang Diduga Banyak Pihak, Pantas China Begitu Ngotot Ingin Menguasainya

By Maymunah Nasution, Minggu, 5 Januari 2020 | 14:30 WIB

Menara penangkal serangan udara dan serangan rudal di pulau Spratly, dibangun oleh China

Intisari-online.com - China begitu ngotot ingin menguasai Laut China Selatan, dengan banyak yang mengklaim Beijing berusaha menguasai 80% wilayah maritim penuh sengketa itu.

Bahkan, sempat disebut upaya reklamasi lahan yang mereka lakukan dam membangun 'pulau buatan' di kepulauan Spratly, beserta pembangunan markas senjata adalah karena alasan ekonomis, bukan karena historis maupun geografis.

Tanpa ampun, China telah mengklaim dengan mudah wilayah perairan penuh sengketa ini, tetapi apa pasal?

Dilansir dari oilprice.com, tahun 2018 Menteri Luar Negeri yang saat itu menjabat, Wang Yi, mengatakan jika niat mereka bukanlah untuk kepentingan finansial.

Baca Juga: Bercerai Setelah 24 Tahun Menikah, Pasangan Ini Menikah Lagi Setelah 17 Tahun Bercerai, Padahal Bertahun-tahun Mereka Tidak Bicara Meski Saling Bertemu

"Usaha Beijing untuk melindungi perdamaian dan stabilitas Laut China Selatan tidak dapat digoyahkan," ujarnya.

Sembari menanmbahkan, Wang juga mengatakan masalah di wilayah tersebut adalah karena 'paksaan luar negeri' yang membuat China 'mengirim kapal perang penuh senjata dan tentara ke Laut China Selatan untuk menunjukkan kekuatan militer mereka.'

Yang ia sebut sebagai paksaan luar negeri adalah peningkatan perjalanan jumlah kapal Tentara Angkatan Laut Amerika Serikat yang berlayar di Laut China Selatan.

Tujuan mereka pun bermacam-macam, salah satunya adalah menjalankan mandat PBB mengecek jalur perdagangan tersibuk di dunia.

Baca Juga: Ternyata Ada Pengumuman 'Menggiurkan' Terkait Harta Karun di Dalam Perut Bumi Iran, Hanya Sebulan Sebelum Jenderal Mereka Dihabisi Pesawat Nirawak AS

Rupanya di tahun 2018 Australia dan Inggris telah ikut menantang klaim Beijing terhadap sengketa wilayah maritim tersebut.

Kepentingan China bertentangan dengan klaim Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei Darussalam, dan China mengklaim hampir 90% dari wilayah laut yang kemudian mereka sebut sebagai 'nine-dash line'.

Lalu mengapa China, negara super power baru dengan nilai ekonomi kedua terbesar mau bersaing dengan tetangga-tetangga Asia Tenggaranya?

Tindakan China tidak hanya dinilai buruk, tetapi juga menyebabkan pihak Internasional memandang mereka sebelah mata.

Baca Juga: Anak Anda Tidak Bisa Diam? Jangan Marah, Justru Itu Tanda Mereka Punya Kecerdasan Kinestetik Tinggi Lho

Jawabannya, adalah sama seperti penyebab persaingan lainnya: minyak bumi.

Dilansir dari Forbes.com, rupanya di bawah Laut China Selatan tersimpan kira-kira 213 milyar barrel minyak, berdasarkan analisis seorang analis China.

Namun pihak Survei Geologi Amerika 1993/1994 (USGS) mengestimasi jumlah sumber yang sudah dan belum ditemukan di lepas pantai Laut China Selatan mencapai 28 millyar barrel minyak.

USGS juga menyebut jika estimasi yang dihitung oleh pihak China terlalu banyak.

Baca Juga: Pantas China Begitu Berani 'Ngacak-ngacak' Laut Natuna, Keberadaan Senjata-senjata Mematikan di Pulau Ini Ternyata Benar-benar Mengerikan

Cadangan yang dimaksud adalah minyak atau gas alam yang ada di wilayah tersebut dan telah ditemukan dengan pengeboran.

Cadangan juga harus mampu diekstrak sampai diperhitungkan laba bersihnya dengan harga pasar dan teknologi terkini, di negara dengan politik yang stabil.

Sementara itu, sumber daya adalah simpanan yang tidak memenuhi salah satu dari kriteria yang telah disebutkan untuk cadangan.

Berdasarkan tingkat kepastiannya, ada klasifikasi cadangan yang berbeda-beda.

Baca Juga: Ingin Kulit Tangan Halus dalam Sekejap? Gunakan 3 Ramuan Ini, Cara Buatnya Mudah!

Gas alam secara umum lebih banyak tersedia dibandingkan minyak bumi, menurut estimasi USGS 1993/94.

Menurut mereka dilansir dari Forbes.com, di bawah Laut China Selatan ada 60% sampai 70% wilayah yang merupakan sumber daya hidrokarbon.

Dari itu, total cadangan yang telah ditemukan dan sumber daya yang masih belum ditemukan di delta lepas pantai Laut China Selatan adalah sebesar 266 triliun kaki kubik.

Perusahaan Tambang Minyak Lepas Pantai China (CNOOC) yang bertanggung jawab pada perkembangan hidrokarbon lepas pantai, mengestimasi adanya 125 milyar barrel minyak bumi dan 500 triliyun kaki kubik gas di wilayah yang belum dieksplorasi.

Baca Juga: Peringatan Orangtua, Gadis 11 Tahun Ini Tewas Setelah Sikat Gigi

Mungkin itu sebabnya CNOOC menghabiskan lebih dari milyaran dolar untuk membangun Hai Yang Shi You 981 (HYSY 981), aset pengeboran jauh ke dalam laut.

Saat diresmikan tahu 2014, pihak berwenang China mengklaim jika bor tersebut dianggap sebagai 'wilayah tempat China berkuasa'.

Sejak saat itu aset bor digunakan untuk berbagai macam tujuan, termasuk saat menyerang pantai Vietnam dan sekaligus melanggar mandat PBB mengenai Zona Ekonomi Eksklusif.

Saat itu, Vietnam langsung memprotes dan membakar semua pabrik asal China di negara mereka, memaksa China mengevakuasi penduduk China dan menghentikan aktivitas HYSY 981.

Baca Juga: Wanita Ini Temukan Surat Misterius dalam Botol, Isi Pesannya Bertanda 10 September 2001!

Hal itu tercatat menjadi perkembangan paling serius di wilayah sengketa antara China dan Vietnam.

Namun, menurut studi USGS terbaru tahun 2010, ada 95% kemungkinan di bawah Laut China Selatan, terdapat paling tidak 750 juta barrel minyak.

Peluang tengahnya adalah sekitar 2000 juta barrel minyak ada di tempat tersebut, dan 5% kemungkinan menyebut ada 5000 juta barrel tersimpan di dalamnya.

Ahli geologi telah menyebut jika Platform Laut China Selatan adalah area dengan sumber karbon begitu tinggi dan memiliki kondisi geologi sempurna untuk perkembangan hidrokarbon, terutama minyak bumi.

Baca Juga: 5 Manfaat Konsumsi Batang Pohon Pisang, Sembuhkan Diabetes Hingga Obati Gagal Ginjal

Sementara ahli geologi Barat sepertinya hanya mengapresiasi minyak dan potensi gas wilayah itu, China sepertinya telah memahami harta karun yang tersimpan di dalamnya.

Bahkan, mereka menyebut Laut China Selatan sebagai Teluk Persia Kedua dan akan melindunginya dengan kekuatan militer yang mencengangkan.