Find Us On Social Media :

Waktu Kelahiran Bung Karno Dipengaruhi Kuat oleh Planet-planet, Melambangkan Kecerdasan dan Cintanya pada Lawan Jenis

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 14 Agustus 2019 | 20:00 WIB

Bung Karno dengan 9 istrinya.

Dari empat contoh tulisan tangan serta tanda tangan Bung Karno yang ditulis dalam situasi dan kondisi yang berbeda, ditemukan sebuah konsistensi pola.

Hal ini menunjukkan, sang founding father ini memiliki kepribadian yang teguh dan konsisten, meski dalam tekanan berat seperti saat merumuskan teks proklamasi.

Menurut grafolog dan konsultan psikologi Achsinfi na H Soemantoro, terlihat jelas karakteristik kepemimpinan dalam tanda tangan Bung Karno.

Tanda tangan mantan suami Inggit Ganarsih tersebut tidak menggambarkan sosok yang stagnasi, melainkan memiliki visi ke depan yang sangat jelas atau disebut visioner.

“Ciri khas tanda tangan seorang pemimpin bentuknya dinamis. Bung Karno mempunyai itu,” ucap grafolog  yang akrab disapa Shinta.

Tanda tangan Soekarno diawali dengan inisial namanya yaitu “S”, namun huruf S tersebut tidak dituliskan dengan jelas. Ia memberikan sedikit bentukan bulat di dalamnya.

Shinta mengatakan, huruf S yang tidak terlihat jelas itu menggambarkan bahwa Bung Karno sewaktu kecil mendapatkan kasih sayang yang besar dari kedua orangtuanya. Terutama dari ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai.

Hal itu juga yang membuat Soekarno setelah dewasa menjadi pribadi yang penuh cinta dan memiliki sikap mengayomi.

“Keinginan seseorang untuk mencintai dan dicintai pasti ada, namun Bung Karno memiliki itu lebih.

Ia mampu meletakkan seseorang begitu spesial,” ucap penulis buku Menguak Rahasia Tulisan Tangan ini.

Rasa kasih sayang itu juga terlihat terlihat dari tulisan Soekarno kepada istri-istrinya, seperti Haryati dan Heldi Jafar.

Ia menempatkan para istrinya begitu spesial sesuai dengan kepribadian masing-masing.

“Mungkin karena sosok ibunya kuat sekali, sehingga ia memperlakukan wanita dan para istrinya sama seperti ia memperlakukan ibunya,” kata Shinta.

Baca Juga: G30S Akhirnya 'Mati Kutu' Setelah Bung Karno Ambil Keputusan Ini saat Dilarikan ke Halim