Find Us On Social Media :

Fenomena Topi Awan Terjadi Serentak di 4 Gunung, BMKG Peringatkan Pesawat Bisa 'Terjun Bebas' Jika Melintas di Dekatnya

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 8 Oktober 2019 | 17:30 WIB

Foto empat gunung, yakni Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, dan Gunung Arjuno.

Intisari-Online.com - Sejumlah warganet diketahui telah mengunggah foto yang menampilkan fenomena gunung bertopi awan yang nampak di dekat daerah mereka baru-baru ini.

Salah satunya seperti unggahan dari akun Twitter Merapi News (@merapi_news).

Akun itu mengunggah empat foto gunung bertopi awan, yakni Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Arjuno, dan Gunung Merbabu.

Sebelumnya, sekumpulan awan yang membentuk topi juga terjadi di puncak Gunung Lawu pada Kamis (3/10/2019).

Baca Juga: Dari Albothyl Hingga Ranitidin, Ini Daftar Obat yang Ditarik BPOM

Awan yang muncul sekitar pukul 05.22 WIB dan menjadi perbincangan di media sosial.

"Tidak hanya Gunung Lawu, tapi Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Arjuno juga diselimuti awan lenticular di puncaknya tadi pagi," tulis akun Merapi News dalam twitnya.

Menanggapi keseragaman fenomena awan topi yang terbentuk di waktu yang sama ini, astronot amatir Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi karena gunung menghadapi terpaan angin lokal.

"Awan ini disebut awan lentikular. Mereka terbentuk bersamaan karena pada saat yang sama, gunung-gunung itu menghadapi terpaan angin lokal pada situasi udara yang relatif lembab dan bersuhu lebih dingin," ujar Marufin saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/10/2019).

Baca Juga: Larang Orang Lain Pakai Topi Macan Tutul, Ini Kegilaan Pemimpin Terkorup Kongo yang 'Tilep' Rp212 Triliun Uang Negara

Marufin mengungkapkan, awan lentikular merupakan awan stasioner (tak bergerak/menetap di satu tempat) yang terbentuk saat aliran udara menubruk satu penghalang besar, sehingga membentuk pusaran stasioner.

Adapun penghalang yang dimaksud bisa berupa puncak gunung, bisa berupa kawasan dengan tekanan udara lokal lebih tinggi.

"Di pusaran itulah awan terbentuk, yang bisa bertahan mulai beberapa jam hingga berhari-hari kemudian," ujar Marufin.

Pertanda badai

Baca Juga: Karena Film Joker, Muncul Kalimat ‘Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti’, Benarkah? Ini Tanggapan Psikolog

Tak hanya itu, Marufin juga mengungkapkan bahwa pada umumnya awan lentikular terbentuk saat pagi hari atau sore hari, di mana udara cenderung lebih dingin.

Namun, awan lentikular pun bisa terjadi pada siang hari asal kondisi pembentukannya terpenuhi.

Kemudian, ia menyampaikan bahwa suhu dingin ini tidak ada batasan ketat, selama udara tersebut lebih dingin dari kadar normal.

"Karena lebih dingin, jadi lebih mudah berkondensasi (mengembun)," ujar Marufin.

Selain itu, Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra mengatakan, awan jenis lentikular atau altocumulus lenticular ini dapat berada pada lokasi yang sama dalam periode yang lama.

Baca Juga: Tumbuh di Bawah Kediktatoran Keluarga Kim Jong-Un, Pria Ini Saksikan Eksekusi Harian, Tumpukan Mayat Bahkan Ibu Makan Anaknya Saat Kelaparan Melanda

Sebab, adanya dukungan udara yang naik di atas pegunungan secara berkelanjutan yang terkondensasi dan menghasilkan awan.

Meski terlihat indah, awan lentikular dinilai berbahaya.

Pasalnya, kehadiran awan ini di puncak gunung menandakan sedang terjadi embusan angin setaraf badai.

Bagi pesawat, pusaran angin yang membentuk awan lentikular ini berbahaya, karena bersifat turbulance yang membuat pesawat terguncang hingga kehilangan altitude dengan cepat.

Baca Juga: Ditinggal Kabur Pengantin Pria yang Sempat Tinggalkan Cek Rp744 Juta, Keluarga Ini Berutang Rp1,6 Miliar ke WO

Meski begitu, Agie mengungkapkan bahwa fenomena ini tidak berbahaya bagi pendaki, karena tidak terjadi badai di sekitar awan tersebut.

Tetapi, ia mewaspadai suhu udara yang cenderung lebih dingin dari biasanya menjadi salah satu penyebab pembentukan awan lentikular ini.

Baca Juga: Kim Jong-un Perintahkan Warganya Kirim 100 Kg Tinja Per Hari atau Setara 3 Ton Sebulan, untuk Apa?

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?"